ALVCLAR-18

124 13 0
                                    

Salam toleransi enam agama.

.

.

.

.

Happy reading.

.

.

.

"Singkat saja. Kita berbeda."
-AlvaroAksaDanendra-

Semilir angin malam menerpa wajah seorang anak kecil yang sedang duduk diantara tujuh orang remaja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semilir angin malam menerpa wajah seorang anak kecil yang sedang duduk diantara tujuh orang remaja.

Mereka semua sedang makan di sebuah taman.

"Eh sorry-sorry, gue baru datang. Biasalah, babu gue lama banget," ucap seorang gadis yang baru datang.

"Perasaan, dia yang dandannya lama banget," gumam Gio yang baru datang bersama seorang gadis, yang mukanya nyaris mirip dengan seorang Giovano Erlangga. Ia, Kakak satu-satunya Gio, Gianina Erlangga.

"KAK GIA!" sapa Aurora girang.

"Hai." Gia menghampiri Aurora yang duduk di sebelah Angga, lalu menyubit pipi gembul Aurora dengan gemas.

"Wait. Mereka siapa?" tanya Gia. Ia menatap Clarissa dan Nadira secara bergantian.

Samuel merangkul bahu Nadira bangga. "ini Nadira. Pacar gue."

Gia mengangguk-anggukkan kepalanya. "Kalau, lo?" Tatapan gadis itu beralih menatap Clarissa.

"Clarissa," jawab gadis itu.

"Pacarnya Alvaro?" tanya Gia memastikan.

"Iya."

Gia kembali mengangguk-anggukkan kepalanya. Sebuah ide jail tiba-tiba melintas di otaknya. "Ooo, jadi ini yang sering diceritain sama Gio."

Gio yang sedang meminum langsung tersedak. Wajahnya menjadi pucat pasi. "KAGAK ADA, ANJIR."

"Memang dia cerita apa aja?" tanya Samuel sengaja agar membuat Gio panik.

"Katanya sih, Clarissa sama Nadira cantik," jawab Gia asal.

Sinyal bahaya di kepala Gio sudah menyala. "Gue nggak ada cerita apa-apa ke lo, Kak."

"Sesat kalian percaya sama Gia."

"Anjir lo, Gi" umpat Gio.

Sedangkan di satu sisi, Gia, Angga, Devon, Kevin,dan Samuel sedang menahan tawa mati-matian.

"Astaghfirullah. Mampus gue."

"HAHAHAHAHAHA," tawa Gia, Kevin, Devon, Angga,dan Samuel langsung meledak.

"Mukanya ngakak banget", ledek Kevin di sela-sela tawanya.

"Diem, diem." Gia meletakkan jari telunjuk dibagian tengah bibirnya, menyuruh untuk diam. Lalu ia memberi isyarat melalui lirikan matanya.

ALVCLARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang