II

264 47 16
                                    

Desember, 1975.

Sebuah cerobong asap pada kereta api tampak terlihat secara perlahan dari arah kejauhan disusul dengan adanya suara dengungan dari kendaraan tersebut. Pintu kereta api yang terbuka setelah berhenti di stasiun terakhir, memperlihatkan seorang wanita memakai mantel tebal berwarna coklat turun dari kereta api sesaat dia tiba di sebuah kota untuk menemui saudaranya yang lebih dulu tinggal di kota itu. Kesibukan tampak terlihat di sekitar stasiun tersebut. Banyak dari mereka sedang berjalan dengan tempo langkah yang berbeda-beda agar bisa melakukan aktivitasnya masing-masing. Saat ini, cuaca dingin yang sedang melanda kota tersebut mengharuskan mereka mengenakan pakaian tebal agar tidak terserang flu dan demam.

"Altha!" teriak seorang pria yang membuat dirinya menoleh ke belakang.

Senyum lebar tampak terlihat di wajah wanita berusia 23 tahun sesaat mendapati seorang pria yang hanya berbeda satu tahun lebih tua darinya, berjalan bersama seorang wanita di samping pria tersebut. Altha tersenyum ketika berhadapan dengan mereka secara langsung.

"Kau pasti Fredella, wanita cantik yang berhasil memikat hati kakakku," tebaknya.

Fredella tersenyum sipu dan membenarkan perkataan lawan bicaranya itu.

Ronald meraih tas berwarna coklat milik adiknya dan berjalan di samping mereka untuk bisa menghampiri kendaraan yang terparkir di tepi jalan. Suasana ramai semakin terlihat ketika Altha sudah keluar dari stasiun tersebut.

Meski salju turun cukup deras, namun semangat para penduduk di kota itu tidak terlihat menurun untuk mencukupi kehidupan mereka. Terlebih, jalan raya tampak ramai akan adanya kendaraan, beberapa orang yang melintas, dan juga kereta kuda.

"Aku pikir mereka tidak lagi menggunakan kereta kuda sebagai kendaraan di kota ini," tutur Altha heran.

"Bagi sebagian penduduk yang tinggal di pedalaman, mereka masih menggunakan kendaraan itu sebagai alat transportasi mereka," jawab Fredella.

Ronald membuka pintu mobil Toyota Corolla miliknya agar kedua wanita itu bisa masuk ke dalam kendaraan tersebut. Setelahnya, mobil mereka melaju meninggalkan stasiun kereta api Grand Island Nebraska.

Altha yang duduk di kursi belakang penumpang, menatap pemandangan dari kaca mobil milik Ronald. Cahaya matahari tidak tampak bersinar dengan terang pada hari ini. Terlebih, tumpukan salju di tepi jalan juga terlihat menebal.

Mobil terus melaju dengan kecepatan sedang. Bangunan-bangunan yang berdiri kokoh kini mulai tergantikan dengan banyaknya pepohonan di sekitar mereka. Nampaknya, mereka telah memasuki wilayah perdesaan di tempat tersebut.

🔱🔱🔱

Altha menutup kencang pintu mobil Ronald setelah mereka tiba di tempat tujuan. Sebuah rumah megah tampak berdiri kokoh di sekitar ladang jagung. Cuaca dingin di kota itu mampu membuat napas mereka terlihat mengepul di udara.

"Masuklah. Akan ada badai salju malam nanti," pinta Fredella.

Seekor anjing tampak menggonggong saat melihat kedatangan mereka. Altha melangkah masuk ke dalam rumah megah itu dengan pandangan mengarah pada ruang tamu yang memiliki tungku perapian. Dia menatap Ronald menghampiri tungku untuk menyalakan api agar nantinya bisa menghangatkan mereka semua.

"Mari ikut denganku," pinta Altha dengan berjalan menaiki anak tangga.

Setibanya mereka di lantai tersebut, keduanya dihadapkan dengan 3 buah pintu kamar satu diantaranya adalah kamar mandi yang berada di samping tangga. Fredella menyuruh Altha untuk menempati kamar di ujung lantai dua agar bisa sejenak beristirahat.

[Completed] TSS [5]: M A R Y's RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang