3.1; Another Side

177 18 9
                                    


[For your eyes only, I show you my heart]
—If I Could Fly, One Direction—

Hi!!! I'm back!
These past two weeks was total chaos🧎
Anyway, for those who is facing exam
right now, SEMANGATT!!!
Please enjoy this chapter and dont forget to vote & comment!!

•••

Disinilah Alana, berada di balai sidang untuk menghadiri sidang kedua client legal clinicnya bersama Professor Yang. Pada akhirnya ia memutuskan untuk kemari dan pulang lebih cepat dari liburan bersama keluarganya sekaligus merayakan ulangtahun dirinya yang ke 20.

Alana merasa bersama Professor Yang lebih menarik daripada liburan keluarga tersebut karena sebenarnya Ayahnya mempunyai pekerjaan disana dan akhirnya memutuskan untuk sekalian berlibur karena mereka semua sedang senggang.

Membujuk kedua orangtuanya bukanlah perkara mudah, pasalnya Alana harus membujuk mereka berhari-hari terutama Maminya. Ia menghabiskan waktu seminggu untuk membujuknya. Itupun ia harus memenuhi syarat untuk kembali lagi dalam tiga hari.

Tapi memang pada dasarnya Alana tidak memperoleh izin secara penuh dari kedua orangtuanya, ia menghadapi hal sial begitu menginjakan kaki di kota ini.

Password pintu rumahnya tiba-tiba invalid membuat dirinya mau tidak mau menumpang di rumah tetangga sekaligus sahabatnya, Dimitri. Sebenarnya bisa saja ia membayar jasa seseorang untuk membenarkan error tersebut namun ia masih sayang tabungan miliknya. Lagipula ia disini hanya 3 hari.

Kini satu persatu orang yang hadir di persidangan mulai meninggalkan kursinya, kecuali Alana dan Professor Yang. Mereka masih belum beranjak dari tempat duduknya, lebih tepatnya Alana menunggu Professornya beranjak terlebih dahulu padahal dirinya ingin ke toilet.

"Permisi Prof, saya mau beli minum dulu," ucap Alana langsung beranjak dari tempat duduknya tanpa menunggu persetujuan dari Professor Yang.

Katakanlah ia tidak sopan namun tenggorokannya butuh air, ini lebih penting daripada amukan seorang Yangcrates. Tanpa diduga Professor Yang juga ikut beranjak dari tempat duduknya mengikuti Alana pergi.

Bisa ditebak pada akhirnya Professor Yang membelikan dirinya minuman dari vending machine yang sama saat mereka berdua terjebak hujan di gedung ini. Mengingat hal tersebut membuat pipi Alana terasa panas.

Selepas membeli minum, mereka berdua berjalan menuju loby dengan Alana mengekor dibelakang Professornya.

"Apa rencana karirmu Alana?" Tanya Professor Yang tiba-tiba sambil membuka kaleng kopi.

"Entahlah, sejujurnya saya ingin menjadi seorang jaksa namun sepertinya itu tidak akan terjadi," Alana menunduk menatap kaleng kopi yang sedang ia genggam.

Sementara itu Professor Yang menghentikan langkahnya lalu berbalik menatap Alana. Ia mengerinyit penasaran.

"Mengapa?" Professor Yang menatap Alana yang berada di hadapannya. Kini mereka berdua berdiri berhadapan.

"Saya sudah membuat kesepakatan dengan orangtua agar diperbolehkan mengambil jurusan hukum," Alana mengingat kesepakatan itu.

Memang benar, ia tidak diizinkan untuk menjadi pengacara, hakim, apalagi seorang jaksa. Itu adalah kesepakatan yang ia buat dengan kedua orangtuanya agar diizinkan berkuliah jurusan hukum.

"Kalau begitu pengacara?" Professor Yang terlihat penasaran.

"Tidak juga, saya akan menjadi legal specialist untuk konsultan milik ayah saya," senyum masam terukir di wajah Alana.

VeerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang