XXIII

179 46 19
                                    

Hey, maaf baru bisa update hehe. Semoga gak bosan nunggunya yaaa!

🔱🔱🔱

Biara gereja dalam keadaan berkabung begitu juga dengan keluarga Fredella. Hari ini—di tempat yang berbeda, mereka memutuskan untuk mengubur dua orang biarawati terbaik di kota Grand Island Nebraska. Pemakaman Sharoon didatangi langsung oleh Ronald, Fredella, Xavier, dan orang-orang terdekat yang ada. Sementara pemakaman Lucy sendiri dihadiri oleh para anggota kegerejaan.

Eleanor berusaha untuk tetap tabah mengikhlaskan kepergian Lucy selama-lamanya meski terasa berat untuk dilakukan. Berulang kali dirinya tampak terlihat menarik napas berat sembari mendengar pendeta Mason menyampaikan khutbahnya. Eleanor menatap ke sekitar, reaksi mereka tampak lesu melihat peti berwarna coklat yang berada di atas liang lahat.

Hanya Roseline yang tidak hadir di hari pemakaman Lucy karena tidak ada satupun dari mereka yang tahu ke mana perginya Roseline saat ini. Dan untuk beberapa saat, pendeta Mason menunjuk Charlotte sebagai pimpinan sementara di dalam biara sampai nanti mereka bisa menemukan Roseline atau Roseline kembali ke dalam biara itu.

Setelah pemakaman Lucy usai, mereka memutuskan untuk membubarkan diri agar bisa melanjutkan aktivitasnya begitu juga dengan Eleanor. Dia berjalan seorang diri di koridor biara dan mendengar suara seseorang yang memanggil namanya dari belakang.

"Suster Eleanor," sapa suster Dianne.

Eleanor tersenyum kikuk.

"Aku turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas kepergian suster Lucy," ungkap Dianne. "Aku tau ini adalah hal terberat yang sedang kita hadapi sekarang. Aku pun juga sangat berduka atas kepergian suster Sharoon."

Wanita itu menganggukkan kepala perlahan.

"Semoga kau dan aku bisa diberi kekuatan atas kejadian ini," ucap Dianne sembari mengelus lengan Eleanor.

"Amen, aku berharap hal yang sama denganmu, suster Dianne." Eleanor membalas.

🔱🔱🔱

Sementara di tempat pemakaman keluarga Fredella, setelah penguburan yang dilakukan mereka terhadap mendiang Sharoon usai, kini ketiganya berjalan ke arah sebuah mobil yang terparkir. Saat Fredella hendak masuk ke dalam mobil, seseorang memanggil namanya dan memberikan sebuah berkas untuk wanita tersebut.

"Ini adalah hasil autopsi yang dilakukan oleh pihak rumah sakit terhadap mendiang Sharoon, saudarimu. Polisi masih menyelidiki kasus saudarimu lebih lanjut mengenai hal tersebut. Kuharap dengan adanya berkas ini, kau bisa mengetahui apa penyebab saudarimu meninggal dunia," ujar pria tersebut.

"Baik, terima kasih atas kerja kerasmu, tuan," balas Fredella.

"Sama-sama, nyonya."

Fredella kembali masuk ke dalam mobil dan menutup pintu dengan kencang. Setelahnya, Xavier segera menyalakan mesin kendaraan untuk bisa tiba di tempat tujuan.

"Apa itu?" tanya Ronald.

"Hasil autopsi Sharoon," jawabnya sembari membuka berkas tersebut.

Fredella tampak serius ketika membaca berkas yang ditulis oleh pihak rumah sakit. Di dalam berkas tersebut menyatakan bahwa Sharoon sempat mendapat hantaman benda tumpul yang menyebabkan tubuhnya membiru, kedua kakinya juga memar seperti tampak terlihat mendapatkan bekas pasungan, hingga berakhir hantaman benda tajam berasal dari sebuah kapak yang berhasil mengenai telinga bagian bawah hingga membuat telinga itu terbelah menjadi dua.

Penjelasan tersebut membuat Fredella benar-benar merasa terkejut. Dia tidak menyangka bahwa Sharoon sempat disiksa oleh pihak gereja. Dia mengalihkan pandangan ke arah jendela mobil untuk tetap berusaha tegar sementara Ronald mengambil alih berkas tersebut.

[Completed] TSS [5]: M A R Y's RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang