MM 2 : Chapter 2 - Invitation

4.4K 395 167
                                    

Hi Semuanya! Welcome Back To Madame Mafia!

Sebelum mulai seperti biasa....

Bonus : 120 komen

Kalau komennya lebih dari segitu, aku updatenya sehari lebih cepet dari tanggal update biasa, okei?

Jangan lupa vote dulu, yuk!

Happy reading! 

~~~

Chapter 2 - Invitation 

~~~

Dibutuhkan hitungan menit, bahkan jam untuk Jona meresapi kata-kata Carl Heston – suami Arlett, ketika dia mendengar kabar mengerikan itu.

Pasalnya, beberapa hari sebelum pengumuman kematiannya, Jona baru berjumpa dengan Arlett kembali.

Saat itu Arlett tengah berada di tengah kota New York. Berjalan-jalan seorang diri bagai seorang wanita kelimpungan yang separuh sadar. Dai hampir tertabrak sebab melamun, Jona menyelamatkannya. Setelah menenangkannya, membawanya kembali ke apartemennya, Jona menyadari jikalau Arlett tidak baik-baik saja. Dia tampak sendu tidak ada dua. Bagai hidupnya tengah kacau balau dan dia kepayahan untuk melaluinya. Dan seperti seorang teman yang baik, Jona meminjamkan telinga untuk mendengarkan kegusarannya.

Ternyata, dia tengah bermasalah dengan suaminya.

Ibunda Arlett baru saja meninggal, namun di hari pemakamannya, ketika dia sedang sangat sedih, dan dampingan adalah kebutuhannya, suaminya itu pergi. Dan tidak hanya pergi ke tempat serampangan. Namun menemui wanita yang pernah dia 'tembak' ketika semasa kuliah. Arlett hancur karenanya, dan mulai saat itu, Jona memandang Carl Heston dengan sebelah mata.

Dia berakhir membiarkan Arlett menginap semalam di kediamannya sebelum mengembalikannya ke mansion keluarga Heston yang megah tiada tanding.

Namun prasangka buruknya itu kepada Carl Heston, kini sepenuhnya menjadi mimpi buruk.

Ketika dia mendengar kabar jikalau Arlett meninggal ketika dia tengah bertamasya dengan suaminya, juga teman-teman suaminya itu.

Ralat, terbunuh.

Banyak yang tidak Jona ketahui tentang Arlett, dan ketika di meminta penjelasan lebih lanjut, rasanya sesulit mengeruk air dari samudra. Bedebah bermarga Heston itu benar-benar tutup mulut. Sampai akhirnya dia bersedia menceritakan.

Ternyata, Ibunda Arlett memiliki masa lalu kelam, ketika dia dan kekasihnya semasa SMA membunuh seorang pria sebayanya, karena pertengkaran remaja sengit. Dan semenjak itu ayah dari pria yang menjadi korban, mengincar nyawa ibunda Arlett. Hanya saja, setelah kematiannya, Arlettlah yang terkena getah. Dia yang menjadi incaran pria gila yang ingin membunuh ibundanya, demi membalas dendam kematian putranya.

Dan di tengah tamasya pahit itu, Carl Heston tidak berhasil menjaga istrinya.

Dan sekalipun semua orang mengatakan kalau Carllah yang paling menyesali kesalahannya ini, Jona tidak bisa menahan diri untuk tidak membencinya. Dia menyalahkan semua ini kepada Carl Heston. Keteledorannya, kelalaiannya, juga kecerobohannya.

Dan kebencian itu kian mendarah daging ketika Jona mulai merasa... kehilangan sangat buruk, dari kematian Arlett. Seakan aku kehilangan benangku yang akan berakhir menemukanku dengan kebahagiaanku. Jona mengepalkan tangan di atas tumpukan dokumen pekerjaannya.

Delapan bulan telah berlalu semenjak peninggalan Arlett. Sampai hari ini dia masih membenci Carl Heston, dengan segenap jiwa dan raganya.

***

Madame MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang