2.2; Soft Spot

195 25 11
                                    

Happy reading! Leave ur vote and comment(s) to boost my writing energy!!

Also happy saturday night all, menghalu is my runaway :3

•••

Alana, Aruna, dan Joon Hwi kini tengah duduk bersama di perpustakaan berkutat dengan beragam materi persiapan untuk hari ke empat Ujian Tengah Semesternya. Walau kini menunjukkan pukul 8 malam, masih ada beberapa mahasiswa yang bertahan mengambis belajar untuk ujian.

"Lu harus banget nempelin sticky note ke jidat apa Na?" Tanya Aruna miris melihat Alana yang seperti mayat hidup. Ya benar, kantung mata Alana sudah menghitam, sempat mimisan beberapa kali, dan penampilannya sangat berantakan.

"Ini sebagai penangkal sial, walau gue ga yakin luck gue lebih besar dari kesialan," balas lesu gadis dengan sticky note bertuliskan 'Anti masa depan suram!!!' di jidatnya.

Berbeda dengan semester sebelumnya, Alana kali ini benar-benar merasakan burnout sehingga otaknya sangat lemot dalam mencerna materi padahal semester lalu ia bisa melewati UTS dengan lancar, sangat membuatnya frustasi. Ini semua gara-gara banyak tanggung jawab yang harus dipikul, singkatnya, ini semua gara-gara ia berurusan dengan Yangcrates berujung memaksanya ikut terjun ke Klinik Legal.

"Cheer up Na! Sisa dua matkul lagi," Joon Hwi mencoba menyemangati Alana yang kini hanya bisa menatap kosong berkas kasus di tangannya. Sudah lebih dari tiga kali ia membaca, tetap tidak paham juga.

"Iya dua lagi, tapi matkulnya berat semua anjir!" Umpatnya sedikit keras sehingga cukup menarik perhatiaan beberapa orang untuk memberikan tatapan tajamnya kepada Alana.

"Yuk bisa yuk," Aruna mencoba menyemangati diri sendiri agar terhindar dari aura kelam yang dipancarkan Alana.

"Iya bisa gila gue," ceplos Alana sambil menaruh kepalanya di meja. Mati. Besok ujian Hukum Perdata dan ia benar-benar blank.

Alana rasanya ingin log-out sejenak dari kehidupannya karena jujur ia sudah tidak kuat untuk belajar ujian, apalagi matkul Hukum Pidana sebagai penutup UTS kali ini. Sungguh closing yang sangat epic membuat kepalanya semakin berdenyut sakit, ia butuh mentor lain karena penjelasan Ko Joon Hwi sudah tidak dapat diserap oleh otaknya.

"Mendingan kita pulang aja ga sih, udah ga kondusif juga," usul Aruna mulai merasa jenuh setelah belajar ber jam-jam.

"Eh udah jam 8, gue mau pulang," Joon Hwi melihat ke arah alorji miliknya lalu segera membereskan barang-barangnya.

"Gue juga deh. Ko gue nebeng ya," Aruna menyerah, ia butuh mengistirahatkan otaknya setelah berjuang seharian.

Di sisi lain Alana hanya diam melamun. Ia bimbang, kalau pulang pastinya ia tidak akan belajar dengan benar dan jika ia diam disini tidak efektif karena otaknya sudah limit dan belajar sendirian menurunkan moodnya.

"Lu gimana Lan?" Tanya Aruna sudah siap meninggalkan perpustakaan.

"Mendingan pulang dari pada diem disini, udah ga fokus juga lu nya," Joon Hwi melanjutkan.

"Ga! Gue harus disini sampai paham!" Ucap Alana melankonis sambil mengangkat kepalanya dari meja setelah merenung.

"Yakin?" Aruna menyipitkan matanya, jujur ia tidak yakin Alana akan memahami keseluruhan materi dengan memaksa belajar di perpustakaan.

"Yakin!" Balas Alana dengan membara.

"Alright, fighting bestie! Kabarin ortu sama Koko lu jangan lupa," balas Aruna mengingatkan ditanggapi Alana dengan mengacungkan jempolnya.

VeerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang