XXXI

127 35 7
                                    

Altha tampak mendapatkan luka lemar yang berada di sekujur tubuh hingga wajahnya. Meski sudah membiru di beberapa bagian, hal tersebut tidak membuatnya menjadi terlihat lemah. Tatapan Altha begitu dalam seakan menyimpan dendam pada orang yang sudah membuatnya menjadi seperti itu. Bahkan, dua orang penjaga gereja yang memang ditugaskan untuk menjaganya merasa enggan bertatapan lama pada Altha.

Suara lolongan anjing terdengar pada malam yang hening itu. Di dalam ruang kerja Roseline, Charlotte masih berjaga sembari duduk di kursi pimpinan biarawati. Dia menatap selembar foto tua seorang pria berpakaian pendeta di tangannya.

"Aku akan tetap mempertahankan apa yang sudah kau perjuangkan dengan susah payah, ayah," ujar Charlotte.

Suara ketukan pintu terdengar hingga membuat Charlotte dengan cepat menyimpan selembar foto itu pada laci biara. Pintu yang terbuka dari luar membuat Charlotte masih duduk di kursinya sembari memiringkan tubuh wanita itu untuk melihat siapa yang telah membuka pintu tersebut. Namun nyatanya, dia tidak melihat siapapun di sana. Yang ada hanyalah sebuah koridor gelap nan sepi.

Karena penasaran, wanita tua itu segera bangkit dari tempatnya dan berjalan mendekati pintu ruangan. Charlotte menoleh ke kanan dan ke kiri koridor tersebut. Lampu lentera masih menghiasi sebagian koridor untuk menerangi jalanan itu meski tidak sepenuhnya tersinari. Kedua mata Charlotte menyipit sesaat memperhatikan dengan jelas seseorang berpakaian hitam yang berdiri di ujung koridor.

"HEY!" teriak Charlotte. "KAU TAU HUKUMANNYA JIKA MASIH BERKELIARAN SETELAH JAM MAKAN MALAM USAI, BUKAN?"

Biarawati itu tetap berdiam diri di dalam kegelapan.

"CEPAT KEMBALI MASUK KE DALAM KAMARMU SEBELUM AKU MENCARITAHU SIAPA YANG TELAH MELANGGAR ATURAN ITU!"

Ancaman tersebut tampak tidak didengar olehnya. 

Angin malam yang berhembus di koridor itu membuat kedua tangan Charlotte mulai merasakan kedinginan hingga kedua bola mata Charlotte membulat sempurna sesaat biarawati yang dilihatnya saat ini sedang berlari kencang ke arahnya dengan pakaian berwarna putih setelah melewati salah satu cahaya lentera di koridor biara.

Sontak Charlotte segera menutup pintu ruang kerjanya dengan cepat dan menahan pintu tersebut agar tidak terbuka dari luar. Suara gebrakan pintu terus terdengar hingga Charlotte berusaha mengeluarkan tenaganya sebisa mungkin. Kedua matanya terpejam erat sembari terus berdoa hingga membuat keadaan itu tiba-tiba kembali hening.

Namun saat Charlotte membuka matanya kembali, dia malah mendapat serangan hingga Sheena yang pada saat itu sudah terlelap di dalam kamarnya, merasa terkejut ketika mendengar suara letusan tembakan yang berada di dalam biara.

Sheena langsung menoleh ke samping untuk memastikan bahwa bukan hanya dia yang mendengar suara letusan itu. Akan tetapi, dia tidak menemukan Margareth berada di atas ranjang. Detak jantungnya berdetak kencang. Pikirannya menjadi kacau. Dia merasa penasaran namun tidak berani memutuskan untuk keluar dari dalam kamar karena hal tersebut akan melanggar aturan gereja.

Dan sepertinya, tidak hanya Sheena yang mendengar letusan tembakan tersebut. Beberapa biarawati tersisa juga mendengar hal yang sama. Mereka tidak tahu kejadian apa dibalik pintu kamar mereka masing-masing saat ini.

Di lain tempat, sebuah mobil berhenti di depan kediaman rumah keluarga Ronald. Pria tersebut segera bergegas memasuki rumahnya dan membangunkan Fredella yang pada saat itu sedang terlelap di atas ranjang.

"Fredella," panggilnya sembari menggoyangkan pundak wanita itu secara perlahan.

Fredella membuka kedua mata secara perlahan. "Kau sudah pulang?"

"Kita harus bergegas pergi dari sini," balas Ronald tergesa-gesa.

Fredella yang mendengar hal tersebut membuat dahinya mengernyit dengan setengah terkejut karena dia masih belum bisa memikirkan dengan jelas maksud dari perkataan suaminya.

[Completed] TSS [5]: M A R Y's RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang