Terima kasih sudah membaca cerita ini.
Sampai berjumpa lagi di cerita selanjutnya.Aku tidak menyangka kau benar-benar mati. Aku seolah-olah merasa hati ini di tusuk oleh ribuan belati yang tidak tajam.
~Gara Gemintang~
⛔💮🔪🔫
Gara menaburkan bunga yang tadi ia beli, ia tidak menyangka perkataannya waktu itu membuat nyawa seseorang tiada.
"Maaf. Kalau bukan saja permintaan Bunda dan Kakek, gue juga gak mau jadi musuh lo. Udah cantik, baik lagi. Ya walaupun sikap lo acak-acakan, tapi hati lo terlalu lembut. Gue pulang."
Setelah mengucapkan itu, Gara mengusap batu nisan Rayya dan beranjak pergi dari sana. Ia tahu Rayya sudah tiada karena mendapat kabar dari Adit, hanya saja ia sedikit telat untuk mengantarkan Rayya ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Gara melihat ke arah langit, awan begitu mendung. Pertanda, sebentar lagi akan turun hujan dengan deras. Dengan cepat, ia pergi menuju motornya.
Rintik-rintik hujan mulai berjatuhan, dari rintik hujan yang awalnya kecil, hingga rintik hujan yang besar. Tubuh Gara basah, tapi ia enggan untuk berhenti. Bayang-bayang percakapan ia dengan Kakek bundanya dan terus terlintas dipikirannya. Sungguh merepotkan.
Flashback
Gara yang sedang asik menonton tivi tiba-tiba datang kakek dan bundanya, ia mengernyitkan dahi saat sang bunda mematikan televisi. Entah apa yang akan dibicarakan kali ini, apakah begitu penting hingga bunda mematikan televisi?
"Gara," panggil Morgan, Kakek Gara.
Gara menoleh saat dirinya dipanggil, ia sebenarnya sangat malas berurusan dengan dunia gelap Kakeknya. Apalagi pekerjaannya membuat nyawanya selalu terancam.
"Apa?"
"Kamu dekat dengan gadis itu bukan? Kakek sudah menyelidikinya, dia adalah anak buah dari musuh kakek," jelas Morgan.
"Lalu?" tanya Gara.
"Kau harus membalas dendam Ayahmu pada dia, saat itu dia ikut andil juga dalam pembantaian markas kita."
"Apa inti masalahnya sih kek? Gara tidak tahu, kenapa harus membalas dendam tanpa sebab? Kenapa harus ke Rayya? Kenapa bukan langsung ke ketuanya langsung?" tanya Gara dengan bertubi-tubi.
"Jika kau langsung menyerang ketuanya, kau bukan tandingan dia. Dia terlalu banyak pasukan yang tidak terlihat, kita bisa saja kalah jika menyerangnya dengan jumlah pasukan yang kita miliki tidak cukup besar. Jika kau mendekati gadis itu, kau bisa menghancurkan Ramla. Karena dia begitu menyayangi Rayya," jelas Morgan.
"Iya Gara, bunda setuju dengan apa yang kakek kamu katakan. Yang terpenting, kau membalas dendam Ayahmu."
"Masalahnya, aku tidak tahu apa yang terjadi di masa lalu?"
"Ramla dulunya adalah kepercayaan kakek. Tapi, ternyata dia berkhianat hanya demi uang, dia juga adalah mata-mata musub kakek. Kakek baru mengetahuinya saat dia menyingkirkan kedudukan Ayahmu, dia berusaha merebut hak Marsel. Menggulingkan posisi Ayahmu yang saat itu adalah ketua dari pasukan kita. Dia terlaly berambisi menjadi ketua hingga membuat Marsel, Ayahmu meninggalkan kita semua."
"Kenapa harus Gara yang menggantikan Ayah untuk balas dendam? Kenapa bukan kakek?"
"Gara! Kamu gak lihat kondisi kakekmu? Dia udah tua, kamu adalah satu-satunya harapan kami."
Tanpa kata lagi, Gara pergi dari sana. Ia sebenarnya sangat muak dengan dunia gelap, apalagi harus menuruti keinginan bunda dan kakeknya.
Flashback
Gara menambah lagi kecepatannnya, hujan masih saja mengiringi Gara. Kali ini, petir bersahutan satu sama lain. Kali ini ia berhenti di halte bus yang sepi, ia juga masih sayang nyawanya, apalagi sekarang petir itu menyambar sebuah pohon yang tak jauh jaraknya dari halte tersebut. Untung saja ia berhenti ketika ada kilat.
Sembari menunggu hujan reda, Gara mengambil handphone lalu membuka chat ia dengan Rayya. Gara terkekeh saat pesan videonya tidak dibalas, Mungkin Rayya tidak tahu yang mengirimi video tersebut adalah dirinya. Ia sengaja mengirim video itu dengan nomor yang lain, terlalu gengsi untuk mengirim hal yang seperti itu.
Gara menghembuskan napas dengan kasar, ia juga sudah memusnahkan ketua dari kelompok Rayya. Hatinya lega ketika tugasnya sudah selesai, saat ini yang ia harus lakukan adalah menata kembali perusahaan keluarganya yang hampir bangkrut.
Terima kasih atas semuanya Rayya, semoga kau tenang di sana.
🔪🔪🔪
Hari ini adalah hari kepindahan Adit ke Autralia untuk meneruskan perusahaan pamannya yang berpusat di sana. Sebenarnya, ia tidak mau pindah karena di sini terlalu banyak kenangan bersama teman-temannya.
"Huf, berat banget ninggalin tanah kelahiran," gumam Adit sambil melihat sekeliling sebelum ia masuk ke bandara.
"Adit! Sebentar lagi kita akan berangkat! Ayo masuk ke dalam pesawat!" titah Nathan, paman Adit dengan berteriak karena jarak mereka sedikit jauh.
Adit membalikkan badannya, lalu ia berjalan dengan wajah yang sendu. Sudah beberapa kali ia pindah sekolah karena perusahaannya ini. Kali ini, ia benar-benar harus menetap di sana. Beradaptasi dan menikmati suasana lingkungan di Australia memang tidam buruk, karena Adit tipe orang yang tidak susah untuk bergaul.
"Kali ini, gue harus bener-bener belajar," tekad Adit.
Menatap sekeliling, lalu berkata, "Sampai bertemu kembali."
Di tempat lain, seorang pria sedang mengaduk-aduk makanannya. Dari wajahnya, ia terlihat sangatlah rapuh. Padahal, hidangan yang ada di depannya adalah makanan yang paling ia sukai. Tapi, tetap saja ia mengaduk-adukkan omlet buatannya hingga ancur.
"Kembali ke rumah pun percuma, paling Devan sama Bunda bawa gue pergi lagi," monolognya sambil menyesap teh hangat.
"Percuma dong gue kabur, susah-susah ngibulin penjaga." Fakih menghela napas untuk ke sekian kalinya, ia tidak tahu harus bagaimana lagi untuk menjalankan hidupnya.
"Sangat membosankan tidak ada Atha."
Fakih menatap kosong hamparan air di lautan, ia sedang berada di penginapan lantai tiga dekat pantai. Menikmati angin laut yang bisa menyejukkan kulit, matanya perlahan terpejam. Ia tidak tidur, hanya saja, matanya sedang ada genangan air. Ia juga tidak ingin menangis. Karena jika ia menangis, ia akan ditertawakan oleh Rayya di alam lain. Sungguh memalukan.
Di hati ini, hanya kamu. Tidak ada yang lain. Bahkan tidak akan pernah diisi oleh perempuan lain. Aku di sini, akan selalu merindukanmu sampai kapanpun.
~Fakih~
Akhirnya selesai juga.
Terima kasih sebanyak-banyaknya untuk kalian yang sudah menemani Rayya hingga akhir hayat.
Babay.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAYYA (Selesai)
Teen Fiction(FOLLOW COMMENT AND VOTE) Warning⚠ Banyak adegan berdarah!! "Gue maunya lo gimana dong!" "Gak! gue gak bisa!" tolak lelaki di hadapan gadis berpakaian hitam itu. "Lo cuma bilang gak bisa bukan gak mau ...." "So, lo mau dong sama gue!" "Lo pikir mana...