13🌱

108 60 30
                                    

_Gak mandang fisik/materi_

"Aku hanya ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada"
-Cia🌱

Hari menjelang malam, Cia membereskan kamarnya. Sebentar lagi azan berkumandang, Cia harus siap-siap mengambil wudhu untuk solat maghrib.

Setelah selesai membereskan, samar-samar telinga Cia mendengar ketukan pintu dari luar rumah. Cia melangkah menghampiri, "Siapa sih, maghrib-maghrib juga"

Tok' tok' tok'

"Sabar nap---" hampir saja Cia akan mengomel jika tidak melihat siapa orang didepannya ini.

"Eh, Mark?"

Mark tersenyum simpul, "Gue ganggu, gak?"

"Gak kok. Sini masuk"

Mark mengikuti Cia dari belakang, sampai mendaratkan bokongnya dibangku tamu.

"Bentar, ya ...gue bikinin minum" Cia yang hendak berdiri urung kala Mark menahannya.

"Gak usah, Ci. Cuman sebentar"

"Oh?"

Disisi lain Hamka diam-diam memperhatikan rumah Cia dari ambang pintu, menatap dengan tatapan sengit kala mobil Mark terparkir didepan rumah itu.

Kepala Hamka seperti bertanduk sekarang, entah kenapa hatinya merasa jengkel dengan Mark. Akhir-akhir ini Mark sering mendekati Cia, jangan sampai Hamka kecolongan berita tentang keduanya.

"Gue kira lo suka makan semangka doang, Mark. Ternyata suka makan temen juga" gumam Hamka.

Hamka menghembuskan napas pelan, memejamkan matanya sekejap. Pandangannya tak lepas dari rumah Cia.

"Ka, pintunya ditutup! Nanti nyamuknya pada masuk!" perintah sang ayah dari ruang tengah.

"Iya-iya!" Hamka menutup pintu utama, lalu duduk dibangku bambu yang tersedia didepan rumah.

Seperdetik kemudian Hamka melihat Mark yang keluar dari rumah Cia, Hamka memerhatikan lamat-lamat. Dilihatnya Mark mengusap surai hitam Cia dengan lembut, membuat Hamka semakin berapi-api.

"Berani-beraninya, lo!" Hamka tersulut emosi, ingin rasanya menghampiri mereka lalu meninju wajah Mark. Tapi Hamka sadar dengan kalimat 'kamu siapa? Posisi kamu apa?'

Oke, Hamka menahan amarah sekarang.

Tunggu sebentar, kok Cia nangis? Hamka tidak salah liat'kan? Gadis itu tengah menangis. Dan adegan yang paling menjengkelkan untuk Hamka liat adalah, ketika Mark memeluk erat tubuh mungil Cia. Apa-apaan ini?!

Cukup lama mereka berpelukan, sampai akhirnya Mark pulang dengan mobilnya. Cia masih berdiri diambang pintuu, tanpa sadar gadis itu tengah memperhatikan Hamka.

Netra keduanya bertemu, lama mereka bertatapan. Sampai akhirnya Cia memutuskan kontak mata dan berujung masuk rumah.

Hamka tersenyum simpul, memandangi rumah yang ada didepannya. "Ci, gue kangen sama lo. Kangen doang, selebihnya kangen banget"

Korban GhostingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang