3.4; Dumb Luck

187 20 32
                                    

Alana menghembuskan napas lelah mendengarkan beragam omelan dari Maminya. Bahkan hingga kini Professor Yang dianggap tak kasat mata oleh Maminya.

"Mi, udah dong. Alana ngaku salah beberapa hari ga minum vitamin," ucap Alana cemberut.

"Tuh kan! Pantesan aja kenapa masih banyak. Aktivitas kamu banyak Na, harus jaga kesehatan," Maminya malah semakin mengomel kesana kemari.

Alana melirik ke arah Professor Yang, yap wajahnya tetap datar se-datar tembok rumah sakit. Keduanya bertatapan dan Alana memberikan senyum kecil merasa tidak enak terjebak di situasi seperti ini.

"Iya Mi iya, Mami ngomel juga ga akan menyelesaikan masalah," Alana lelah fisik mental hari ini.

Ibu pada umumnya saja sudah sangat cerewet mengenai kesehatan, apalagi Maminya yang seorang dokter.

"Kamu tuh, dibilangin susah banget. Jadi bolos kelas kan," Maminya memincingkan matanya menatap Alana.

Well, hari ini Alana bukan hanya membolos karena sakit namun juga dikeluarkan dari kelas akibat telat oleh sosok yang berdiri di sampingnya. Iya Professor Yang langsung berdiri begitu Maminya datang.

"Iya maaf," Alana hanya iya-iya saja, mengalah lebih baik daripada berdebat. Tentu saja strategi itu mempan karena sekarang Maminya dapat dipastikan berhenti mengomel.

Maminya melirik ke arah Professor Yang, sepertinya baru menyadari keberadaan Professor satu itu. Alis Maminya mengkerut seolah bertanya.

"Anda?" Tanya Maminya langsung kepada Professor Yang.

"Saya Yang Jong Hoon," ucap Professor Yang sopan membalas pertanyaan Maminya sambil tersenyum kecil.

Alana bersumpah menyaksikan dua kejadian langka dimana Professor Yang tersenyum lalu menunduk 90 derajat memberi hormat kepada Maminya membuat Alana menelan ludahnya susah payah. Seorang Yangcrates ternyata dapat memberikan kesan yang baik juga.

"Oh,"

Kedua mata Maminya menyipit menelisik mencoba menilai Professor Yang dihadapannya. Nampak tidak tertarik dan curiga. Ya siapa juga yang tidak curiga jika anak perempuannya yang masih remaja—well hampir dewasa— tiba-tiba berada di ER dengan laki-laki berumur 30 tahunan?

"Beliau dosen Alana Mi, tadi bantuin Lana ke sini soalnya Aruna sama Ko JoonHwi udah masuk kelas matkul lain," Alana membantu memperjelas situasi.

Jujur saja ia kasihan melihat Professornya sedikit menundukan kepalanya mencoba menghindar dari tatapan tajam Maminya, tetapi di sisi lain Alana tertawa puas. Kapan lagi melihat The Feared Yangcrates ketakutan?

Hening menerpa mereka bertiga, Maminya tetap menatap Professor Yang dengan tatapan tajam seperti sedang menilai. Sementara itu Alana merasa sulit bernapas karena ketegangan diantara mereka bertiga.

Gue berasa keciduk lagi pacaran.

Tak lama kemudian dokter yang tadi menangani Alana datang, sepertinya hendak menyampaikan sesuatu kepada Maminya mengingat saat ia tiba disini ada suara sirine ambulans. Pasti Maminya akan melakukan operasi darurat.

"Permisi Dokter Tania, MRI pasien sudah tersedia," ucap dokter tersebut sambil sekilas melirik ke arah Alana. Sepertinya ia kaget menyadari bahwa Alana adalah anak dari salah satu dokter disitu.

"Okay, nanti saya lihat. Terimakasih," Maminya lalu menatap Alana dan Professor Yang bergantian.

"Terimakasih ya. Maaf anak saya memang suka merepotkan. Kalau tidak keberatan saya boleh minta tolong antarkan dia pulang soalnya saya ada operasi darurat, bagaimana?" ucap Maminya kini sudah mengubah ekspresinya menjadi tersenyum.

VeerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang