14🌱

116 56 26
                                    

_Komitmen?_

"Karena mencintai adalah kata kerja, mari kita bekerja sama dengan saling mencintai"
-Cia🌱

Usai memarahi Mark sampai meninju wajah laki-laki itu, Hamka pulang dengan motor beat-nya. Ada rasa tidak enak hati dengan Mark, semua yang Hamka liat semalam hanya salah paham.

Hamka kira Cia menangis karena ulah Mark. Hamka paling tidak suka melihat wanita menangis, apalagi dengan Cia. Jika Hamka membuat Cia menangis, maka Hamka akan merasa gagal menjadi seorang laki-laki. Meski hubungan mereka hanya sebatas teman, Hamka tidak akan pernah membiarkan siapa pun membuat Cia menangis, Hamka akan menjaga Cia selalu.

Hamka memarkirkan motornya didepan rumah lalu hendak memasuki rumah, niatnya urung ketika suara gadis yang sangat familiar memanggil namanya. Hamka berbalik badan, mendapati Cia yang berjalan dengan sedikit pincang.

"Ka ..." Cia sudah berdiri didepan Hamka, laki-laki itu hanya memandangi Cia datar.

Sejujurnya Hamka ingin memeluk Cia erat, namun kenapa rasa gengsi lebih dominan?

"Ayo!" ajak Cia tiba-tiba.

Hamka yang tidak mengerti menyeritkan dahinya.

"Ayo saling mencintai" lanjut Cia.

Hamka diam, menatap Cia dengan tatapan kosong.

"Semalem Mark udah cerita sama gue, lo suka gue juga'kan?"

"Ka?"

"Shit! Mark anjir!" umpat Hamka dalam hati.

"Mark cerita apa aja sama lo?"

"Dia bilang, lo suka sama gue. Tapi gak mau macarin gue, alasannya karena kita beda agama. Lo takut jatuh hati terlalu dalam sama gue, dan takut nanggung resiko kaya ayah lo ..."

"... it's oke, gue gak papa. Tapi, bisakan kita saling jaga komitmen?"

Entah kenapa saat Cia membahas ini, Hamka merasa melihat sosok Cia dewasa. Tidak ada Cia yang selalu kesal, menjengkelkan, menyebalkan, banyak tingkah, bobrok, bar-bar. Semua sikap itu terhempaskan ketika Cia membahas soal cinta.

"Ci ..."

"Mau?" Hamka mengangguk, lalu tersenyum menampak'kan mata bulan sabitnya.

Cia yang melihat itu sontak berbinar, hatinya sangat senang.

Hamka menarik tubuh Cia dalam dekapannya, memeluknya dengan erat. Seerat mungkin.

.
.
.

Hamka dan Cia sedang berada ditempat jajanan. Banyak pedagang kaki lima yang berjejer menjual dagangan mereka dipinggir jalan.

Usai memarkirkan motornya, Hamka berjalan beriringan dengan Cia. Menggandeng erat tangan manis itu, genggaman yang sangat Hamka rindukan.

Mereka berkeliling mencari jajanan yang enak, yang pasti masuk dimulut mereka.

"Ci, lo sukanya apa?"

Korban GhostingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang