Rayya-25

104 33 65
                                    

Di patahkan oleh kenyataan
Di bangunkan oleh impian

🗡🚫☡
Tolong sampaikan salam padanya, bilang pada si dia kalo daun salam ada di dapur.
Dia Aksa dan Saya Rindu.....
Rindu terhebat hanya untuk si di-eh ralat, KALIAN DENG💗💗💗💗💗💗💗


"ANGGARA!"

Ketika mendengar teriakan itu, semua orang melihat ke belakang kecuali Anggara yang dahinya mengeluarkan banyak darah.

"Akhirnya kita bertemu kembali."

"Setelah sekian lama, kau kemana saja Devan?!" Tanya Sopo tangan kanan lord.

Ya, tadi yang menembakkan Anggara adalah Devan. "Ada, hanya bergerak di balik layar."

"Cupu!" Ejek Sopo.

Devan mendengar itu pun menggeram kesal.

"Kau menculik anak buahku yang tidak tahu apa apa, sungguh sangat di sayangkan teman lama," sindir Sopo.

"Sopo, Sopo! Lo tahu? Lo hanya di jadikan boneka oleh mereka...."

Anggara mendengar itu hanya mengernyitkan dahinya, ia sedikit tidak paham apa yang mereka bicarakan mereka berdua.

Melihat situasi yang menguntungkan baginya, Anggarapun diam diam mengambil jarum warna-warni berukuran kecil yang yang sudah di beri obat lumpuh dan bius olehnya, dan di simpan dalam kantung dalam jaket yang sering dia pakai.

Melihat situasi yang menguntungkan baginya, Anggarapun diam diam mengambil jarum warna-warni berukuran kecil yang yang sudah di beri obat lumpuh dan bius olehnya, dan di simpan dalam kantung dalam jaket yang sering dia pakai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sreet
Jleb

Ia berhasil mengalahkan dua manusia yang ada di dekatnya tadi,
mereka tidak sempat menghindar karena gerakan Anggara yang cepat.

"Hahay, gue harus menghemat jarum ini," kekeh Anggara kemudian mencabut jarum yang tadi dan memberi sedikit obat di ujungnya.

Sreet
Jleb

Kali ini Anggara menumbangkan 5 orang akibat gerakan cepatnya dalam melemparkan jarum.

"Huh! Hebat juga gue!" Anggara kemudian berjalan dengan pelan agar suara langkahnya tak terdengar oleh mereka.

Sret sret sret

Kali ini Anggara bukan melemparkan jarum beracun, tapi dia sedang memotong-motong jari orang yang sedang pingsan. Sebelumnya, Anggara sudah memberi obat lumpuh dan bius yang ada di pisau lipatnya.

"Xixixi, kalau gini, gue bisa menang banyak. Xixixi," kekeh Anggara sambil melihat lihat jari yang dia potong.

Entah kenapa, orang yang ada di luar penjara tidak mendengar suara sayatan sayatan yang Anggara perbuat. Entah mereka yang terlalu fokus mengobrol, ah ralat, sedang beradu mulut, atau ruangan ini yang cukup besar? Tapi, Anggara masa bodo dengan mereka, yang penting dia bisa menikmati mainan yang ada di hadapannya.

RAYYA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang