Alana bangun dengan malas karena hari senin kembali menyapanya, jujur ia masih butuh libur. Suasa rumah sangat sepi karena Ayahnya dan Raizel pergi keluar kota karena ada proyek sementara Maminya belum pulang akibat ada operasi darurat tadi malam. Maminya yang cerewet itu adalah seorang dokter bedah, tidak heran mengapa Alana selalu dipengaruhi untuk jadi dokter.
Kini tersisa dirinya yang masih pengangguran makan sereal sendirian di meja makan memikirkan berbagai hal termasuk pesan dari Professor Yang tempo hari, sangat aneh. Ketenangan tersebut terusik setelah ia membaca pesan dari Kokonya bahwa kunci motor terbawa oleh Raizel padahal Alana akan menggunakannya untuk ke kampus sementara mobil dibawa oleh Mami dan Ayahnya.
Habis berurusan sama Yangcrates gue sial mulu perasaan, Gerutunya.
Dengan berat hati Alana memakan sarapannya sambil mempertimbangkan haruskah ia nebeng lagi ke Dimitri atau naik ojol dengan biaya yang cukup besar karena jarak dari rumah dan kampusnya lumayan jauh. Mengingat soal uang, dompet Alana meringis hampir kosong karena habis untuk reparasi motor Kokonya kemarin.
Sehabis mandi keputusan Alana sudah bulat, ia akan nebeng Dimitri demi menghemat uang jajannya yang sudah menipis walau masih awal bulan. Dengan cepat ia bergegas menuju rumah Dimitri yang bersebelahan dengan rumahnya lalu memencet bel. Tak lama kemudian sosok wanita paruh baya keluar, itu Tante Mely, Mamanya Dimi.
"Pagi tante," sapa Alana sopan.
"Eh Alana, ada apa?" raut wajah Tante Mel terlihat bingung mengingat ini jam setengah 7 pagi, terlalu pagi untuk bertamu.
"Dimitrinya ada tante?" Tanya Alana to the point.
"Oh iya ada, sebentar tante panggilin dulu ya," Alana mengangguk sebagai jawaban lalu Tante Mel masuk lagi ke rumahnya. Tak lama kemudian sosok remaja laki-laki keluar dengan rambut berantakan dan mata mengantuk, Dimitri.
"Apa sih Na, pagi-pagi udah ganggu aja. Masih dendam urusan Zenly?" ucapnya lalu menguap, Alana yang melihat itu hanya bisa mencibir.
"Lu belum mandi?" Tanya Alana risih melihat Dimi sangat berantakan, dia pasti begadang sampai subuh mengerjakan tugas.
"Belum, gue baru bangun. To the point Na, ada apa?" Dimitri mulai kesal karena waktu tidurnya yang berharga terinterupsi oleh kedatangan Alana.
"Jorok!" Ucap Alana refleks.
"Yaudah gue masuk lagi, dah!" Dimitri sudah malas meladeni, ia ingin kembali tidur dan menenggelamkan dirinya dalam selimut karena udara pagi ini sangat dingin.
"Eh eh jangan ngambek dong. Jadi gini Dim, gue nebeng lu lagi boleh ya, hehe," Alana menarik lengan Dimitri mencegahnya kembali ke rumah.
"Aish, motor kan ada," cibirnya, oke Dimitri dalam mode menyebalkan.
"Iya motor ada, tapi kuncinya dibawa Koko," gerutu Alana, jujur ia kesal kepada Kokonya. Ia curiga Ko Izel menaruh dendam padanya gara-gara urusan Zenly tempo hari.
"Plis boleh ya gue nebeng, lagian kan kampus kita tetanggan terus duit gue menipis gara-gara bayarin ganti rugi motor Koko yang lecet," Alana mencoba membujuk dengan menatapnya penuh harap sementara Dimitri terlihat berpikir sejenak lalu menghela napas.
"Yaudah ayo," Alana bersorak senang mendengarnya.
•••
Alana dengan tergesa keluar dari kelas Hukum Internasional tepat setelah pembelajaran diakhiri, ia harus mengembalikan drafting tube milik yang tak sengaja terbawa oleh Alana tadi pagi. Karena buru-buru, mereka memutuskan untuk naik motor dan drafting tube Dimi disampirkan di pundak Alana lalu terjadilah insiden tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Veer
FanfictionVeer /noun/ : a sudden change of direction. Siapa yang tau bahwa kebodohan Alana di pagi itu adalah awal mula Professor Yang menghancurkan prinsipnya sendiri? ⚠️Disclaimer : All Law School characters belongs to JTBC. P.s. I'm not majoring in Law so...