Rin kuat

50 37 5
                                    

Tetap kuat yah guys
.

.
.
Tak ada yang sempurna di dunia ini
.
.

.
Jangan begadang 🙂



Seorang anak perempuan berusia sembilan tahun kini terbaring lemas di atas kasur yang berwarna hitam dengan motif Phoenix. Rin dengan tubuh yang penuh dengan luka tiba tiba merasa lapar. Tapi, ia tak bisa makan karena harus diet ketat. padahal bentuk tubuh Rin itu goals bukan kurus dan tinggi. Mau ia diet berapa kali pun bokongnya tetap akan menetap seperti itu.

Ceklek

Seorang pelayan masuk  ke dalam kamar Rin. Rin menatap pelayan itu yang sedang membawakan mapan yang di atasnya terdapat piring yang di dalamnya hanya ada sebuah pisang itupun satu buah. Yah, diet ketat hanya boleh makan tiga buah pisang dalam sehari.

" Makan yah, non, biar ngak di pukul lagi" ujar pelayan itu menyuapi Rin. Rin menatap pelayan itu, bahkan pelayan lebih lembut dan tulus padanya dari pada ibunya. Selesai menyuapi Rin. Mina masuk ke dalam kamar Rin membawa buku matematika dan bahasa Inggris, tak lupa sebuah rotan yang ia gunakan untuk memukul Rin jika jawabannya salah.

Mina menatap pelayan itu dan pelayan itu agak kasihan meninggalkan Rin berdua dengan ibunya. Tapi, apa boleh buat dia hanyalah pelayan.

" BANGUN, NGAK USAH SOK SOK KESAKITAN KAMU. DASAR ANAK MANJA" bentak Mina  pada Rin yang tertidur lemas di ranjangnya. Rin berusaha bangkit dari tidurnya dengan kondisi yang sangat lemah. Mina melemparkan buku buku yang ia bawa tadi pada Rin.

" KAMU NGAK BOLEH MAKAN, MINUM, DAN ISTIRAHAT SAMPAI KAMU HAFAL RUMUS TRIGONOMETRI ITU. MAMA NGAK PEDULI MAU ITU BESOK KEK LUSA KEK AMPE KAMU MENGIGGAL PUN MAMA NGAK PEDULI. POKOKNYA HARUS DI HAFAL" Mina mendorong kepala Rin dengan geram membuat kepala Rin bertemu dengan tembok yang ada di belakangnya. Rin hanya mengangguk kecil.

Rin mulai membuka buku matematika. Rin terus membaca membaca dan mengerti kan rumus di buku hingga berhenti di titik yang sangat sulit. Rin terus mencoba mengerti apa maksudnya tidak boleh lebih dari.

Mina menatap putrinya dengan intens. Rin tidak membalikkan buku dari tadi. Apa ada masalah? Apa Mina peduli? Tentu tidak.

" Ma, Rin ngak ngerti di bagi--"

Plak
Plak
Plak
Plak

"MA!..... MAMA!... SAKIT MA!..."

" MA!....... MAAF MA!..."

" AMPUN MA!...."

" AAAAA........."

BUGH
BRAK

"HAH, MATI HAHAHAHA. DIA MATI HAHAHA" tawa Mina pecah melihat putrinya yang sudah tersimbah darah dengan kepala yang berdarah dengan sangat deras. Rin tak sadarkan diri dengan posisi terjatuh dari atas tempat tidur. Kakinya berada di atas dan kepalanya berada di bawa membuat darah semakin mudah keluar.

" HAHAHA AKHIRNYA KAU MATI. AKU SUDAH MENUNGGU NUNGGU SAAT SAAT KAU AKAN MATI" Mina terus tawa sembari berbicara kesenangannya membunuh putrinya sendiri.

" HEY CEPAT PELAJARI TRIGONOMETRI ITU JANGAN CUMAN BERMALAS MALASAN" bodoh! Mina bertingkah seperti orang bodoh. Sudah jelas ia sudah mendorong kepala anaknya dengan sangat keras hingga mengenai dinding.

" BANGUN KAU ANAK SIALAN, BANGUN" Mina meneriaki Rin yang tak sadar kan diri. " BANGUN" Mina menggoyangkan tubuh putrinya itu. Tidak ada sautan dari Rin. Rin benar benar meninggal atau hanya pingsan.

" BANGUN KAU ANAK HARAM"  sesak Mina mulai merasakan rasa sesak di dadanya. Apa ini? Apa ini rasa seorang ibu? Tolonglah ini menyakitkan.

" FELLY!.... FELLY!.... " Mina memanggil kepala pelayan dengan suara yang sangat kencan. Seorang pelayan perempuan memasuki kamar Rin dengan tergesa gesa hingga matanya terpaku pada Rin. Kondisi Rin yanh sangat mengenaskan.

"Astaghfirullahal'azim, Non!..." Pekik ibu kepala pelayan di rumah Mina melihat Rin. Tanpa berfikir panjang Felly langsung menggendong Rin hingga ke dalam mobil. Mina menatap putrinya yang begitu mengenaskan. Ada sedikit rasa tidak nyaman di dadanya. Tapi, itu semua tidak akan mengubah pendiriannya.

🖤 13 tahun🖤

" ANAK SIALAN BERANINYA KAMU MENGHUBUNGI AYAHMU. APA KAMU SUDAH TIDAK SAYANG LAGI DENGAN NYAWAMU" mina menendang Rin hingga kepalanya yang sakit bertambah sakit. Dari jam 11:00 hingga jam 24:09 Rin terus di marahi di puku, dan di hina oleh Mina.

" Rin kangen ma hiks hiks" Rin memegangiz kepalanya yang sakit dengan terisak Isak. Ia sangat ingin di jadikan seorang putri oleh ayahnya walaupun hanya sehari.

"KAMU KIRA KAMU SIAPA HAH! KAMU ITU HANYA ANAK YANG TIDAK DI INGINKAN OLEH AYAHMU" Mina membentak.

DEG pantas saja ayahnya tidak pernah mengunjunginya. Bahkan saat Rin masuk rumah sakit berkali kali Erfan tak kunjungan mengunjunginya. Apakah se-Malang itu kehidupannya. Apa tidak ada orang yang menyayanginya. Apa sepilu ini, sesakit ini, sejahat ini kehidupan seorang anak yang tidak pernah di inginkan lahir di dunia ini.

"ASAL KAMU TAU YAH, MELAHIRKAN MU ADALAH KESALAHAN TERBESAR DI DALAM HIDUP SAYA" bentak Mina membuat Rin bungkam." SINI KAMU"  Mina menarik rambut Rin berjalan ke arah pintu. Rin memegangi tangan ibunya. Mina membuka pintu rumah lalu mendorong Rin.

Deplak

Mina menampar Rin hingga terjatuh di taras rumah yang megah itu. "KELUAR KAMU DARI RUMAH INI. SAYA TIDAK BUTUH ANAK YANG TIDAK PENURUT SEPERTI KAMU" Mina meneriaki Rin terduduk di bawah memegangi pipinya yang Terasa panas.

" Ma!.. maafin Rin ma"

" Mama maafin Rin ma!.. hiks hiks"

" Rin janji bakal jadi anak yang penurut" Rin memegangi kaki Mina dengan sangat erat. Mina tidak memperdulikannya tangisan putrinya yang memberat. Mina menendang putrinya itu lalu menutup pintu dengan begitu kerasnya.

Rin hanya bisa menangis terisak Isak. Bagaimana mana ini? Ia harus kemana? Ia tak punya siapa siapa selain tiga sahabatnya. Tapi ,ia tak mau merepotkan tiga sahabatnya itu.

Rin berjalan tanpa arah melihat sekeliling jalan yang sangat sepih di tambah sebentar lagi akan hujan. Rin berlari melihat sebuah gardus yang dapat ia jadikan sebagai alas tidur. Setelah mengambil gardus itu Rin berjalan, berjalan, berjalan, dan berjalan. Tanpa ia sadari ia berada di depan sebuah kuburan.

Dadah
.

.

.

Berlian jangan mau nangis karna sampah yah


RIZURINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang