Bibir Alana mengerucut sebal dengan tatapan tajam ditunjukkan kepada seseorang yang berdiri di depan kelas. Selama kelas Hukum Pidana, ia terus mengumpat karena dirinya selalu ditunjuk oleh Professor Yang dalam sesi tanya jawab metode Socrates sialan itu. Terkadang Alana sampai lupa dengan status mereka.
Memang sejak awal Professor Yang telah memperingati bahwa ia tidak akan memperlakukan Alana berbeda dengan yang lainnya. Meskipun begitu, Alana merasa dirinya semakin menjadi sasaran di kelas.
Beruntung saja ia tetap mempelajari materi sebelum kelas sehingga ia bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut walau terbata-bata. Jam menunjukkan pukul 11 pagi tanda berakhirnya kelas Yangcrates. Alana bisa merasakan seluruh mahasiswa yang berada di dalam kelasnya mulai relax karena siksaan ini segera berakhir, begitupun dirinya.
Sebelum manusia menyebalkan itu memanggil Alana.
"Alana, my office," ucap Professor Yang tepat setelah pembelajaran diakhiri.
Alana mendengus kesal sambil merapikan barang-barangnya. Jujur saja ia masih kesal, well siapa yang tidak kesal jika pacarnya sendiri menganggap dirinya tidak ada.
Selama hampir dua minggu setelah kejadian berpelukkan di mobil waktu itu hingga saat ini dapat dihitung dengan jari berapa kali Professor Yang mengajaknya mengobrol hal lain selain hal berbau hukum termasuk kasus klinik legal. Hal ini membuat Alana merasa mereka tidak benar-benar menjalin hubungan, kasus terparahnya Alana hampir yakin kejadian dua minggu yang lalu adalah halusinasinya.
Keadaan tersebut juga diperparah dengab padatnya jadwal untuk mengurusi Klinik Legal, kuliah, dan magangnya. Alana merasa tidak termotivasi.
Menyedihkan.
Seperti biasa Aruna dengan tidak tahu malunya mengompori Alana "Ciee dicariin Yangcrates,"
"Doain gue keluar hidup-hidup," ucap Alana hiperbolis mencoba menghiraukan usilan Aruna. Sahabatnya satu itu tidak tau bahwa Professor Yang lebih dari sekedar Professor bagi Alana.
Masih belum tau lebih tepatnya. Alana hanya bisa berdoa agar Aruna tidak mengetahui hubungan mereka disaat yang tidak tepat. Aruna sangat jeli untuk menyadari hal ganjil saat Alana diantar ke rumah sakit kemarin karena tiba-tiba kelas Professor Yang dibatalkan padahal Professor kejam satu itu tidak pernah membatalkan kelasnya.
Dengan segenap tenaga dan doa, Alana meyakinkan Aruna bahwa pada hari itu Alana pergi ke rumah sakit menggunakan taksi. Untung saja Aruna percaya.
Saat ini Alana mencoba menerka apakah Professor Yang akan memarahi dirinya karena tidak fokus dikelasnya hari ini atau bertingkah sebagai pacarnya, atau keduanya? Well Alana tidak tau karena dua minggu yang lalu Professor Yang sangatlah menggemaskan namun tembok berjalan satu itu bisa berubah 180 derajat.
Apapun itu Alana hanya berharap hubungan keduanya bisa menjadi lebih baik. Alana juga ingin bertingkah clingy dan do couple stuff.
"Bilang aja lu smitten, awas jangan sampai klepek-klepek kaya ikan di darat," bisik Aruna ketika mereka bertiga menuruni tangga tempat duduk kelas, seketika emosi Alana tersulut untuk mencubit Aruna. Sayangnya itu gagal.
"Ko liat Ko, dia kabur," Alana mengadu kepada Joon Hwi melihat Aruna kabur duluan keluar dari kelas.
"Biarin aja, semangat adik kecil! Jangan lupa janji besok!" Ko Joon Hwi tersenyum meledek sambil mengacak rambut Alana dengan tanpa dosanya.
Tentu saja hal tersebut termasuk biasa bagi Alana namun kini ia menegang karena menyadari tatapan seseorang tertuju pada dirinya, siapa lagi kalau bukan Professor Yang?
KAMU SEDANG MEMBACA
Veer
FanfictionVeer /noun/ : a sudden change of direction. Siapa yang tau bahwa kebodohan Alana di pagi itu adalah awal mula Professor Yang menghancurkan prinsipnya sendiri? ⚠️Disclaimer : All Law School characters belongs to JTBC. P.s. I'm not majoring in Law so...