2.7; Past vs Present

175 20 15
                                    

Hai I'm Back!!!
Happy weekend all :3
Jangan lupa vote and comment!

•••

Alana mengekori Professor Yang sejak mereka tidak sengaja bertemu di ruang fotocopy hingga saat ini berada di loby fakultas. Keduanya membicarakan tentang kasus terbaru klinik legal dan saat sampai di loby Alana mencoba peruntungan untuk bertanya beberapa hal mengenai Hukum Pidana untuk persiapan ujian akhir semesternya walau ia juga ragu Professor Yang akan menjawab pertanyaanya di pekan ujian seperti saat ini.

"Professor," panggil Alana mencoba menarik atensi Professor Yang.

Setelah Professor Yang menoleh ke arahnya disertai tatapan bertanya Alana kembali melanjutkan perkataannya.

"Saya membaca kasus yang dibahas di minggu ke-15 kemarin, kenapa tindakan tersebut malah dianggap sebagai penyerangan? Bukankah itu termasuk pembelaan diri dari korban?" Tanya Alana.

Hening sejenak. Alana dapat merasakan atmosfernya berubah menjadi mencekam serta tatapan Professor Yang menusuknya dengan tajam. Sialan seharusnya ia bertanya saja ke Ko Joon Hwi.

"Kamu benar-benar tidak memperhatikan kelas saya ya?" Sarkasnya, Professor Yang kembali ke mode Yangcrates.

Alana menelan ludah panik, Professor Yang tidak salah karena memang minggu-minggu terakhir ia sering hilang fokus di kelasnya. Tentu saja masih dengan sebab yang sama, ia terbayang-bayang Professor Yang mengenakan pakaian santai seperti waktu itu.

Gue salfok ke elu, gimana mau memperhatikan materi.

"Maaf Professor," ucap Alana menunduk.

Jalan terbaik menghindari amukan namun sepertinya tidak berhasil. Ia bisa mendengar Professor Yang menghela napas, oh sungguh itu bukan pertanda baik.

"Jika begini—,"

"Lana?" Suara yang sangat Alana hapal memotong omelan Professor Yang.

Itu Aqila.

Alana tidak tau harus berterimakasih atau mengumpat melihat Aqila berada di kampusnya, tidak, ia berada di hadapannya saat ini. Beragam pertanyaan muncul di kepala Alana tentang untuk apa Aqila kemari.

"Qila? Lu ngapain di sini?" Alana bertanya.

Kini fokus Professor Yang juga teralihkan menjadi mengamati interaksi Alana dan Aqila. Kedua alisnya bertaut bingung.

"Gue ada urusan sama beliau, Tuan Yang," balas Aqila.

"HAH?!"

Otak Alana mendadak berhenti bekerja, ia mencoba mencerna situasi namun tetap saja tidak menemukan titik terang tentang bagaimana Aqila bisa mengenal Professornya?!

"Kenapa... kalian bisa saling mengenal?" Alana melirik keduanya bergantian. Panik terlihat di matanya.

"Waktu gue renovasi unitnya Kakak, pemborong gue ga sengaja mecahin kaca sliding door beliau ya terus gue ke sini mau ngasih kartu garansi buat sliding door barunya," balas Aqila.

Alana hanya bisa melongo, dunia benar-benar hanya selebar daun kelor! Kenapa juga sahabatnya bisa terlibat masalah dengan Professor Yang?! Ia bisa gila karena hampir semua hal yang terjadi akhir-akhir ini berkaitan dengan Professor satu itu.

"Wait, lu ga kaget gitu ketemu gue?" Tanyanya penasaran karena Aqila tetap kalem sejak tadi.

"Gue tau bakal ketemu lu di sini, makanya cek notif hp lu," ucapnya menunjuk handphone yang Alana pegang

VeerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang