Part 24

3.6K 249 150
                                    


Warning : Mengandung part dewasa. Di mohon yang masih di bawah umur untuk skip.

Karakter yang ada disini milik Masashi Kishimoto-sensei.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Happy Reading

***

"Boruto?"

Shikadai dan Mitsuki seketika terkesiap dari tempatnya berpijak ketika melihat tiba-tiba sahabat kuning mereka datang ke Rumah Sakit dengan wajah mengeras seperti batu.

"Dimana Kawaki? Dimana si brengsek itu hah? Katakan!"

Sesaat Shikadai tidak menjawab dan sedikit melirik ke arah belakang Boruto, menemukan Sarada serta Sumire yang baru saja muncul dalam keaadan air mata terurai.

Tadi Sumire memang langsung menyusul masuk ke dalam mobil, memutuskan untuk ikut karena ingin melihat Kawaki untuk terakhir kalinya.

Menghela nafasnya sebentar, Shikadai menoleh ke arah Mitsuki yang tampaknya sudah tahu kode darinya.

Mitsuki lalu menghampiri Sumire, membawa perempuan itu pergi hingga menyisakan Shikadai, Boruto dan juga Sarada disana.

"Bisakah kau tenang, Boruto? Duduklah sebentar."

Shikadai lalu mendudukkan sahabatnya itu yang terlihat linglung sendiri. Sedang Sarada, wanita itu memilih untuk duduk di tempat yang sedikit jauh agar tidak menganggu perbincangan antar lelaki.

"Apa diluar kau tidak dihadang wartawan? Saham kita langsung anjlok begitu kabar Kawaki merebak masuk ke dalam TV."

"Persetan dengan itu semua!!! Apa aku terlihat memikirkan saham anjlok disaat kematian saudaraku?" Boruto berteriak tidak sabaran. Emosi pria itu tampak menggebu-gebu. Suara lantangnya bahkan mengundang perhatian lorong rumah sakit saat itu.

"Kau tahu bukan itu maksudku, Boruto." Shikadai membalas dengan perkataan yang lebih tenang.

Jika Boruto dalam keadaan emosi, tidak sepatutnya dia juga ikut berapi-api.

"Bagaimana ini bisa terjadi, Shikadai? Kenapa bisa Kawaki itu meninggal, hah? Aku bahkan tidak tahu apapun tentang kaburnya Kawaki kemarin. Kenapa tidak ada yang memberitahuku?! Jika saja aku tahu, dia mungkin tidak-arrgghhhh!!! Sialan!"

Pria itu menjambak rambutnya sendiri dengan kasar. Bahkan setitik air mata kini sudah terjun bebas. Dia menundukkan kepala, menyembunyikan bulir bulir bening yang sudah merembes deras. Bagaimana ini bisa terjadi tanpa sepengetahuannya?

Lagi-lagi rasa penyesalan kembali menggerogot. Ini semua adalah keteledorannya karena tidak memperhatikan sang kakak yang berkemungkinan besar mengalami tekanan mental. Sejak dulu Kawaki adalah sosok yang paling sensitive hingga gampang sekali dipengaruhi hal-hal negative.

Complicated The Sun (BORUTO X SARADA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang