Rayya-31

55 19 14
                                    

Akhir dari semua ini
End

Rayya berjalan dengan tenang, walau ia melewati jalan yang sepi, Rayya berhenti sejenak dan menggerakkan kepalanya kanan kiri.  "Kondisi aman," bisik Rayya sambil menekan benda kecil yang ada di telinga kanannya.

Ia kembali melanjutkan perjalanannya, memasuki gang-gang yang sempit dan sepi
Entah hendak apa dia berjalan di jalan setapak itu.

"Belum terdeteksi, setelah berjalan sekitar 6 kilometer, masih aman. Tapi, entah jika berjalan lebih dalam lagi." Lagi dan lagi, Rayya menekan benda kecil di telinganya.

Rayya bersyukur karena ia memakai pakaian serba hitam, jadi memudahkannya untuk berjalan di malam hari tanpa di ketahui oleh siapapun. Kecuali orang yang bermata jernih.

"Ray," bisik seseorang.

"Jangan berisik." Rayya mematikan earpiece-nya, agar orang itu tidak menganggunya.

"Walau lo matiin earpiece-nya, kan telepon tetap tersambung." Rayya kaget saat mendengar yang berasal dari hanphone untuk misinya.

"Anjir! Lo bisa gak sih, gak usah ngagetin gue gitu." Rayya berucap dengan sangat pelan, ia takut ada yang memergokinya.

"Hehehe, Sorry Ya." Setelah orang di seberang sana mengatakan itu, Rayya hanya memutar bola matanya dengan malas.

Ia tiba di sebuah rumah yang cukup menarik perhatian darinya, warna rumah itu paling mencolok dari yang lain. Warnanya bukan pink, tapk hitam pekat.

Rayya sedikit bergidik saat melihat rumah itu, rumahnya memang sedikit bagus sih. Bertingkat pula. Tapi, tetap saja Rayya manusia yang mempunyai rasa takut.

Rayya mendekati rumah itu dengan perlahan, agar suara langkahnya tidak begitu terdengar jelas.

Buk
Pletak
Ctarr
Bughh
Plak

Suara itu masuk pada pendengaran Rayya, ia sedikit bergidik saat mendengarnya. Entah ada apa di dalam sana.

"Untuk menangkap satu oramg saja tidak becus!" Suara itu terdengar sampai di depan pintu, tempat Rayya berdiri.

"Aneh, kenapa ruangan ini tidak kedap suara," gumam Rayya.

Ia kembali memberanikan dirinya untuk mengintip di celah pintu. "Suaranya kayak gak asing deh."

Ia kembali mengatifkan earpiece-nya. "Sesuatu sedang terjadi di sini."

"Lakukan yang terbaik."

"Baik."

Rayya menaiki pohon mangga yang ada di halaman rumah itu. "Kenapa tinggi sekali sih."

Brak

"SIAPA DI SANA!! KEJAR DAN TANGKAP!!" Rayya dengan cepat menaiki pohon mangga itu, entah suara itu tertuju padanya apa bukan.

Dor
Dor
Dor

Suara tembakkan mulai terdengar di telinga Rayya, ia sedikit menikmati ketika melihat wajah wajah yang tegang. Tapi fokus Rayya teralihkan saat melihat seorang  yang sedang memakai tudung hoodie, orang itu berjalan menuju utara.

"Siapa yah, sepertinya gue harus ngikutin die deh."

Rayya loncat dari pohon mangga dengan sempurna, ia segera menurukan hoodienya dan menaikkan maskernya.

Ia segera bersembunyi saat orang itu berhenti, dan kembali mengikuti saat orang itu mulai berjalan lagi.

"Emi pelakunya." Rayya mengernyitkan dahinya saat mendengar nama Emi.

"Emi, sepertinya dia ingin bermain lebih lanjut denganku. Terus awasi Emi, dan jangan lupa untuk mengikuti cewek ini. Kemana dan dimana pun dia berada, laporkan pada ku. Karena dia milikku bukan miliknya."

Orang yang di suruh dua tugas sekaligus pun mendengus kesal, emang dia bisa berfragmentasi apa!

Rayya sangat ingin mengetahui orang yang bilang miliknya, dan ingin mengetahui siapa Emi.

"Jangan sampai lengah, karena musuh kita ada di mana mana."

Baru saja ia melangkah, tapi Rayya kembali berhenti saat mendengar apa yang mereka bicarakan.

"Kita lanjut ke rencana B."

"Siap tuan." Rayya dengan cepat lebih merapatkan tubuhnya pada dinding saat orang berhoodie itu keluar. Entah apa yang sedang mereka rencankan.

"Kamu hanya milikku Atha! Bukan miliknya." Sebutan yang tak begitu asing bagi telinga Rayya.

"Lord...."

🗡💉🗡

"Apa yang kau dapatkan di sana Rayya, tulis secara detail. Jika kita berbicara, takut ada mata mata dari lawan." Rayya menerima kertas dan pena, ia menuliskan secara detail apa saja yang ia dapatkan selama bertugas.

Memang, setiap Rayya, Sopo, dan Anggara selalu di suruh untuk menulis saat melaporkan semua kejadian.

"Ini lord."

Lord membaca dwngan seksama, ia mengernyitkan dirinya saat membaca nama Emi. Dan, ia tidak pernah mendengar nama itu.

"Bisa di jelaskan siapa orang yang bernama Emi ini?"

Rayya kembali menuliskan apa yang ia ketahui. "Hanya ini saja, itupun saya mendengarnya dari orang yang saya ikuti."

"Tugas mu selanjutnya, awasi orang ini." Rayya mengambil foto sebesar 1R itu.

"Laksanakan."

"Kamu lebih baik makan dulu, di luar sudah ada kebab dan pizza, serta nasi goreng baso kesukaanmu. Anggap saja ini hadiah karena kamu telah menyelesaikan tugas dalam waktu 5 jam."

"Aaaa, lord terbaik deh. Jadi pengen sugar baby lord deh." Lord yang mendengar itu pun menegang dengan jantung yang berlomba lomba meminta keluar.

"Boleh saja jika kamu ingin."

"Gak jadi deh, lordnya dingin."

"Lord! Mereka...."











See u💌💌🍉👹

RAYYA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang