Chapter 21 - Little promise

8.4K 658 52
                                    

Hai Semuanya! Welcome Back 

Ada yang kangen? 

Thank you semuanya buat penantiannyaa. here you go. 

Happy reading! 

~~~ 

Chapter 21 - Little Promise 

~~~ 

Sinar lampu temaram yang menyinari ruangan bagaimana pun juga menurut Carlie tidak cukup untuk menyinari apa pun. Namun begitulah nuansa rumah ini. Gelap nan mencekam. 

Carlie terpaku menatap sosok Jona yang tak sadarkan diri, berlumuran darah, terbaring di atas kasur. Kemejanya dipenuhi bercak-becak merah, kerahnya tak lagi berwarna putih. Dua orang wanita mengenakan seragam hitam, sibuk membersihkan tubuh pria itu. 

Mengelap sisa darah menggunakan kain putih bersih yang saking banyaknya, sampai mengonggok di lantai. Carlie bersedekap dada, penuh kekesalan.

"Sebaiknya lain kali Anda mendengar dulu penjelasan saya sampai tuntas baru datang kemari, Madame." Devan terkekeh, menyungging senyum kelincinya. "Tuan Jona baik-baik saja. Kecelakaannya diorganisir oleh sekelompok geng preman yang dulu pernah kami bantai ketuanya. Dan kali ini memutuskan untuk balas dendam. Ketika saya menjemput Tuan, hendak kembali ke mansion, geng itu menyekat kami, menculik saya menjauh, ingin mengeroyok Tuan. Namun beruntungnya Tuan bertahan sampai saya kembali."

Devan tertawa, membuat Carlie menaikkan sebelah alisnya. "Apa yang lucu?"

"Tidak, saya sepertinya harus melarat. Bahkan Tuan tidak membutuhkan bantuan saya, sebab beliau lebih dulu mengalahkan semua preman itu, sebelum saya kembali. Beruntung, Tuan selalu siap sedia cadangan amunisi di mobil, dia tidak kekurangan peluru."

"Kalau dia baik-baik saja, lantas mengapa dia tertidur sekarang bagai mayat tak bernafas?" Carlie menunjukkan pada Jona yang terlelap, saking nyenyaknya, bahkan sentuhan orang-orang tidak ada yang membangunkannya.

Senyum sirna dari paras Devan. "Mengalahkan seluruh geng preman, maksud saya membunuh semuanya. Jumlahnya entah belasan atau puluhan. Itu cara Tuan bermain. Dan tentu di mobil, Tuan Jona tertidur kelelahan, padahal Tuan tidak biasa tertidur cepat. Apa Madame sudah bisa menebak jalur ceritanya?"

Carlie mengepal tangannya. "Nathan akan muncul esok hari."

Devan mengangguk. "Kalau tidak begitu, Tuan Jona tidak akan tidur senyenyak ini."

Dua wanita itu berhasil membersihkan tubuh Jona, menggantikan kemeja dan jasnya menjadi kaus hitam bersih. Saking nyenyak tidurnya, Carlie sampai-sampai terus lamat memerhatikan apa Jona masih bernafas atau tidak. 

Setelah membersihkan ruangan, mereka memamitkan diri pada Devan, juga Carlie. Menyisakan mereka bertiga di kamar Jona.

"Tuan akan sangat berang kalau kami menggantikan celana tanpa sepengetahuannya. Sebab itu saya akan biarkan Tuan Nathan saja yang mengganti pakaiannya sendiri esok hari." Devan memasukkan tangannya ke kantung celana. "Tentang alasan Tuan Jona yang menelepon, Madame Eloise bisa menanyakan pada Tuan 2 hari lagi, jika sudah kembali. Tapi untuk sekarang, mari," pria itu mengulurkan tangannya pada Carlie, "saya antar Madame ke kamar tamu. Tidak bijak untuk kembali ke apartemen subuh-subuh seperti ini. Lebih baik bermalam di mansion."

Namun Carlie tidak menerima uluran tangan itu. "Tinggalkan aku di sini. Aku ingin... melihatnya sebentar."

Kening Devan bertaut bingung. Ucapan Carlie janggal tak main-main di telinganya. Tapi akhirnya, Devan biarkan. 

"Baiklah. Kamar yang terakhir kali Anda pakai untuk bermalam akan saya siapkan. Anda bisa memanggil salah satu pelayan untuk memandu jika Anda lupa letaknya."

Madame MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang