_'Cantik'_
"Dia baik, dia cantik. Moodnya suka berubah-ubah, suka ngambek, susah diatur. Tanpa dia sadari, dia sempurna dimata saya"
-Hamka🌱Setelah membeli beberapa jajanan, termasuk somay. Hamka dan Cia duduk ditepi danau yang tak jauh dari kerumuan para pedagang kaki lima, sengaja meluangkan waktu bersama. Melepaskan rasa rindu setelah saling berdiaman.
"Ci" yang dipanggil melirik.
"Apa?"
"Gue mau pantun, nih"
"Silahkan" balas Cia mempersilahkan.
Hamka memandang Cia lekat, sampai netra keduanya bertemu. Lantas Hamka tersenyum manis.
"Padahal gue belum pantun, tapi kenapa lo udah cakep aja?" tanya Hamka polos.
Cia yang mendengar itu terkekeh geli, ada-ada saja.
"Dari lahir. Sok, mau pantun apa?"
Hamka berdehem singkat, sebelum akhirnya menarik napas panjang.
"Ikan hiu makan jipang,"
"Cakeppp" Cia melayangkan ibu jarinya diudara.
"I love you saempang!!" lanjut Hamka menaikan satu oktaf.
"Hiyaaaa, pak cepak-cepak jederrr! Yamate kuda lumping. HAHAHA" lanjut mereka seperempak.
Entah apa yang lucu, setelah mengatakan itu secara bersamaan, mereka terbahak tanpa beban sedikit pun.
Setelah tawanya reda, mereka saling tatap. Tak lama dari itu, mereka kembali tertawa lagi.
.
.
.Hamka memakaikan helm untuk Cia dengan teliti, seperti orang tua yang memperlakukan kepada anaknya, Hamka menjaga Cia dengan hati-hati.
Setelah itu, Hamka menaiki jok motornya, disusul Cia yang membonceng dibelakang. Kedua tangan Cia melingkar dipinggang Hamka, membuat Hamka menarik sudut bibirnya dibalik helm.
"Udah siap, ratu?" Cia mengangguk, sekilas tersenyum kala Hamka memanggilnya dengan sebutan 'ratu.
"Udah dong pangeran" balas Cia.
Hamka mulai menjalankan motornya dengan kecepatan sedang, membelah jalanan ibu kota yang cukup ramai.
Keheningan menemani perjalanan mereka, tak ada yang membuka suara satu sama lain, baik Cia maupun Hamka. Keduanya saling fokus, Hamka yang fokus pada jalanan, dan Cia yang fokus pada gedung-gedung yang menjulang tinggi disepanjang jalan.
Tak jarang Cia melirik Hamka lewat spion, lalu tersenyum tipis. Ada rasa sesak dihatinya. Entah karena apa, Cia tidak mengerti.
Setelah menempuh perjalanan pulang, mereka pun sampai dirumah. Cia memasuki rumah setelah mengucapkan "makasih buat hari ini" dengan tulus kepada Hamka.
Gadis itu merebahkan tubuhnya diatas kasur, menatap langit-langit kamarnya.
Menghembuskan napas kasar, Cia bangkit dari kasur. Berjalan mencari buku diary bersampul daun hijau dimeja belajarnya, lalu tangannya mulai berkutat dengan bolpoint diatas buku itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Korban Ghosting
Teen FictionGhosting itu bukan tindakan yang wajar, tolong jangan dibiasakan. Setan!!! Note: Hanya rangkaian kata yang saya tulis selama PPKM [Pernah Perhatian Kemudian Menghilang] kaya dia. _Hanya fiktif belaka_ Draf: 4 Agustus...