Rayya-17

101 46 108
                                    

Sudah siap untuk membaca Rayya?

Happy reading




"Kak kejar aku!!!" Teriakan Rayya membuat Fakih sadar kembali atas kegugupannya tadi.

Fakih yang melihat Rayya berlari pun langsung mengejarnya. "Rayya jangan lari, bahaya banyak kendaraan."

"Kak kejar kalau bisa!" Balas Rayya.

Fakih melihat ada kendaraan yang sedang melaju kencang, dengan cepat dia langsung berlari kencang dan mendorong Rayya ke sisi jalan.

Rayya terus berlari tanpa memperhatikan langkahnya, sehingga-

Bruk

"Aduh siapa sih yang main dorong dorong aja!" Gerutu Rayya, kemudian dia menengok kebelakang untuk melihat siapa pelakunya.

"KAK FAKIHHH!!!" Histeris Rayya.

Rayya langsung berlari menuju Fakih yang sudah berlumuran darah, ia sangat syok.

"Kak, kak Fakih bertahan yah," ucap Rayya dengan nada gemetar.

"Ra-y-yya," ucap Fakih terbata bata.

"Kalian panggilkan ambulan! Jangan cuma liatin aja!!!" Hardik Rayya saat melihat mereka di kerumuni warga.

"Kak Fakih jangan banyak gerak! Hiks!"

"Ja-ngan na-ng-is."

"Gimana gak nangis bego!!!"

"Ka-kak ba-ik ba-ik aja k-ok."

"Lucu sekali kak, di saat hiks, begini kakak bilang baik! Please kak jangan banyak bicara dulu!"

"Ka-kak gak b-is-a ja-gain ka-mu la-gi, ka-mu ba-ik ba-ik yah."

"Kakak jangan ngomong kayak gitu hikss, aku takut kalau gak ada kakak!"

Tak lama ambulan pun datang, petugas dengan cepat membawa Fakih ke dalam mobil.

"Ka-kak sa-yang kam-u, A-tha-nya Fa-kih," ucap Fakih sambil tersenyum.

"Aku juga sayang sama kakak! Jadi kakak harus bertahan demi mami dan aku kak, hiks!"

Fakih yang mendengar itu hanya tersenyum, ia juga berharap masih bisa bertahan. Tapi itu hanya kemungkinan kecil, dia hanya bisa serahkan semua pada yang maha kuasa. Dia sudah tidak bosa menahan rasa sakitnya, ia hanya punya satu permohonan, semoga Rayya bahagia.

"Kak please jangan tinggalin aku, hiks,"

Fakih meraih tangan Rayya. "Ma-af u-dah bi-kin tang-an ka-mu ke-na da-rah," ucap Fakih dengan napas yang semakin memendek.

Rayya yang mendengar itu pun langsung memeluk kakak kesayangannya itu, sungguh dia sangat bodoh. Andai saja dia tadi tidak berlari, Fakih pasti tidak akan begini.

"Kak Fakih jangan banyak bicara, dasar bodoh! Jangan pikirin aku, sekarang pikirin kondisi kak Fakih!!!"

"Mbak harap tenang!" Ucap petugas rumah sakit.

Rayya menggeleng, dia tidak bisa untuk tidak tenang saat melihat kondisi kakaknya seperti ini.

"Dimana ruang ugd yang kosong?" Tanya petugas tadi saat tiba di rumah sakit.

"Melati."

"Baik, cepat bawa!"

Rayya mengikuti dari belakang, dia memgambil handphonenya untuk menelepon Adit. Dia ingin Adit ada di sini, menemaninya.
"Mbak tunggu di luar yah," ucap suster

"Tap-" ucapannya terpotong saat pintu ruangannya sudah di tutup, dengan cepat dia menekan nomor Adit.

"Dit lo sekarang ke rumah sakit Indah, ruang melati!"

RAYYA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang