XXVIII

150 36 8
                                    

"Kami terlalu sibuk dengan urusan masing-masing," jawab Charlotte berbohong. "Kau tau, semakin bertambahnya usia kami, kami hanya ingin mendekatkan diri dengan Tuhan. Dan untuk Dianne, dia merupakan salah satu biarawati terbaik yang pernah ada, sama seperti mendiang suster Sharoon."

"Dan juga suster Mariana?" ucap Sheena cepat.

Charlotte mendatarkan wajahnya sesaat mendengar nama tersebut.

"Aku melihatnya tertangkap di foto itu," tunjuk Sheena ke arah foto yang masih digenggam Charlotte.

Charlotte sendiri langsung memperhatikan foto yang dimaksud oleh Sheena.

Dan benar ucapan wanita itu.

Dia tidak pernah menyadari bahwa foto itu menangkap wajah mendiang Mariana yang membuatnya tanpa sadar langsung merobek foto tersebut dengan penuh kekesalan.

Sheena tampak syok melihat sikap Charlotte. Kedua matanya membulat namun dia tidak bisa menyampaikan kata-kata. Setelah Charlotte merasa puas merobek foto tersebut, dia baru sadar bahwa sedaritadi Sheena memperhatikan dirinya.

"Kau bisa keluar dari ruanganku," pinta Charlotte.

Sheena mengangguk dengan cepat dan langsung pergi begitu saja dengan segudang pertanyaan dibenaknya. Dia menduga-duga bahwa tidak ada yang beres dengan wanita tua itu dan sepertinya nama Mariana membuat Charlotte tampak merasa kesal meski dia masih belum mengetahui apa penyebab Charlotte bisa bersikap demikian.

Beberapa puluh menit kemudian, Sheena yang baru saja selesai menghadiri kelas biarawati, berhenti melangkah sesaat melihat Charlotte berdiri di depan sebuah api yang sedang membakar barang-barang di atasnya. Kepulan asap itu tampak bebas mengudara. Sheena memperhatikan kotak yang berada di samping Charlotte dengan dahi mengernyit.

"Bukankah itu barang-barang milik mendiang suster Eleanor?" katanya terkejut.

Charlotte yang tiba-tiba menoleh ke belakang membuat Sheena langsung melangkahkan kakinya dan berpura-pura sedang tidak memperhatikan wanita tersebut.

🔱🔱🔱

Di kediaman rumah Fredella, Altha merasa bosan berada di dalam rumah terus menerus hanya karena untuk menghindari anggota kegerejaan. Semakin lama, dia semakin berpikir mengapa tidak ada satupun dari mereka yang menyadari bahwa dirinya bersembunyi di dalam rumah Fredella. Sudah seharusnya salah satu diantara mereka mendatangi rumah yang sedang ditempati Altha hanya untuk memastikan keberadaan wanita tersebut.

Altha merasa tidak tahu harus berbuat apa selain hanya mengawasi istri dari saudaranya agar tidak keluar rumah. Ditambah sekarang tidak ada satupun asisten yang bisa membantu mereka karena Xavier sendiri sudah meninggal dunia.

Berbicara mengenai Xavier, Altha baru menyadari bagaimana pria itu bisa ditemukan meninggal di dalam biara gereja yang notabennya sangat mustahil pria asing bisa masuk ke dalam. Xavier sendiri juga bukan dari anggota kegerejaan di kota itu.

"Apakah ini semua ulah Ronald?" ucapnya menerka-nerka. "Tapi untuk apa?"

Suara ketukan pintu terdengar. Altha menoleh ke belakang dan mendapati Fredella menatap dirinya dari ambang pintu kamar.

"Ada apa kau memandangku seperti itu?" tanyanya.

"Bisa kita bicara?"

"Tentu, masuk lah," balas Altha.

Mereka duduk secara berdampingan di tepi ranjang Altha. Terlihat tarikan napas berat yang berada di tubuh Fredella.

"Apa yang telah kau katakan pada Ronald pagi tadi?" tanya Fredella.

[Completed] TSS [5]: M A R Y's RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang