Chapter 38 - Odd Combo

4.5K 485 28
                                    

Hai semuanya, welcome back! 

Bacanya seperti biasa pelan-pelan ya dan dinikmati xixixixi

Happy reading! 

*** 

Chapter 38 - Odd Combo

*** 

Ketegangan menyelimuti udara, menyesakkan suasana, dengan cekam kuat. Semua mata menyorot Uncle, sosok yang ditakuti kriminal seluruh dunia. Semua melihatnya bagai kucing penerkam, dan mereka tikus siap disiuk ke bui. Uncle melempar tatapan ke sekeliling, bagai induk melindungi anak-anaknya – Aku dan Jona.

"Beruntung kau membawa ponsel dan lupa mematikan GPS, Carlie sayang. Aku bisa kemari walau jadi masuk ke pertikaian pelik ini." Jakunnya bergerak tegang. Matanya menghunus kecaman kepada dua orang di hadapan kami yang tengah berkonsolidasi. "Pria berjaket jins itu, Edgar Samos mengatakan kalau dia yang memancingku untuk menangkap..." Rian mendecak, "pria yang kau peluk."

"Aku tahu," jawabku. "Kau baik-baik saja?"

"Lebih baik melihatmu utuh."

Aku tidak bisa menahan senyum.

Tangan Jona mengencang di lenganku. Tubuh setegang batu, matanya hanya fokus kepada Rian, ketakutan setengah mati genggamanku akan ditarik lagi oleh Uncleku yang benci kami bersama.

Uncle lagi-lagi berdecak. "Lupakan soal putusnya entah hubungan apa yang kalian miliki, dan fokus libas semua musuh, Sialan." Uncle mencari segala cara untuk memenangkan situasi ini, walau dia terjepit dua sisi. Dan tampaknya, dia menemukan kalau satu-satunya yang bisa dia lakukan, adalah menghantam habis dua pria di depannya.

"Polisi sudah dalam perjalanan kemari!" Ucapannya tak terdengar seperti dusta, dan semua mafia langsung ketakutan. "Beruntungnya aku mendapat ikan-ikan besar malam ini – Edgar Samos, Ahmad Amdalla," dia ragu sesaat, "Rey de La Oscuridad." Uncle menjilat bibirnya. "Aku akan pulang kenyang."

Dia tidak akan menangkap Jona, asal aku kembali bersamanya. Uncle bukan pria yang gemar mengingkari janji. Namun tetap saja aku mengeratkan rahang ketakutan. Pilihanku adalah meninggalkan Jona kembali sendirian, atau membiarkannya menjadi tahanan Uncle. Dua-duanya sama buruknya.

Edgar dan Ahmad kembali berdiri dan melontarkan tatapan berang kepada kami. Uncle membunyikan sendi-sendi tangannya, membiarkan leher kakunya berbunyi nyaring. Walau sudah berumur, tubuhnya fit laksana binaragawan. Dia sehat dan pandai bertarung. Tatapan mereka yang beradu berubah menjadi geram amarah, dan tanpa lama, pertikaian pecah.

Uncle menyerang Ahmad dan Edgar lebih dulu.

Dia sangat percaya diri, karena tahu siapa yang menjaga punggungnya.

"Bantu Rian Andira dan jangan biarkan dia mati!" Perintah Jona adalah hukum bagi bawahannya. Walau terdengar tidak benar, tidak ada yang berani melawan. Devan kian amburadul saja keadaannya. Walau begitu, dia memimpin dengan mahir bawahan untuk menyerang milik Edgar dan Ahmad. Aku terpana melihat bawahan Jona yang berlipat ganda. Bala bantuan pasti datang.

Seperti biasa aku benci merasa tidak berdaya. Di tengah pertikaian seperti ini, aku hanya dilindungi alih-alih melindungi. Aku mencengkeram tangan Jona sembari melihat Uncleku adu jotos, mengeluarkan bilah dari kantungnya, dan bertikai jarak dekat.

"Unclemu tidak akan menang." Jona membisik di telingaku.

Sebenarnya, aku tahu. Dua musuhnya masih muda, bertenaga lebih, juga nekat setengah mampus. Uncle akan kehabisan energi lebih dulu. "Apa tidak ada yang bisa kita lakukan?"

Madame MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang