Suara kicauan burung terdengar hingga sampai ke telinga Altha. Wanita itu mengerjapkan kedua matanya dengan pandangan mengarah pada jendela kamar. Suasana dingin masih menyelimuti kediaman rumah Fredella. Tidak lama setelah Altha bangun dari tidurnya, dia mendengar seseorang mengetuk pintu kamar. Altha menyibakkan selimutnya dan segera turun dari ranjang. Pintu kamar yang terbuka memperlihatkan Fredella tersenyum lebar setelah melihat keberadaan Altha.
"Ada yang bisa kubantu?" tanya Altha.
"Bisakah kau menemaniku ke gereja pagi ini?" tanya Fredella. "Selepas kita sarapan pagi bersama."
Altha tersenyum canggung. "Ya, aku bisa."
"Baiklah," serunya bersemangat. "Aku akan buatkan sarapan untuk kita semua."
Setelah kepergian Fredella, Altha kembali menutup pintu kamarnya. Dia berdiri membelakangi pintu tersebut sembari berpikir bahwa sepertinya Ronald tidak mengatakan kepada tunangannya bahwa Altha bukanlah wanita penganut agama tertentu. Namun cepat atau lambat, Altha akan mengatakan kepada Fredella mengenai hal tersebut agar Fredella mampu memahami posisinya.
🔱🔱🔱
Matahari tampak memperlihatkan sinarnya dengan terang. Fredella dan Altha keluar rumah dengan berjalan kaki sembari memperkenalkan beberapa tempat di kota itu kepada Altha agar mereka bisa tiba di gereja untuk berdoa. Mereka melangkah secara perlahan sembari berbincang-bincang. Tidak jarang pula Fredella mendapatkan sapaan dari para penduduk kota tersebut. Fredella juga selalu memberikan senyum ramahnya kepada mereka hingga putri dari konglomerat itu dijuluki sebagai perempuan manis.
Mereka tiba di lingkungan gereja yang memiliki sebuah bangunan tua di samping gereja tersebut. Altha terus berjalan mengekori Fredella dengan pandangan mengarah ke sekitar. Dia melihat beberapa biarawati sedang berjalan mondar-mandir di sekitar lingkungan itu.
Pintu gereja terbuka dengan lebar. Altha menatap pilar-pilar di sisi kanan dan kiri serta deretan kursi panjang berwarna coklat. Dia terus melangkahkan kakinya hingga berhenti di depan sebuah patung Tuhan yang mereka sembah. Fredella menekuk kedua kakinya ke belakang dengan kedua tangan yang menyatu. Wanita itu menoleh ke arah Altha. Tampak adik dari tunangannya tersebut sedang memperhatikan dekorasi dari bangunan tua di dalam gereja.
"Altha," panggil Fredella.
Altha menatap wanita di hadapannya dengan kedua bola mata membulat.
"Kau tidak berdoa?" tanya Fredella.
Altha menyengir kecil. "Kau saja," jawabnya. "Aku hanya menemanimu."
"Kenapa?"
Dia mengusap lengan yang tertutup mantel coklatnya. "Semalam aku sudah berdoa. Bisakah kau sedikit lebih cepat?" pinta Altha mengalihkan pembicaraan. "Aku tidak ingin mati kedinginan di luar sini."
"Baiklah," balasnya tersenyum.
Fredella kembali meluruskan kepalanya dan mulai memejamkan kedua mata untuk berdoa secara khusyuk. Saat sedang berdoa, Altha menoleh ke belakang ketika mendengar pintu gereja terbuka kembali. Dia melihat seorang pendeta gereja dan dua orang biarawati yang berjalan di belakang pria tua itu lalu berhenti di hadapan Altha.
Mereka terdiam sejenak hingga menunggu Fredella selesai berdoa. Altha sendiri tampak terdiam sembari mengalihkan pandangannya ke arah Fredella dan melihat wanita itu berdiri tegak tanda dia sudah menyelesaikan doanya.
"Selamat pagi, nona Fredella," sapa pendeta gereja tersebut.
"Selamat pagi," jawabnya tersenyum. "Apakah bahan pangan masih terpenuhi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[Completed] TSS [5]: M A R Y's Revenge
Horror[TONTON TRAILERNYA!] The Secret Series [5]: M A R Y. "They don't know the truth." ["Mereka tidak tau kebenarannya."] Mariana Joanne Artemus adalah seorang biarawati dan anak tunggal yang berasal dari keluarga kalangan bawah. Mariana atau yang dikena...