Chapter 7 - Brother

12.3K 854 231
                                    

Hai semuanya! Welcome back!

Kangen sama Carlie??

Jangan lupa VOTE dulu ya sebelum mulai! Thank you and happy reading!

---

Chapter 7 – Brother

---

"Madame!"

Pekikan seorang perempuan langsung berkumandang, sesaat langkah Carlie menginjak masuk ke dalam butiknya. Ke rumahnya. Yang telah dia tinggalkan selama satu minggu penuh. Yang telah lama tidak didatanginya. Tempat yang Carlie tidak tahu, kalau dia rindukan dengan sangat buruk.

Hari ini hari minggu. Toko tutup, pelanggan pun sedang tidak ada. Selain Asisten, bodyguard, dan tim khusus yang selalu membantu Carlie merancang baju, tak ada seorang pun di butiknya.

Dan itu hal yang baik. Sebab artinya tubuhnya yang acak-acakan, tidak perlu diketahui oleh siapa pun.

"Astaga, Madame! Apa yang terjadi kepada Anda!?" Pekikan khawatir langsung Emma lontarkan. Tungkai kecilnya berlari ke arah Carlie, lalu memeluknya seerat mungkin. Carlie langsung duduk di sofanya sesaat dia sampai. Sekujur tubuhnya penuh luka, untuk berdiri sedetik lebih saja, Carlie rasa dia tidak kuat.

"Mengapa Anda luka seperti ini, Madame!? Wajah Anda memar, tubuh Anda diperban banyak, lalu tangan Anda." Emma bahkan terlihat hampir pingsan melihat seluruh luka yang tertoreh di tubuh Carlie. Dia begitu khawatir, bahkan rasa takut yang biasa dia miliki pada majikannya kini menghilang begitu saja.

Tidak pernah seumur hidupnya Emma memeluk Carlie tanpa aba-aba.

"Madame, bukankah Anda sedang pergi ke Amsterdam? Apa ada yang terjadi di perjalanannya?" tanya seorang pria, berparas sama khawatirnya menghampiri.

Johan. Ahli perhiasan yang selalu ada membantu Carlie merancang gaun glamornya.

"Amsterdam?" tanya Carlie. "Siapa yang memberitahumu itu?"

Johan mengerjapkan matanya. Wajahnya menyiratkan kebingungan. "T-tapi Anda yang mengirim pesan begitu, Madame."

Emma menaikkan wajahnya. Ketegasan serta amarah tercetak di sana. "Bukankah saya sudah berkata ke kalian semua kalau pesan suara itu bukan suara Madame!?" tanyanya, hampir melengking. "Memang itu berasal dari ponsel Madame, tapi saya yang sudah mengabdi lama pada beliau minimal bisa membedakan suara Madame yang asli dan yang diedit oleh komputer!"

"Emma, k-kami-"

"Dan kalian semua tidak bahkan mau mendengarkan ketika aku mengatakan untuk mencari Madame karena aku tahu suara rekaman itu adalah rekayasa!" Emma berkata, hampir membentak. Suaranya dipenuhi amarah dan kekesalan.

Sejak lama wanita mungil ini selalu ada bersama Carlie, mengkhawatirkannya sekaligus menyeganinya. Dia orang paling pertama yang akan menanyakan kabar Carlie. Orang pertama yang akan datang ketika majikannya ada masalah.

Bodoh, kau tangguh pun sebenarnya tidak. Carlie menggumam dalam hati.

Wanita itu merentangkan tangannya, meraih tengkuk Emma. Emma terkejut ketika wajahnya ditarik oleh Carlie ke dalam dekapan hangat, wangi wanita itu. Terlebih ketika Carlie membelai wajahnya.

"Aku senang kau mengkhawatirkanku, Emma. Tapi bukankah kau berpikir sangat tidak sopan dan menjijikkan untukmu berteriak-teriak di hadapanku?" Wajah Emma merona dalam rasa malu, wajahnya dia tundukkan. Carlie tersenyum gemas. "Wajah tersipumu bagai kelinci. Aku jadi ingin mencincangmu hingga keping-keping."

Terdengar jahat, namun sebenarnya ini perkataan sayang Carlie kepada asistennya. Ucapan kasihnya. Dan Emma pun tahu, sarkasme Carlie bukanlah belati yang diacungkan padanya.

Madame MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang