3.3; Roller Coaster II

146 18 15
                                    

Seluruh perhatian seisi kelas berpusat kepada Alana yang baru saja datang setelah pintu kelas tertutup. Ia menahan napasnya takut dengan tatapan tajam Professornya. Sementara itu Aruna dan Joon Hwi memandanganya dengan iba sekaligus meringis ngeri.

"Silahkan kamu tutup pintu dari luar," ucap Professor Yang setelah mendapati salah satu mahasiswinya telat di kelasnya.

Ya Alana terlambat masuk ke kelas Hukum Pidana, kelas Professor iblis itu. Batin Alana mengucap sumpah serapah, bisa-bisanya ia dikeluarkan dari kelas hanya karena telat 4 menit itupun Professor Yang baru saja menyalakan proyektor. Memang iblis!

"Tapi Prof saya hanya telat 4 menit, mohon izinkan saya mengikuti kelas," Alana memohon agar tidak dikeluarkan, jangan sampai dirinya absen.

"Saya kurangi 15% semua kuis dan nilai kamu kalau tetap membantah," Alana menganga mendengarnya, kali ini Professor Yang dalam mode Yangcrates.

Alana menyadari bahwa akhir-akhir ini Professor Yang jauh lebih kejam dibandingkan semester kemarin, entah karena apa. Ia menelan ludahnya susah payah antara takut namun juga kesal. Menurutnya sangat tidak adil.

"Tapi Prof—" Alana masih mencoba membujuk Professor Yang disertai tatapan memelas namun sepertinya itu tetap tidak berguna.

"Temui saya di ruangan setelah kelas," Professor Yang memotong perkataan Alana.

Kali ini Alana benar-benar murka dan menutup pintu dengan keras. Bagaimana bisa ia menyukai, ah tidak, mencintai seseorang yang sangat menyebalkan itu?!

•••

Sudah hampir dua jam Alana meringis tertahan merasakan period cramps yang sangat menyakitkan. Biasanya tidak separah ini. Sangat menyedihkan karena kini ia terduduk di perpustakaan dengan kepala tersender di atas meja yang penuh dengan barang-barangnya. Wajah Alana sangat pucat, keringat dingin mengalir di pelipisnya, dan kedua tangannya memegangi perut.

Ia berniat menunggu kelas Professor Yang selesai sambil mengerjakan beberapa tugas lain di perpustakaan. Namun sialnya ditengah mengerjakan tugas, ia merasakan cramps yang sangat amat buruk. Ia tidak menyangka bahwa jadwal datang bulannya jatuh tepat hari ini.

Pantas saja ia merasa lebih sensitif beberapa hari kebelakang dan untung saja saat ini ia membawa pads serta amunisi lainnya seperti paracetamol yang biasanya lumayan ampuh untuk menahan sakit cramps. Walaupun kini itu semua tidak berguna.

Sejujurnya Alana sudah mencoba menghubungi Aruna untuk meminta tolong mengantar dirinya ke runah namun kelas selanjutnya sudah hampir dimulai, menyedihkan. Ia ingin pulang karena sangat tidak memungkinkan ia bisa bertahan di kampus apalagi harus menghadapi profesor jelmaan iblis satu itu.

Alana teringat dengan perintah Professor Yang untuk menemuinya di ruangannya, suatu hal yang Alana tunggu. Ia melihat jam tangannya dan sialnya kelas sudah usai hampir satu jam yang lalu. Alana mengerang kesal, crampsnya semakin memburuk mengingat Professor Yang.

Tidak lama kemudian ponsel Alana berdering, untung saja perpustakaan sedang sepi jika tidak jelas ia akan mendapatkan tatapan tajam dari orang-orang akibat suara deringan ponsel. Dengan susah payah Alana mengambil ponselnya lalu mengangkat telpon tersebut tanpa melihat caller id.

"Halo," ucapnya dengan suara lemah.

"Di mana kamu?" Suara berat yang sangat amat Alana hapal membuatnya melotot kaget.

VeerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang