17🌱

78 33 9
                                    

_Halusinasi_

"Memilikimu adalah halusinasi. Kamu objek yang nyata, tapi terasa fatamorgana"
-Cia🌱

Bulan telah datang menerangi gelapnya malam. Cia membaringkan tubuhnya diatas kasur setelah selesai melaksanakan solat maghrib, menatap langit-langit kamarnya dengan pandangan kosong.

Merasa bosan akhirnya Cia merubah posisinya menjadi duduk, mengambil benda pipih yang berada diatas nakas.

Hamka🍫

Me:
Ka, keluar hayu. Gw bosen/
(06:27)

Cia menghembuskan napas kasar saat menatap layar ponselnya, pesan yang Cia kirim masih centang satu abu.

"Gue samperin aja deh" baru saja Cia hendak melangkah keluar dari kamarnya, ponselnya tiba-tiba saja berdering menandakan sebuah panggilan masuk.

"Injun ..." gumam Cia menyeritkan dahinya bingung.

"Ihh tumben nih orang" tak pikir panjang, Cia langsung mengangkat panggilan tersebut.

"Ciee nelpon duluan... kangen gue kan, lo?!" lama tidak ada sahutan dari sebrang sana membuat Cia mendengus sebal.

"Injun?" sama seperti sebelumnya, tidak ada respon dari Injun.

Cia menatap layar ponselnya, barangkali sambungan sudah terputus atau mungkin saja sinyalnya jelek.

"Masih nyambung, sinyalnya juga bagus. Apa yang salah sih?" tanya Cia bergumam pada dirinya sendiri.

"Ekhem!! Kalo lo gak mau ngomong, gue matiin ya?" ucap Cia yang merasa kesal.

"Ci ..."

"Ye" jawab Cia acuh.

Setelah itu Injun tidak meresponnya lagi, hanya suara deru napas yang tidak teratur yang bisa Cia dengar dari sebrang sana.

"Njun? Lo kenapa?" tanya Cia dengan nada kekhawatiran.

Dapat Cia dengar hembusan napas berat dari sebrang sana, firasat buruk mulai menghantui pikiran Cia.

"Ci ..." suara remaja itu semakin lirih.

"Iya, Njun. Kenapa?"

"---"

Braaakk

Ponsel Cia terjatuh dari genggaman tangannya, tubuhnya luruh kelantai, bersamaan dengan itu air mata Cia mengalir dengan deras tanpa permisi.

Dari sebrang sana Injun memanggil-manggil nama Cia, namun gadis itu tidak meresponnya. Tangisannya semakin terisak kala mengulang ucapan Injun beberapa menit yang lalu.

Cia butuh tempat bersandar, Cia butuh teman, Cia butuh penenang, Cia tidak ingin sendirian dalam kondisi terpuruk seperti ini.

"Hamka ..." sebuah nama yang terlintas dipikirannya hanya laki-laki itu.

Cia menyeka air matanya dengan kasar, lalu dengan langkah gontai Cia keluar dari kamar menuju rumah Hamka, meninggalkan ponselnya yang masih tergeletak dilantai.

Korban GhostingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang