7🌱

124 80 56
                                    

_Tamparan takdir_

"Bahkan perbedaan agama pun, dia masih menjadi tempatku duduk tenang seperti ratu tanpa beban pikiran."
-Cia🌱

"WHAT?!"

Cia kaget mengelus dada kala Hamka berucap kencang. Tak lupa dengan tatapan orang-orang disekitarnya yang menatap mereka berdua aneh.

"Ssshh, aww!" ringis Hamka ketika pinggangnya dicubit keras oleh Cia.

"Bisa gak jangan teriak-teriak? Diliatin banyak orang tau!" kesal Cia.

"Iya-iya maaf, refleks aja gitu disuruh gombalin nenek-nenek. Apa gak ada yang lain, Ci?"

Mendengar itu Cia terbahak. Berbanding balik ketika Hamka berteriak sampai mendapatkan tatapan dari orang-orang lalu Cia mencubit pinggang laki-laki itu. Hamka justru menatap kembali orang-orang yang kini menatap kearahnya dan Cia, Hamka menatap mereka seolah-olah mengatakan "Bukan temen saya!"

Tawa Cia mereda, lalu mengusap ujung matanya yang terasa mengeluarkan sedikit air mata.

"Bukan yang itu, Ka. Tapi yang itu" tunjuk Cia pada gadis yang berdiri sendirian ditengah kerumuan.

Gadis dengan berpenampilan tomboy itu sukses membuat Hamka susah menelan salivanya, mengerjapkan matanya sekejap lalu menatap Cia tidak percaya.

"Gak mau ah, Ci. Serem" tolak Hamka membuang wajahnya dari gadis tomboy itu.

"Yaudah sama nenek-nenek itu aja"

"Gak!"

Cia mengangkat bahunya acuh mendengar penolakan tegas dari Hamka, "Curang"

Hamka menghembuskan napas panjang sebelum akhirnya bangkit dari bangku, sekilas menatap Cia "Doain gue ya?"

"Halah, biasanya aja gombalin gue" ucap Cia merotasikan bola mata.

"Kan lewat chat, Ci"

"Oh, jadi ini Hamka Samuel Putra yang suka gombalin cewek lewat chat nyalinya gede? Coba dong secara langsung gimana?" ucapan Cia terdengar meremehkan, membuat Hamka mendengus.

Hamka menatap sinis Cia cukup lama, sampai akhirnya melangkah menghampiri cewek tomboy yang dimaksud Cia tadi.

Merasa jaraknya sudah dekat dengan gadis itu, Hamka pun berhenti melangkah. Berdehem singkat sampai akhirnya membuat gadis itu menatap Hamka.

Cia menatap keduanya dari tempatnya yang agak sedikit jauh, melihat bagaimana gerak-gerik Hamka melakukan tantanganya.

"Boleh kenalan gak?" gadis itu mengerutkan dahinya, menatap Hamka datar.

"Serem anjir!! Udah kaya pereman"

Tak lama dari itu gadis tersebut mengangguk, menjabat tangan didepan Hamka, "Sufa"

Hamka dibuat salah tingkah sendiri, lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Melirik Cia sekilas, lalu kembali fokus kepada gadis yang bernama Sufa ini.

"Hamka" Hamka membalas jabatan Sufa, tak beberapa lama kemudian melepaskanya.

Seperdetik keheningan tercipta antara keduanya, sampai akhirnya Hamka berdehem mengalihkan pandangan Sufa.

"Kenapa?" tanya Sufa.

"Bapak kamu tukang kebun, ya?" Sufa menggeleng.

Wah, jiwa-jiwa fukeboy-nya mas Hamka keluar guys ^^

Korban GhostingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang