Lisa membawa istrinya yang nakal itu menuju kamar hotelnya. Sepanjang perjalanan, tidak ada percakapan yang terjadi diantara mereka, apalagi disuguhi wajah dingin Lisa sangat menakutkan.
Sampai di depan kamar, Colum dan Justin sudah berjaga didepan. Kedua bodyguard itu terkejut saat melihat Jennie berada disini. Dapat dilihat dari wajah dingin Bos mereka yang terlihat kesal, dapet dipastikan jika Jennie nekat menghampiri bos mereka.
"Telfon Mark dan Shawn, sekarang."
"Ye, bos."
Colum dan Justin melakukan panggilan telfon, namun ponsel keduanya tidak aktif.
"Ponsel Shawn tidak aktif bos." Kata Colum
"Ponsel Mark juga tidak aktif bos." Timpal Shawn
Melihat ada yang ganjal, Baik Lisa maupun kedua bodyguardnya lansung bersamaan menatap kearah Jennie yang sudah menunjukkan gummy smile nya. Lisa menghembuskan nafasnya berat lalu mengusap wajahnya frustrasi sementar kedua bodyguardnya masing - masing mengulum bibir, menahan tawa.
Membuka pintu kamar, Lisa membawa Jennie masuk kedalam. Dengan kasar Lisa melepaskan Jas dan dasinya, melemparkan ke ranjang pakaian lalu ia menggulung lengan kemejanya sampai kesiku, melepaskan 3 kancing teratasnya. Sementara Jennie yang sudah duduk di ranjang menjadi ngiler dengan matanya berbinar cerah melihat pemandangan yang menurutnya sangat hot.
"So-- se-sexy...."
Lisa berjalan, berdiri didepan istrinya. Ia menyipitkan matanya, membungkukkan badan, memajukan wajahnya dekat dengan wajah sang istri sampai hidung mereka hampir bersentuhan.
Blush
Pipi Jennie menjadi sepenuhnya merona seiring dengan jantungnya berdebar kencang karena perlakuan suaminya itu.
"Poopoo ma-mau ngapain?" Gugup Jennie karena ditatap sangan intens oleh mata elang milik suaminya.
"......"
Lisa kembali menegakkan badannya, melipat kedua lengannya dibawah dada. "Kapan kamu sampe kesini?"
"Jam 7 lewat poopoo." Cicit Jennie takut - takut.
"Bagus, bagus... gimana bisa sampe kesini,hum?"
"Paginya anak - anak J titipin ke Irene unnie, terus mark sama shawn aku kasih obat tidur bubuk dimakanan mereka terus ponsel mereka J ambil, terus... J lansung pergi ke bandara lansung pesen tiket penerbangan disana... maaf poopoo... J salah....." Jelas Jennie dengan wajah puppy nya, bibirnya melengkung sedih kebawah dengan matanya sudah berkaca - kaca.
"Kamu udah tau dari awal kalo kamu salah, kata maaf ga ada gunanya sekarang. Aku ga habis pikir sama kamu sampe nekat nyusul kesini malah sendirian lagi!"
"Ya habisnya poopoo----"
"Apa? Aku udah bilang disini 7 hari. Kamu kenapa malah nyamperi kesini? Coba deh sebelum bertindak otaknya dipake dulu jangan disimpen! atau otak kamu udah ga ada? Iya? Ini nih negara orang, kamu kalo ada apa - apa, ilang, diculik, kecelakaan atau mati ditengah jalan tadi siapa yang mau nolongin? Ga ada!" Potong lisa lagi yang kali ini semakin meninggikan nada bicaranya membuat tubuh Jennie bergetar bersamaan air matanya mengalir deras.
"Nangis aja nangis!"
"HIKS~ HUAAAAAAAAAAAA~~~ HIKS~ HIKS~ so-sorry.. HIKS~ poopoo HUAAAA~" Jennie menangis keras meminta pengampunan.
"Ga ada sorry - sorry! nangis aja sana, bila perlu kuatin lagi sampe tenggorak kamu sakit!"
"HUAAAAAA~~~ HIKS~ SORRY POOPOO HIKS~ J SORRY... HUAAAAAA~~ HIKS~ HUAAAAA~"