rayya-12

196 58 190
                                    

"BUNDA ANAKMU YANG PALING KECE AKHIRNYA PULANG DAN TERBEBAS DARI SEGALA KEPUSINGAN!" Teriak Kevin.

"Hadeh Kevin kamu jangan teriak teriak dong! Ini bukan hutan, malu tahu sama tetangga."

"Eh ada cecan, siapa bund?"

"Oh ini kenalin, namanya Rayya."

"Hallo kak Rayya, pasti temennya bang Gara ya?"

Rayya hanya menganggukkan kepalanya, ia masih canggung dengan Kevin.

"Yaudah bund, aku ganti baju dulu yah."

"Sekalian suruh Gara turun yah Vin."

"Sip bund!"

"Rayya kita lanjutin pembicaraan tadi."

"Jadi, kamu maukan jadi pacar pura- puranya Gara?"

"Pacar pura-pura?"

"Iya, cuma sebulan kok."

"Tap-"

"Tenang aja Ya, lo cuma pura-pura di depan kakek gue doang kok," potong Gara.

"Cuma sebulan kan?"

"Iya nak, cuma sebulan."

"Boleh deh bund."

"Makasih sayang," Marni langsung memeluk Rayya.

"Kita makan malem dulu yuk, sudah siap tuh makanannya."

"Emm bun-"

"Udah gak usah sungkan, anggap aja rumah sendiri."

Rayya akhirnya mengalah dan ikut makan malam bersama keluarga Gara.

"Makasih yah bund, maaf udah ngerepotin."

"Iya sama-sama, kamu pulang sama siapa?"

"Sama temen bund."

Tin tin tin

"Tuh bund udah datang, kalo gitu Rayya pulang dulu yah."

"Iya, hati-hati."

"Nya, abis ngapain kamu disini?" Tanya Anggara.

"Abis ketemu camer, gue dapet lampu ijo dari camer."

"Camer? Emang lo punya pacar hah?!" Sarkas Anggara.

"Punya kok, baru aja jadian. Lah elu apa kabar? Belum bisa move on dari gue?"

"Y-ya udah lah."

"Masa?" Rayya sedikit memiringkan kepalanya agar bisa melihat Anggara yang sedang memalingkan wajahnya.

"Eh Nya, malam ini kan ulang tahun lord, gimana kalo kita ke toko kue dulu sebelum ke markas," Anggara mengalihkan pembicaraannya.

"Emang sekarang tanggal berapa?"

"Tanggal 21 RA.Y.YA!" Ucap Anggara sambil menekan nama Rayya.

"Yeee, biasa aje nyet."

"Kebetulan di daerah sini gue tahu tempat toko kue nya. Nah belok kanan."

Akhirnya mereka sampai di toko kue atas petunjuk Rayya.

"Mau yang mana Ang?"

"Gimana kalau kita suruh pelayannya ngerubah hiasan kuenya lagi, tapi kita yang req bentuknya," usul Anggara.

"Boleh, tapi yang sesuai dengan kepribadian lord yah."

"Ook, Pelayan!"

"Ya, ada yang bisa saya bantu?"

"Boleh saya hiaskan kue lagi, emm..."

"Ahhh, ini kue yang akan di hiasnya. Jadi gini...."

Setelah menunggu hampir kurang lebih dari satu jam, akhirnya kue yang di pinta pun jadi.

RAYYA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang