Hari mulai sore, akhirnya sekolah di pulangkan karena waktu jam pelajaran sudah habis.
Rayya berjalan ke luar gerbang sendiri, dikarenakan Adit sudah pulang duluan. Katanya Adit mau menemani mamanya pergi ke tempat arisan.
Tin tin
"Eh ekor ayam copot" ucap Rayya yang terkaget-kaget.
"Woy lo kalo mau lewat ya biasa aja dong, gue gak tuli anjing!" Teriak Rayya pada mobil yang sudah berlalu.
"Mengcapelah gue, seret bener nih tenggorok."
Rayya pulang dengan berjalan kaki, ia akan pergi ketempat kerjanya setelah maghrib. Jam shif Rayya mulai dari jam 07.00 sampai jam 23.45.
Tiba di rumahnya, ia di sambut oleh pemandangan banyaknya mobil mewah terlihat dari luar saja bagus, apalagi dari dalam.
Ia segera masuk ke dalam dan menyalami tamu tersebut. Kemudian ia pergi ke kamarnya untuk berganti pakaian.
Setelah ganti, ia keluar dan menanyakan kepada deva yang kebetulan lewat.
"Eh Dev, siapa yang mau di adopsi?"
"Eh kakak bikin kaget aja, ituloh kak ada yang ngaku keluarganya kak Fakih" jawab Deva.
"Keluarga kak Fakih? Terus kak Fakihnya sekarang ada di mana?" Tanya Rayya lagi.
"Di kamar, dari tadi gak mau keluar kak, aku capek dari tadi bulak balik ke kamar kak Fakih. Tapi gak mau di buka."
"Yaudah biar kakak aja, kamu main aja sana."
"Oke kak," jawab Deva.
Rayya berjalan menuju kamar Fakih, ia tahu pasti sulit baginya.
Tok tok tok
"Kak ini Rayya, buka dong pintunya Rayya mau bicara sama kak Fakih."
Tak lama pintu terbuka, Rayya yang tidak siap akan pelukan dadakan langsung terjatuh.
"Aduh kak kalo mau peluk bilang dong, sakit ini punggung Rayya" ringis Rayya, yang masih belum menyadari posisinya yang di tindih oleh Fakih.
Fakih yang sadar akan posisi itu langsung bangun dan membantu Rayya duduk.
"Maafin kakak yah," lirih Fakih.
"Berhubung aku baik, rajin dan suka menabung, jadi aku maafin dah."
Fakih langsung memeluk Rayya dan menyembunyikan wajahnya di leher Rayya.
"Aku masih gak percaya Ay, kalo mereka keluarga ku," gumam Fakih.
Rayya mengerti keadaan Fakih saat ini, mereka hidup dari kecil tanpa mengenal keluarga kandung. Rayya juga mungkin tidak percaya kalo ia yang mengalami ini.
Apalagi Fakih yang sudah kuliah, mereka terbiasa hidup dengan lingkup yang sederhana. Coba kalian bayangkan, bagaimana jika ada keluarga yang mengaku keluarga secara tiba tiba ketika kalian sudah dewasa? Itulah yang dirasakan Fakih.
"Sabar kak, kakak harus bicara baik - baik sama mereka. Bagaimana pun mungkin mereka keluarga kak Fakih" ucap Rayya sambil mengelus rambut Fakih.
"Tapi kalo mereka benar keluarga kakak, mengapa baru menjemput aku sekarang Ay?"
Leher Rayya basah oleh air mata Fakih. "Mungkin mereka baru menemukan kakak di sini, positif thinking aja kak."
"Sekarang kakak cuci muka, terus bicara sama mereka baik-baik."
Fakih menurut, dan pergi ke kamar mandi untuk membasuh muka.
"Yok Rayya temenin."
Fakoh hanya mengangguk nurut, bagaikan anak anjing pada induknya.
Mereka berjalan beriringan, Fakih menggenggam tangan Rayya dengan erat. Seakan tak mau di lepas.
"Fakih sini duduk nak," kata ibu panti.
Fakih menurut dan mendudukkan diri di dekat ibu panti bersama Rayya.
"Sudah menemukan jawabannya untuk itu?" Tanya seorang wanita kepada Fakih.
"Fakih mau, asal Rayya ikut," jawab Fakih.
"Eh kak tapi Rayya kan-" ucapannya terjeda oleh wanita tersebut.
"Boleh, asal kamu ikut bersama kami."
"Tapi ka-"
"Kamu ikut aja Rayya, ibu tidak apa apa kok," potong ibu panti.
"Baiklah, kalo begitu," pasrah Rayya.
"Ya udah kamu siap siap dulu aja,"
Rayya beranjak menuju kamarnya, menyiapkan baju yang perlu saja.
Setelah selesai, ia keluar bersamaan Fakih yang membawa koper.
"Sini Ay biar kakak yang bawa."
"Kakak aku mau nanya?"
"Apa?"
"Kenapa aku harus ikut? Kasihan ibu di sini gak ada yang bantu!"
"Kakak juga mau kamu menikmati kemewahan Ay," lirih Fakih.
"Tapi ka-"
"Rayya Fakih, kalian sudah selesai? Ayo mama nya Fakih udah nunggu."
"Iya bu."
"Kak Fakih, kak Rayya!" Teriak anak-anak.
Rayya langsung memeluk mereka yang sudah menangis. "Kakak akan merindukan kalian, nanti kakak akan ke sini nengok kalian" ujar Rayya lirih.
"Bener kan kak?" Tanya Dava.
"Iya kak Fakih dan Kak Rayya akan sering ke sini kok, iya kan kak?" Ujar Rayya sambil menatap Fakih.
"Iya kakak akan sering menengok kalian kok."
"Fakih Rayya, ayo kita pergi."
"Dah, kami pergi dulu yah bu," ujar Rayya.
"Hati-hati di jalan, kalian harus baik-baik aja di sana yah."
"Pasti bu."
Mereka memasuki mobil, anak-anak yang melihat itu langsung menangis dengan kencang. Mereka tidak ingin kehilangan kakaknya.
"Terimakasih bu sudah merawat anak saya denga baik," ucap mami Fakih.
"Sama-sama bu, semoga kalian bahagia."
"Kalau begitu saya pamit dulu, permisi bu."
Rianti hanya menganggukan kepalanya, sebenarnya ia sangat berat untuk mengikhlaskan mereka pergi, tapi ini sudah waktunya Fakih pergi.
Rianti hanya bisa berdoa, semoga Fakih dan Rayya di sana bahagia dengan keluarga barunya.Tingalkan jejak yah☺
KAMU SEDANG MEMBACA
RAYYA (Selesai)
Teen Fiction(FOLLOW COMMENT AND VOTE) Warning⚠ Banyak adegan berdarah!! "Gue maunya lo gimana dong!" "Gak! gue gak bisa!" tolak lelaki di hadapan gadis berpakaian hitam itu. "Lo cuma bilang gak bisa bukan gak mau ...." "So, lo mau dong sama gue!" "Lo pikir mana...