Keesokkan paginya, Altha terbangun dari tidur sesaat dia mencium aroma masakan yang terasa lezat hingga dia menuruni anak tangga dengan pakaian tidur yang masih melekat di tubuh. Sesampainya Altha di dapur rumah tersebut, dia mendapati Fredella baru saja mengeluarkan kue dari dalam panggangan roti.
"Hi, selamat pagi," sapa Fredella.
"Pagi," balas Altha.
"Bagaimana tidurmu?" tanyanya.
"Cukup nyenyak," ucap Altha dengan tubuh yang membusung ke depan untuk mencium aroma kue tersebut. "Kau membuatnya sendiri?"
Fredella tersenyum lebar. "Cobalah," ucap wanita itu setelah memotong kue hasil buatannya.
Altha mengambil sepotong kue dan memasukkan ke dalam mulut. Dia mengunyah makanan tersebut secara perlahan dengan tatapan mengarah pada Fredella.
"Bagaimana?" tanya Fredella penasaran.
"Kue ini sangatlah enak," tutur Altha. "Tampaknya kau berbakat menjadi seorang pembuat kue."
Wanita itu tertawa kecil. "Tidak-tidak. Aku tidak berniat untuk menjadi pembuat kue."
Altha meraih secangkir air mineral di atas meja untuk menegak minuman tersebut.
"Apakah Ronald sudah berangkat bekerja?" tanya Altha sembari menoleh ke belakang.
Fredella mengangguk. "Dia sudah berangkat pagi-pagi sekali."
"Bisakah aku bertanya sesuatu?" tanya Altha.
Fredella melepaskan celemek yang menutupi badannya lalu berjalan menuju ruang makan. "Tentu, mengenai apa?"
Altha memutar tubuhnya sembari menarik kursi ruang makan dan duduk di sana. "Mengenai bagaimana caranya menjadi seorang biarawati di gereja itu."
Fredella terpaku mendengar pernyataan Altha. Nampaknya, kedatangan mereka kemarin pagi ke dalam biara itu membuat Altha menjadi terkesima dengan keberadaan para biarawati, Fredella menjelaskan mengenai tujuan dari biarawati itu sendiri hingga membuat Altha begitu antusias mendengarnya. Setelah memahami tujuan menjadi biarawati untuk mengabdi seluruh hidupnya kepada Tuhan, membuat Altha menjadi berpikir kembali akan keputusannya nanti.
"Apakah di kota ini tidak ada biarawan?" tanya Altha.
"Tidak," geleng Fredella. "Sepertinya hanya biarawati."
"Kenapa?"
"Tidak tahu. Mereka sudah ada sejak lama. Mungkin itu sudah termasuk dalam aturan mereka untuk menampung para wanita yang ingin mengabdikan seluruh hidupnya kepada Tuhan," jelas Fredella.
Altha terdiam sejenak memikirkan ucapan tersebut. Rasanya sangat aneh jika tidak ada satupun biarawan yang berkeliaran di sekitar gereja itu dan hanya mengandalkan seorang pendeta gereja tua.
"Apa kau berniat untuk menjadi seorang biarawati?" tanya Fredella penasaran.
"Aku?" ucapnya dengan kedua bola mata membulat. "Tidak," Altha tertawa kecil. "Maksudku, tidak tau. Aku hanya ingin mengetahui mengenai biarawati itu saja."
🔱🔱🔱
"Suster Sharoon," seru wanita yang berjalan cepat saat melihat Sharoon di hadapannya.
Sharoon menoleh ke belakang dan berhenti.
"Ada apa suster Dianne?" balas Sharoon heran.
"Apa semalam kau merasakan ada hal aneh?" tanya Dianne.
Sharoon mengangguk sembari kembali melangkahkan kaki.
Seakan sudah terbiasa dengan hal tersebut, Sharoon lebih memilih untuk bungkam sementara Dianne terus berceloteh karena merasa penasaran dengan seseorang yang setiap malam selalu mengetuk pintu kamar mereka dan para biarawati senior juga melarang siapapun untuk berkeliaran di malam hari setelah waktu makan malam usai apalagi sampai membuka pintu kamar jika mereka mendengar suara ketukan pintu dari luar.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Completed] TSS [5]: M A R Y's Revenge
Horror[TONTON TRAILERNYA!] The Secret Series [5]: M A R Y. "They don't know the truth." ["Mereka tidak tau kebenarannya."] Mariana Joanne Artemus adalah seorang biarawati dan anak tunggal yang berasal dari keluarga kalangan bawah. Mariana atau yang dikena...