emakk mau nikah

81 68 15
                                    

Selamat datang
.

.

.
Vote and komen
.

.

.

Selamat membaca

.


"Sebagai penutup dari MPLS kali ini. seperti biasa kita akan melakukan permainan turun temurun bukan turun tengkoyak yah" ujar Levil pada semua siswa siswi yang mengikuti kegiatan MPLS.

"Oke semuanya cari cowo yang memiliki tato ular bertanduk warna hitam di sekitar lingkungan sekolah" ujar Gevano pada seluruh siswa siswi yang mengikuti kegiatan MPLS.

"Ular kok kek unicron njir, ngak sekalian kek boneka Berbie" batin Azlian yang sedang berdiri di depan semua siswa siswi sebagai ketua.

"Kak ada ngak ular yang berjanggut?" Tanya Rin yang di sambut dengan mata melongo oleh teman temannya.

"Jangankan berjanggut, berkumis juga ada dalam menggambar" jawab Levil dengan tatapan menyeringai pada Rin yang sedang menghindari tatapan kejam bibinya.

"Cari aja ngak usah banyak nanya" ucap Lauren menatap tajam keponakannya yang sedang menahan tawa.

"Setelah kalian dapat, minta foto sama ntuh cowo. Paham" ujar Leno pada seluruh siswa siswi yang mengikuti MPLS yang di balas dengan anggukan kecil dari mereka semua.

"Oke silahkan mencari gua kasih waktu 30 menit" semua siswa siswi yang mengikuti kegiatan MPLS bubar dari barisan masing masing membentuk kelompok.

"Kelompok buat apaan njir?" Tanya Ayunda pada Rin yang memerintahkan semuanya untuk membentuk kelompok.

"Ngikut aje Bambang ngak usah banyak, bacot" ujar Rin pada teman temannya. Sedangkan sebagian besar murid yang tidak mengenal Rin tidak ikut ikutan dalam kelompok.

Rin mengeluarkan empat buah peluit berwarna merah yang di bagikan kepada teman temannya, masing masing satu. " Lu berempat bunyiin nih peluit dalam waktu 5 menit di daerah yang berbeda beda dan lu semua ikutin arah peluit ketua kelompok lu pada. oke" perintah Rin pada teman temannya.

Semua yang mendengar perintah Rin merasa bingung peluit buat apa? Trus ngapain coba?. Ayunda, Azlian, Reno, dan Kayla selaku pemegang peluit yang berarti ketua kelompok agak berasa linglung.

"Ayunda daerah lu di kantin, Reno daerah lu di perpus, Kayla daerah lu di dekat ruang OSIS, dan lu Azlian ikut gua. Yang lainnya silahkan memencar di sekitar daerah Ketua kelompok masing masing. oke" ujar Rin pada teman temannya. Semua yang mendengar perintah Rin pun bergerak sesuai arahan.

Rin berjalan di ikuti Azlian yang berada di belakangnya. Rin berjalan mengitari kelas XII IPS Yang menuju gerbang belakang. Terlihat sebuah gudang yang di depan gudang itu terdapat jejeran motor KLX.

"Kita ngapain disini Bambang?" Tanya Azlian pada Rin yang tiba tiba berhenti tepat di samping gedung. "Lu lihat ngak lambang di motor KLX ntuh" ujar Lin menunjuk sayap motor KLX itu yang memiliki gambar ular bertanduk hitam.

"Jangan bilang" Azlian berbalik dan menatap Rin yang tersenyum memasang tampang Dede bayinya. "Ketawa, gua buang lu" ujar Rin memasukkan baju ke dalam roknya memperbaiki jilbabnya yang belepotan. Rin bersiap memakai liptin di bibirnya dan tacapkannya sedikit bedak di wajahnya.

"Njir, kek emak emak mau kondangan" ujar Azlian melihat Rin yang dandan karna Biasanya Azlian selalu melihat Rin hanya dengan lipbalm biar ngak pucet.

"Bacot" Rin berjalan menuju gudang itu dengan perasaan was was khawatir. Rin berusaha agar tidak terlihat takut. Tepat di depan gudang itu Rin melihat lihat sekitarnya apakah ada manusia, siluman, indigo, atau makhluk semacamnya.

"Woyy!...." Tepat di belakang Rin sebuah suara asing masuk ke dalam gendang telinganya. Rin mengambil ancang ancang wajah polos nan imutnya kemudian membalikkan badannya untuk melihat sosok astral dari planet manakah itu. Terlihat seorang cowo berbadan besar dengan kulit yang agak gelap, tatapan mata tajam, kumis tipis, tinggi, dan tampan.

Rin menundukkan kepalanya memainkan jari jari tangannya. lalu, menaikan tangannya di dekat bibirnya menggigit gigit tangannya sebagai tanda rasa takut seperti anak kecil. "Lu ngapain disini" nada yang di keluarkan cowo itu lebih rendah setelah melihat Rin yang menunduk.

"A a anu kak,hmm" ucap Rin ala ala gugupnya menggigit gigit kukunya sembari memainkan bola matanya memandang kanan kiri.

"Tersesat" ujar cowo itu dengan tatapan tidak enak.

"Kenapa bro" seorang cowo berbadan tinggi,tidak kurus tidak gemuk, bermata sipit, dan tampan keluar dari dalam gudang. Cowo itu memalingkan tatapannya yang tadi di sahabatnya kini beralih menatap Rin yang terlihat ketakutan.

"Tato ular bertanduk njir di lehernya" batin Rin mengambil pandangan pada cowo itu. Dengan aba aba Azlian langsung menyorosot.

"Aduh Rin lu ngapain sih disini?" Ujar Azlian berekting. Ke dua cowo itu menatap tajam ke arah Azlian." Njir jangan makan gua, gua masih mau nikah Bambang" batin Azlian melihat kedua cowo itu.

"Kak, boleh minta foto ngak" ujar Rin dengan tatapan sayu nan ayu bak anak kecil, memasang wajah polos mata yang membulat, tangan yang menyodorkan hpnya dengan kesing bergambar panda. " Njir imut bat" batin Revan melihat kepolosan Rin.

"Astaghfirullahal'azim, teman ngak akhlak emang" batin Azlian mengumpat. Revan menarik nafasnya dalam dalam agar tetap terlihat cool. "Ngak boleh yah, maaf kak kalau ngerepotin" Rin mengerucut kan bibirnya menarik kembali tangannya dengan ekspresi sedih yang munafik.

"Mampus, nikahin ngak apa apa kan yah" batin Revan salah tingkah dengan perilaku Rin yang sangat imut. "Boleh, kata siapa ngak boleh? "Revan langsung menarik handphone berkesing panda itu dengan secepat kilat.

Ketika mendengar perkataan Revan senyum Rin seketika mengembang membuat wajahnya semakin cantik nan imut. "MMM, sama teman teman gua boleh ngak? "Rin menggoyangkan tubuhnya kiri kanan bak anak kecil yang ada maunya. Revan hanya mengangguk pasrah dengan tingkah imut Rin. " Ehem" buyar vino.

"Zan panggilin temen temen gih" tintah Rin pada Azlian.

Suara peluit menggema di sekitaran gudang atau di sekitaran beskem geng yang terkenal di sekolah itu yang di pimpin oleh Levil. Terlihat sekitar 21 siswa berdatangan berlari lari menuju arah peluit.

"Siap yah, satu dua ti..... Ga" vino sebagai fotografer memotret semua siswa-siswi kelompok Azlian beserta Rin di dalamnya menahan tawanya melihat wajah sahabat nya yang gusar.

"Ceeesss" kata semua siswa siswi kelompok Azlian.

"Udah" Vino mengembalikan handphone milik Rin. " aaaa makasih kakak, kakak emess dehh" kali ini perbuatan Rin mendapatkan longoan dari semua teman temannya. Dengan tangannya, Rin mencubit pipi Revan tanpa rasa malu. Wajah Revan kini seperti jus tomat. "Dadah kakak emeshh" ujar Rin berjalan pergi bersama teman temannya dengan perasaan senang.

Sementara vino yang melihat perbuatan Rin seketika mematung dengan sahabatnya Revan yang melongo dengan wajah yang memerah. "Emakk mau nikah!..." teriak Revan.

RIZURINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang