pemerkosaan

42 26 3
                                    

Cinta tak mungkin berhenti
.

.

.

Cuman mau bilang
Rin aslinya tetaplah ngak akan menjadi cinta

Hari demi hari berlalu kini telah satu bulan Rizula berada di Indonesia. Selama di Indonesia Rizula mendapatkan pelatihan militer dan harus mempelajari beberapa berkas penting di tambah dengan mengurus anak buahnya untuk membebtuk sebuah gengster.

Rizula berjalan ke arah motor beat berwarna hitam. Rizula sengaja menggunakan beat agar tidak terlalu kentara dalam penyampaiannya. Memutar kunci lalu menyalakan motor beat itu.

Rizula memberhentikan motornya di bagian samping sebuah rumah yang cukup besar. Rizula menatap seorang perempuan yang tengah berdiri di balkon menatap bintang bintang.

" Astaghfirullahal'azim bintang nya cemburu karna, kalah cantik dari cantiknya aku" ujar Rizula menatap Rin di balik pagar yang lumayan tinggi ini.

" Bulannya minta di tutupin awan nih, ngeliatin cantiknya aku terus" Rizula menatap bulan tak suka.

Beberapa menit kemudian Rizula tetap di tempat menatap Rin yang sedang menikmati bintang. Rin menutup matanya merasakan angin malam yang mehembus di pori pori kulitnya. Rizula mengikuti Rin. Menutup matanya merasakan hembusan malam melewati pori pori kulitnya.

" Cinta, tak mung...kin berhenti!..." Rizula menyanyi di sela sela menikmati angin malam. Membayangkan dirinya memeluk erat Rin.

" Secepat saat Aku jatuh ha...ti" Rizula menghanyutkan dirinya dalam nyanyiannya sendiri. Membayangkan saat saat bahagia di masa depan bersama Rin. " Tunggu gua Rin. Gua bakal buat lu bahagia" Rizula menjalankan motornya beatnya meninggalkan rumah Rin.

Rin saat ini berada di kamar mandi menggosok giginya terlebih dahulu sebelum tidur. Menatap pantulan dirinya d kaca. Dirinya, jiwanya, dan tubuhnya hancur." Lihatlah Rin. Bahkan fisikmu sangatlah hancur" Rin menyentuh kaca di bagian pantulan di dadanya.

Selesai menggosok giginya Rin berjalan menuruni tanggal melihat ayahnya sedang terponan. Erfan membalikkan badannya tersenyum melihat sosok putrinya. Erfan memutuskan untuk tinggal bersama putrinya dengan waktu yang cukup lama.

Rin melengkungkan bibirnya mendengar suara khas seorang wanita. " Mama " pekik Rin kegirangan. Untuk pertama kali mamanya menelpon.

" Sutt " Erfan mengangkat tangannya menempelkan di bibirnya. Mina terdiam  beberapa saat mendengar pekikan seorang anak perempuan yang dudlu selalu ia siksa.

" Minggu depan Samin bakal pulang ke indonesia. Jadi, siapkan semua keperluannya mulai dari sekarang. Udah itu aja" Mina langsung memutuskan panggilannya secara sepihak.

Dengan pedenya Rin berharap ibunya menanyakan kabarnya atau ingin mendengar kan suaranya. Padahal sebenarnya dirinyalah yang sangat merindukan mamanya dan ingin mendengarkan suara ibunya. Hahaha Rin merasakan sesak di dadanya. " Mama kangen " lirih Rin di batinnya.

Erfan tersenyum pada Putrinya. " Kamu ngak apa apakan sayang tinggal satu rumah sama kakak kamu?" Tanya Erfan pada putrinya.

Rin melebarkan senyumnya menutupi rasa sakit di dadanya." Yeee kak Samin pulang" dengan riangnya Rin mengangkat tangannya. Melompat kecil seperti anak kecil. Erfan terkekeh melihat tingkah laku putrinya.

Walaupun Rin belum pernah bertemu dengan Samin. Rin tetap senang Samin bisa pulang. Mungkin ini bisa menjadi pertama dan terakhir kalinya ia bisa melihat kakaknya. Rin berjalan dengan bibir yang masih melengkung

RIZURINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang