2.4; Suspicious

196 20 15
                                    

I'M BACKKK!!!
I just finished midterm and as an apology, I present u the longest chap I've ever made! Enjoy this chapter dan jangan lupa vote and comment!

P.s. sorry for typo(s)

•••

Saat siang setelah jam makan, coffee shop tidak terlalu ramai, cenderung kosong malah. Karena itu Alana memilih untuk berdiam diri di sana sambil mengerjakan tugas sekaligus membeli minuman dan camilan untuk mengisi perutnya menunggu kelas berikutnya, kelas Hukum Pidana. Kemana Aruna? Bestienya itu sedang menjemput adiknya.

Namun ketenangan tersebut tidak bertahan lama karena netra Alana, untuk kedua kalinya, menangkap sosok menyebalkan itu memasuki coffee shop, Professor Yang. Memori memalukan tempo hari tentang dirinya yang tidak sengaja memesan Happy Meal kembali berputar di kepala Alana. Sial.

Professor Yang sepertinya menyadari dirinya ada di sana karena mereka sempat bertatapan sebentar, membuat jantung Alana berdegup kencang. Tidak itu bukan ketertarikan, lebih karena Alana panik takut dirinya diberi tugas lebih. Dengan cepat Alana hanya memfokuskan dirinya kepada laptop dihadapannya untunk mengerjakan tugas berharap Professor Yang membiarkannya sendiri.

Oh tentu saja itu tidak terjadi, beberapa saat setelahnya sosok tersebut ada di hadapannya. Alana hanya bisa bersumpah serapah karena sepertinya Professor Yang akan membicarakan tentang Klinik Legal. Alana menyadari bahwa Professor Yang membawa dua minuman lalu mereka hanya bertatapan, tidak ada yang berniat memulai percakapan.

Canggung banget sial!

"Professor," Alana bangkit berdiri untuk menyapanya setelah tersadar dari aksi tatap menatap yang sangat canggung.

Tidak ada jawaban, Professor Yang hanya meletakkan salah satu coffee cup berisi iced latte di meja Alana. Membuatnya mengerutkan kedua alisnya bingung, pasti ada maunya tepat seperti waktu itu. Namun lagi-lagi perkiraan Alana salah, Professor Yang mulai beranjak pergi tanpa mengucapkan sepatah kata apapun. Dengan sigap Alana mengikuti langkah Professornya, ia belum mengucapkan terimakasih.

"Prof!"

Professor Yang membalikan badannya lalu mereka kembali betatapan dan Alana refleks memasang wajah bertanya dengan alis mengkerut. Sejenak Professor Yang terlihat ingin berbicara namun tidak jadi, malah membalikan badannya lalu berjalan lagi membuat Alana semakin bingung.

"Professor!" panggil Alana lagi membuat Professor Yang membalikan badannya, lagi, kini ia memasang wajah bertanya dan menghela napas mencoba sabar. Entah perasaan Alana saja atau memang benar tatapan Professor Yang tidak seseram biasanya, mungkin itu karena ia sudah terbiasa berada di sekitarnya.

"Terimakasih untuk kopinya," ucap Alana sambil tersenyum.

Yah walaupun menyebalkan setidaknya Alana harus menunjukkan sopan santun dan untung saja tadi ia tidak jadi membeli latte. Professor Yang hanya mengangguk lalu berjalan meninggalkan coffee shop tersebut, dengan senyuman.

•••

Alana menatap coffee cup kosong yang tadinya berisi latte bekas pemberian Professor Yang di tangannya. Semakin diingat, kejadian tadi siang sangat tidak Yangcrates-able. Aneh. Sangat aneh. Tapi lebih aneh lagi Alana membawa sampah coffee cup tersebut sampai ke rumah.

Ngapain gue bawa ginian?

Alana terlihat menimbang-nimbang untuk membuangnya atau tidak. Bukan, ia bukan ingin menyimpannya karena itu berharga namun dengan tujuan untuk mengingatkan bahwa seorang Yangcrates bisa bertindak se-random itu.

VeerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang