Pada malam harinya, Altha memutuskan untuk keluar dari dalam kamar agar dia bisa menikmati makan malamnya bersama Ronald dan Fredella. Altha menarik salah satu kursi ruang makan dengan perasaan canggung setelah apa yang dia lihat sore itu.
"Fredella mengatakan bahwa sore tadi kau pergi mengitari kota ini," Ronald membuka pembicaraan di atas meja makan. "Apa saja yang sudah kau temukan?"
"Aku hanya melihat beberapa rumah penduduk dan melihat dua orang pria yang melintas," jawabnya.
"Penduduk di kota ini memang lebih memilih untuk berdiam di rumah daripada berinteraksi dengan orang lain kecuali ketika mereka sedang melakukan beribadatan dan bekerja," saut Fredella yang berjalan dari dalam dapur dengan membawa semangkuk sup.
"Mengapa begitu?" tanya Altha heran.
"Mereka pemalu," balas Ronald.
Altha terdiam sejenak dan berpikir. Kemudian, dia kembali menatap keduanya lalu bertanya mengenai sebuah tanah lapang yang dibiarkan kosong berada di antara dua rumah penduduk dan hubungannya dengan kata bertuliskan tanah dosa.
Fredella menjelaskan bahwa sebelum tanah itu dibiarkan kosong, konon katanya ada sebuah kepala keluarga yang ditangkap karena menganut anggota dari seorang penyihir. Mereka memiliki seorang anak biarawati yang pernah menjadi bagian dari gereja Grand Island Nebraska.
Altha dan Ronald saling bertukar pandang.
"Kemudian, keluarga mereka dihukum dengan cara dibakar hidup-hidup sementara anak mereka dibuang karena melakukan tindak--" Fredella terdiam sejenak mengingat cerita tersebut.
"Tindakan apa?" tanya Altha penasaran.
"Tidak-tidak," potongnya cepat. "Lupakan saja. Dan sekarang tanah itu dibiarkan kosong karena petinggi di kota ini melarang satupun penduduknya membangun rumah di atas tanah itu."
Altha menganggukkan kepalanya perlahan berusaha untuk mencerna kembali ucapan Fredella.
Sementara itu di dalam biara gereja, Sharoon yang baru saja selesai menghadiri kelas, berjalan menuju kamar tidur untuk meletakkan buku tulis di dalam lemari. Suasana koridor yang hening terkadang membuat Sharoon merasa ketakutan. Namun, dia tidak pernah menunjukkan perasaan tersebut karena dia tidak ingin tenggelam dalam rasa takutnya.
Setelah tiba di kamar dan membuka pintu lemari, Sharoon terdiam sejenak sesaat dia merasakan bahwa kamarnya baru saja dilewati oleh seseorang hingga membuat wanita itu memutuskan untuk keluar kamar. Sharoon berdiri di ambang pintu dengan kepala yang menoleh ke kanan dan ke kiri namun dia tidak menemukan siapapun di sekitar koridornya saat ini.
"Suster Sharoon," panggil Dianne.
Sharoon menoleh dan berdiri di belakang pintunya. "Ada apa, suster Dianne?"
"Kenapa ekspresi wajahmu terlihat seperti seorang yang sedang kebingungan?" tanyanya heran.
"Tidak," tolaknya. "Ada perlu apa kau mendatangiku?"
"Suster Charlotte memintaku untuk memanggilmu agar segera datang ke ruangannya," seru Dianne.
"Suster Charlotte?" Dahi Sharoon mengernyit.
Dianne mengangguk perlahan.
"Baiklah, aku akan segera ke sana," ucap Sharoon.
🔱🔱🔱
Ronald berdiri di depan teras rumah Fredella sembari menghisap sebatang rokok tebalnya dengan tatapan mengarah pada ladang jagung di sekitar rumah tersebut. Kepulan asap rokok tampak terlihat mengudara. Cuaca dingin pada malam itu seakan tidak membuatnya merasa kedinginan selagi Ronald bisa ditemani dengan sebatang rokok miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Completed] TSS [5]: M A R Y's Revenge
Terror[TONTON TRAILERNYA!] The Secret Series [5]: M A R Y. "They don't know the truth." ["Mereka tidak tau kebenarannya."] Mariana Joanne Artemus adalah seorang biarawati dan anak tunggal yang berasal dari keluarga kalangan bawah. Mariana atau yang dikena...