2.1; Coincidence or Fate?

177 22 8
                                    

Alana duduk di perpustakaan sambil berkutat dengan beragam file di laptopnya dan kertas dokumen berisikan informasi untuk kasus yang sedang ia kerjakan atas perintah Professor Yang.

Pikirannya berkelana kepada kejadian tadi yang membuatnya sangat terkejut. Aqila menghubunginya setelah dua bulan menghilang, entah dia harus senang atau sedih. Alana cukup mengakui bahwa ia sudah tidak merasakan debaran separah itu lagi. Walau begitu, kenangan tidak akan hilang.

Sial, gue pacaran aja engga tapi waktu lost contact serasa putus.

Parahnya, Aqila mengajak Alana untuk bertemu di akhir pekan minggu depan kalau Aqila ga remedial. Yah Alana hanya bisa berdoa seorang Aqila remedial Blok satu bagian saja, walau sepertinya itu mustahil karena dia super duper jenius dan merupakan anak akselerasi dua tahun. Iya, Aqila anak kedokteran jadi saat menghilang Alana ga kaget karena jadwalnya sangat padat apalagi kini mereka beda kota semenjak kuliah.

Disaat memikirkan apa yang terjadi tadi, Alana menyadari seseorang berjalan ke arahnya. Professor Yang membawa beberapa buku tebal, mungkin ia ingin mengembalikan buku-buku itu.

"Selamat malam, Prof," sapa Alana namun Professor Yang tidak menjawab lalu berjalan ke arah jajaran rak buku. Alana hanya bisa mendengus kesal atas kelakuan Professornya tersebut lalu kembali fokus ke pekerjaannya sambil memasang earphone.

"Kamu tidak pulang?" Suara berat dari samping Alana sukses membuatnya kaget. Sejak kapan Yangcrates berdiri di sebelahnya?!

"Eh, itu, saya mau menyelesaikan tugas ini dulu Prof," jawab Alana canggung. Professor Yang benar-benar seperti setan, tiba-tiba muncul.

"Pulanglah, kamu masih punya waktu dua hari lagi," balasnya.

"Saya ingin menyelesaikan sekarang Prof, soalnya minggu depan sudah UTS jadi saya harus fokus belajar terutama di beberapa matkul," kata-kata ini sedikit berlebihan bagi seorang Alana yang hobi sistem kebut semalam.

Professor Yang terlihat berpikir sejenak lalu menatap Alana, satu kalimat yang nampaknya tidak mungkin meluncur dari mulut Professornya itu.

"Baiklah, tapi jangan sampai sakit," entah ini anugrah atau petaka Alana hanya bisa menampilkan wajah kaget. Sementara itu Professor Yang sudah berjalan keluar dari perpustakaan menyisakan Alana yang mencoba mencerna perkataannya.

Seorang Yangcrates nyuruh gue jaga kesehatan?! Setan! Malah gara-gara dia gue kurang tidur!!

•••

Alana memarkirkan kedaraannya di basement sebuah apartement setelah menunggu lama di drop-off zone. Saat ini Kokonya malah meminta jemput dengan dalih hujan lebat dan harus membawa maket padahal ia ingin cepat sampai rumah untuk mempersiapkan kuis untuk besok dan mulai belajar untuk UTS yang akan dimulai sekitar satu minggu lagi. Alana merasa kepalanya mau pecah setelah bekerja rodi mengerjakan tugas kuliah dan kasus dari Legal Clinic, memang Yangcrates tidak berpikir kalau memberinya tugas.

Suruh siapa milih motor, gerutunya.

Kini dirinya berada di basement apartement teman Kokonya, Kak Tian. Alana memutuskan untuk naik ke atas karena telponnya tak kunjung diangkat, membuat dirinya emosi. Ia bergegas mencari lift lalu menunggu di depan lift, sialnya saat melihat sekitar pandangannya malah bertemu dengan sosok tinggi yang familier berjalan menuju arah lift dengan coat berwarna abu-abu membawa tas jinjing khas miliknya. Itu dosennya. Yangcrates.

Sial mengapa semesta selalu mempertemukan gue dengan Professor Yang?! Ga sekalian aja dia pindah rumah jadi tetangga gue?

Alana hanya bisa terdiam, ia ingin menghilang saat itu juga namun ia juga tidak bisa bersembunyi karena sudah terlanjur bertatapan. Sungguh sial padahal ia tidak ingin berurusan dengan Professor Yang lagi, cukup sudah hampir seharian ia habiskan untuk mengurusi kasus yang diperintahkan oleh Professor Yang.

VeerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang