Part 34

5.6K 254 112
                                    


Hii... Mun comeback!

.

.

.

.

.

.

.

.

Happy Reading

***

Kelopak mata Sarada mengerjap beberapa kali mencoba mengumpulkan nyawanya yang masih diambang mimpi. Ketika ia sedikit mendongak, netranya terpaku melihat sosok Boruto yang masih tidur lelap sembari memeluknya—menjadikan Sarada seperti sebuah guling.

Sarada menggeliat sebentar, hingga membuat pelukan Boruto pada pinggangnya terlepas. Sekilas ia menoleh ke arah jam dinding yang menunjukkan sudah pukul delapan pagi. Kemudian ia mulai beranjak dari atas peraduan dan berjalan untuk membuka jendela kamar agar sinar matahari bisa masuk ke dalam.

Dia sejenak menghirup udara segar pada pagi hari ini. Suhu udara di bulan ini terasa hangat. Tidak terasa musim dingin telah berlalu karena bulan sudah berganti dan musim semi kini sudah menyapa.

Setelah dirasa cukup, barulah Sarada pergi ke kamar mandi untuk membersihan diri dan meninggalkan Boruto yang masih terlelap dalam euphoria mimpi.

Lima belas menit terlewati. Sarada baru keluar dari dalam kamar mandi dengan keadaan yang lebih segar. Tubuhnya yang masih setengah basah masih terbalut dalam jubah mandi merah nya. Sepasang netra hitamnya langsung tertuju ke arah ranjang, dimana Boruto yang masih belum bangun dari tidurnya.

Sambil menggosokkan rambutnya dengan handuk, Sarada melangkah pelan dan duduk di pinggiran ranjang. Sejenak dia meletakkan handuknya di atas meja rias sebelum pada akhirnya dia berfokus pada suaminya.

"Boruto, bangun. Ini sudah jam delapan lebih." Ia mencoba untuk membangunkan pria itu dengan sedikit menggoyangkan tubuh Boruto beberapa kali. "Hei!" namun tidak ada respon dari sang empunya.

Sarada menghela nafas pelan. Boruto memang susah sekali dibangunkan jika tidak pria itu yang inisiatif bangun sendiri.

Merasa malas buang-buang tenaga, Sarada lebih memilih tiduran kembali di samping Boruto dan tidak ada niatan pergi ke dapur untuk menyiapkan makanan seperti yang biasa dia lakukan.

Toh, jika dipikir-pikir, Bibi Ayame pasti sudah memasak dari sejak pagi buta.

Sarada kemudian berbalik, memposisikan dirinya menghadap Boruto. Tangannya lalu bergerak terangkat menyingkirkan helaian rambut pria itu yang menutupi wajahnya agar dia bisa lebih leluasa memandangi pahatan visual indah milik ciptaan tuhan. Sarada berkedip-kedip sejenak dengan bibir terkatup, menikmati kegiatannya yang satu ini.

"Boruto, ayo bangun," ucap Sarada pelan mencoba lagi usaha nya untuk membangunkan Boruto meski tahu usahanya masih belum berhasil.

Jemari lentiknya lalu mulai mengusap pelan dahi serta bawah mata Boruto, dimana ada gurat-gurat lelah yang terpampang disana.

Hal itu sangatlah wajar, mengingat bagaimana suaminya itu akhir-akhir ini disibukkan dengan persiapan peluncuran koleksi fashion serta pameran besar-besaran di Konohagakure saat musim panas mendatang.

Bahkan Boruto pun harus pergi meninjau secara langsung tempat untuk pengadaan pameran Fashion di Konoha dan juga menemui beberapa klien nya yang berada disana sekedar untuk berunding dalam hal sponsor. Meski pamerannya masih tiga bulan mendatang, namun pria itu benar-benar mempersiapkan semuanya secara matang.

Complicated The Sun (BORUTO X SARADA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang