Hi Semuanya! Welcome Back To Madame Mafia!
Sebelum mulai seperti biasa....
Bonus : 200 komen
Kalau komennya lebih dari segitu, aku updatenya sehari lebih cepet dari tanggal update biasa, okei?
Jangan lupa vote dulu, yuk!
Happy reading!
~~~
Jona memikirkan Carlie tanpa henti. Apa yang tengah dilakukannya. Dipikirkannya? Apa dia baik-baik saja? Apa dia bahagia? Ataukah dia terpuruk? Seperti aku yang gila tanpanya? Dia menghabiskan malam demi malam memerangi mimpinya seorangdiri. Alhasil, dosis obat penenangnya selama beberapa hari belakangan jauh melejit dari biasanya. Dia ingin segera mungkin kembali bersama Carlie. Hanya Tuhan yang tahu seberapa keras Jona menginginkan perempuannya untuk kembali. Kebahagiaaan hidupnya untuk kembali.
Seburuk apa dia merindu. Padahal dahulu kala mereka pernah 4 tahun berpisah, namun yang kali ini, ratusankali lipat lebih menyakitkan dari yang pernah dia lalui.
Satu minggu bukan terasa bagai seabad. Melainkan berabad-abad. Jona kerap memandangi jam, hanya berdoa agar detik cepat berlalu, menjadi menit, menjadi jam, menjadi hari, dan kelak, menjadi minggu. Selama itu dia menantang diri untuk tidak menemui Carlie. dan rasanya begitu berat, tidak bisa kalian bayangkan.
Jona memikirkan banyak apa yang telah dia lakukan. Perkataan Devan yang menyadarinya. Apa saja yang dia lewatkan dari penderitaaan Carlie, dan seburuk apa dia telah menyakiti wanita yang disayanginya. Semakin banyak dia sadar, semakin pucat pula wajahnya. Semakin menyesal pula hatinya.
Jona membutuhkan pertolongan. Hanya Carlie yang mampu menolongnya. Namun pada akhirnya, mereka saling menyakiti. Betapa mengerikannya itu?
Betapa mengerikannya aku?
Akhirnya, satu minggu yang teasa bagai selamanya datang. Hari di mana Jona akan menemui Radomir Volkov, dan mencoba membujuknya untuk keluar dari aliansi.
Sembari memasuki ruangan tengah mansion Volkov, Jona mengerutkan kening melihat betapa sepinya rumah ini. Tidak ada pelayan. Tidak ada pemahat kebun. Tidak ada bawahan. Tidak ada siapa-siapa. Hanya Radomir yang berdiri di hadapannya, seperti biasa dengan senyum tipis di wajahnya, yang bagai mengandung banyak arti.
Yang bagai memiliki bisa di dalam senyum mematikannya.
"Apa syaratmu agar menyetujui pembubaran?" Jona langsung bertanya, tidak mau membuang waktu. Sebab kesabarannya kini hanya setipis kertas.
Dia telah berjanji kepada diri sendiri kalau dia akan menemui Carlie seusai dia berhasil membuat pembubaran aliansi menjadi kenyataan. Seusai Radomir berhasil menyetujui pembubaran. Dia telah berjanji.
Karena itu dia butuh ini untuk berlalu cepat.
Semua ini.
"Sabarlah sedikit, Bos." Pria itu meminggirkan tubuhnya. "Mari ikuti saya." Jona memicingkan matanya. "Anda tidak mungkin berpikir saya mencoba melakukan apa-apa kepada Anda, bukan? Bagaimana pun untuk sekarang, selama aliansi belum bubar, Anda masih Bos saya."
Jona terpaku untuk beberapa saat lagi, kakinya dibebat keraguan,. Namun akhirnya dia melangkah mengikuti Radomir.
Dan pria itu membawanya ke lantai bawah tanah.
Jona mengernyitkan keningnya kebingungan tatkala dia melalui lorong-lorong gelap berpenuhi tangga-tangga yang memutar, menuju ke kedalaman bawah tanah yang tidak dikenalinya. Dia tidak tahu mansion Volkov memiliki tempat seperti ini. Tidak aneh, Jona tidak banyak pula mengetahui tentang privasi bawahannya semacam ini. Namun rasa ragu juga segan mulai merasuknya. Kebiasaannya untuk membela diri kembali teracung. Jona mulai siaga, mengingat jalan keluar dengan cepat kalau saja Radomir melakukan sesuatu kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Madame Mafia
RomanceCarlie Eloise Heston adalah simbol kesempurnaan. Putri dari keluarga bangsawan paling ternama, memiliki salah satu label fashion terbesar di bumi, menyikat semua prestasi yang dia inginkan. Inti kata, dia berlian tanpa karat. Sempurna. Carlie memil...