Rayya-7

285 88 265
                                    

Gara melajukan mobinya dengan kecepatan sedang. Ia hendak ke toko kue bundanya. Sebenarnya ia malas ke sana, kalo bukan bundanya yang memaksanya. Apalagi di sana pegawainya mayoritas perempuan.

Sesampainya Gara disana, ia langsung pergi ke ruangan bundanya tanpa menghiraukan ucapan-ucapan dari para pegawai.

Tok tok tok

"Masuk"

Gara membuka pintu dan langsung melihat sang bunda yang sibuk dengan dokemen di tangannya.

"Ada apa bund?" Tanya Gara

"Bunda mau kamu ngirim kue ke alamat ini."

"Kok Gara? Kan banyak pegawai bund."

"Kamu ini yah, pegawai bunda lagi sibuk kami sedang banyak pesanan ..."

"Lagian kamu di rumah juga gak ngapa ngapain kan?" sambung sang Marni.

"Tck!"

"Udah sana minta kuenya pada Anita di dapur."

"Baiklah."

Dengan malas, Gara pergi ke dapur untuk meminta kue yang hendak ia kirim.

"Anita, kue nastar yang akan di antarkan sudah siap?"

"Sudah mas. Ini," jawab Anita.

"Bagus."

"Kunci motor?"

"Ha?"

"Kunci motor di mana?"

"Ohh, di sana mas," tunjuk Anita pada tempat bergantungnya kunci motor.

Gara melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Setelah sampai di tempat tujuan, Gara langsung menghentikan motornya.

Ting tong ting tong

"Ada apa den?"

"Apa bener ini rumahnya ibu Sara?" tanya balik Gara pada satpam tersebut.

"Benar, ada apa yah?" tanya satpam kembali.

"Oh ini ada pesanan kue dari toko MaBakery."

"Oh ..."

"... sebentar yah den saya tanya nyonya dulu."

"Ya."

Agak lama Gara menunggu di depan gerbang, dan akhinya orang yang di tunggu-tunggu pun datang.

"Kata nyonya, aden masuk saja."

"Baik."

Gara memasukan motornya dan memakirkannya. Kemudian ia memencet bel di dekat pintu.

Ting nong ting nong tin-

"Sabar ken-"

"Lho! Lo kan Gara, anak baru itu?"

Gara yang melihat siapa yang membukakan pintu pun hanya merotasikan matanya.

"Rayya, kurir kuenya suruh masuk dulu" teriak Sara.

"Masuk dulu Gar" gumam Rayya dan meninggalkan Gara di pintu, untung Gara masih bisa mendengar Gumaman Rayya.

"Duduk."

"Ya."

"Siapa Ayy?" tanya Fakih yang sudah berada di belakang Rayya.

"Oh ini, katanya kurir kue langganan mami."

"Oh..."

"...Yaudah kakak pergi ke kampus dulu yah."

"Iya kak, titidije."

"Titidije?"

Rayya yang mendengar gumaman tersebut pun menengok ke arah Gara. "Lo gak tahu?"

Gara yang emang tidak tahu hanya menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Demi asta yang makan naga, ini sudah jaman milenial dan lo kagak tahu artinya?! Astagfirullah, muji gue!" Heboh Rayya.

"Berisik," jawab Gara.

"Gar,"

"Hmm."

"Lo beneran kagak tahu artinya," tanya Rayya lagi, dengan tak heboh seperti tadi.

"Ya."

"Demi asta yang makan na-"

"Eh Rayya, kamu kenapa dari tadi teriak mulu?" Tanya Sara.

"Ah mami, enggak kok tadi cuma syok gitu aja jadi teriak deh, hehehe," balas Rayya dengan cengirannya.

"Oh ya, jadi berapa harga kuenya?"

"600 ribu tan."

"Ini, oh ya, kamu jangan pulang dulu yah. Temenin Rayya di rumah yah," ucap Sara.

"Tap-"

"Udah, nanti tante yang bakal ngomong sama bunda kamu ..."

" ... sekalian biar kalian dekat," lanjut Sara.

"Eh tapi ma-" ucapan Rayya tepotong oleh Sara.

"Sudah, mami udah telat nih, assalamu'alikum."

"Wa'alaikumussalam," balas mereka berdua.

"Astanaga naga, demi apa mami ninggalin gue sama si kulkas!" Kesal Rayya.

"Lo gak ngasih minum gituh ke gue?" Tanya Gara.

"Emmm, begini pak kul, saya bukan babu anda jadi silakan ambil sendiri. Terimakasih sekian," ucap Rayya dengan bahasa formalnya.

Gara yang mendengar itu, hanya mendengus tak suka. Kemudian ia bangkit dan mencari letak dapur yang tak ia ketahui.

"Oh iya , diakan kagak tahu letak dimana dapurnya. Aduh Rayya, lo bego amat sih, kan kalo dia nyasar gimana? Terus dia hilang dan tak bisa ditemukan akibat berpindah dimensi,   kan gue juga baru pindah ke sini jadi kagak tahu..." jeda Rayya sejenak.

"...apa disini berbahaya apa kagak? Ck ck ck. Bodo amat lah gue, mending gue rebahan. Kan wenak"  final Rayya.

Sedangkan di sisi lain, di tempat Gara yang sedang salah jalur. Dan malah ke jalur tempat olahraga.

"Tck! Kenapa dari tadi gue salah mulu, ni rumah gede juga kalo di kelilingi dari dalam," gerutu Gara.

"Balik aja lah gue."

Setelah sampai di ruang tamu, Gara yang melihat Rayya yang sedang rebahan sambil menonton dan memkan cemilan.

"Abis dari mana lo, dari tadi lo ke dapur kagak balik-balik?" Tanya Rayya.

"Keliling" imbuh Gara.

"Lo gak ketemu dapurnya? Hadeh kesian banget capar gue."

Gara yang bingung dengan ucapan Rayya yang unfaedah pun hanya mengerutkan dahinya.

"Kenapa lo?" Tanya Rayya yang melihat Gara mengernyitkan dahi.

"Tidak."

"Lo bisa jawabnya agak panjang dikit kek..."

"Kenapa sih lo Gar dingin, tapi ganteng?" Tanya Rayya penasaran.

"Takdir mungkin," jawab Gara acuh tak acuh.

"Asss...uuu" gumam Rayya dengan sangat pelan.

Gara hanya diam dan mengambil cemilan Rayya yang ada di dekat tempat dia duduk.

"Woy lo maen ngambil aje."

"Bagi jangan pelit."

"Dasar pak kul."

Dan hanya keheningan yang menemani mereka.

Hai guys, jangan lupa tinggalkan jejak.❤

Selamat malam minggu bagi jomblo. Sama kok gue juga jomblo😂😂, dan hanya di rumah saja.

RAYYA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang