Adik

19.9K 1.3K 230
                                    

Haloha...
Selamat datang di book kedua author
Semoga kalian gak bosen ya ketemu author yang lucknut ini

.
.
.

Happy reading
Sorry for typo

"Es krim oh... Es krim masuklah dengan tenang ke mulut mama. Ingat, jangan kasih tahu Aland ya." Crystal menyendok es krim rasa mangga yang lembut, dingin, dan tentu saja manis.

"Kasih tahu aku apa?"

Deg

Crystal menoleh dengan gerakan yang sangat lambat.

"Eh ada bocil eh maksud kakak adik tercinta. Emm... Itu kasih tau kamu emm..."

"Kasih tau aku kalau kak Crystal makan es krim lagi, iya?"

"Nahh itu tau." Crystal langsung membekap mulutnya sendiri. Mulutnya ini memang tidak bisa diajak kompromi.

Atau jangan-jangan Papa tirinya yang telah membuat mulut Crystal jadi berkhianat.

"Oh... Kalau gitu lanjutkan aja kak makannya"

Crystal membulatkan matanya. "Beneran Al?" Tanya Crystal antusias. Kemudian ia memasukkan sesendok penuh es krim rasa mangga tersebut ke mulutnya.

Aland tersenyum kemudian ia mengeluarkan ponselnya dan berpura-pura menelpon Karl, Papanya.

"Halo Pa, gimana progres pembangunan rumah sakit di samping mansion?"

Mendengar itu Crystal langsung merebut ponsel Aland, berniat memutuskan sambungan telponnya.

Crystal menatap datar layar kosong tersebut. Sial! Dirinya ditipu oleh bocah 13 tahun.

Sedangkan Aland tertawa puas dapat melihat wajah kakaknya yang cemberut. "Kali ini Aland maafkan tapi kalau kakak ketahuan melanggar, mungkin rumah sakitnya beneran pindah"

Dengan susah payah Crystal meneguk ludahnya. Crystal tahu Aland tak main-main dengan ucapannya. "Ish... Iya iya, pergi sana dasar bawel." Crystal menyerahkan kembali ponsel Aland dan juga es krim tercintanya.

Aland terkekeh pelan, "jangan lupa tidur siang ya kak. 30 menit lagi aku ke sini, kalau kakak belum tidur nanti aku hukum." Kemudian ia melenggang pergi.

Crystal memukul-mukul bantalnya karena sebal. Harusnya dia yang memerintah adiknya bukan adiknya yang memerintahnya.

Kalau Aland bukan adiknya sudah pasti akan Crystal mutilasi lalu ia buang ke palung Mariana.

"Ini punya adik aja kek gini. Gimana kalau punya kakak?" Bulu kuduk Crystal langsung berdiri akibat imajinasinya sendiri.

Gak tau aja si Crystal kalau dulu dia punya 3 Abang kandung dan 4 Abang sepupu yang semuanya sangat posesif dan overprotektif kepada dirinya.

Crystal menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong. "Kok gue merasa ada yang janggal ya dari hidup gue." Crystal menghela nafasnya panjang.

Crystal hanya ingat namanya saat ia membuka mata. Crystal penasaran dengan kehidupannya sebelum dirinya terbangun di rumah sakit dengan berbagai alat medis yang mengerikan menancap di dirinya.

Lalu bagaimana dia tahu kalau Karl bukan ayah kandungnya?
Fellycia, mama kandung Crystal lah yang memberi tahu. Namun saat Crystal tanya dimana ayah kandungnya, Fellycia selalu mengalihkan pembicaraan.

"Bodo ah mending tidur"

Gadis itu menarik selimutnya kemudian mencoba untuk tidur.

Baru saja akan menggapai alam mimpinya, tiba-tiba sebuah kilatan memori menghantam Crystal. Memori tentang dirinya tertawa bahagia bersama dengan 3 orang yang Crystal pun tak ingat siapa.

Sontak Crystal langsung terbangun dan memegangi kepalanya. Kepalanya berdenyut hebat seakan ada yang memberontak mencoba keluar dari dalam otaknya.

Karena tak tahan lagi dengan rasa sakitnya, Crystal menangis dan menjambak rambutnya sendiri. "Hiks sakit..." Lirih Crystal. Ia cukup waras untuk tidak menangis keras. Jangan sampai ada yang tahu. Bisa-bisa ia dikurung lagi di rumah sakit.

Sepertinya hari ini Crystal sedang dinistakan oleh Dewi Fortuna. Adiknya, Aland tiba-tiba masuk ke kamarnya.

Tanpa basa-basi lagi Aland langsung menggendong Crystal ala bridal style. Jangan salah, badan Aland itu lebih besar dari Crystal. Mungkin orang-orang akan mengira kalau Aland adalah kakak Crystal.

"Hiks, gak usah Al hiks kakak sehat kok," Crystal mencoba keluar dari gendongan Aland.

"Jangan membantah!" Bentak Aland.

Seketika nyali Crystal ciut. Jika Aland sudah marah maka dunia sedang tidak baik-baik saja. Ia memilih untuk diam.

***

Benar saja dugaan Crystal, Aland membawanya ke rumah sakit. Kurang ajar sekali bocah itu, setelah seenak jidatnya menyeretnya ke tempat laknat ini dia malah ngacir gak jelas entah kemana dan meninggalkan Crystal disiksa oleh orang-orang bersetelan jas putih itu.

"Mama ngidam apa sih waktu hamil Aland kok kelakuannya udah melebihi setan aja," Tanya Crystal pada Fellycia yang sedang duduk sambil membaca buku di samping brangkarnya.

"Hush gak boleh bilang adikmu setan. Mama gak ngidam yang aneh-aneh kok palingan juga renang di laut mati," jawab Fellycia sambil tersenyum.

"Buset... Gitu dibilang gak aneh? Terus yang aneh apa dong? Makan mangga muda?" Batin Crystal.

"Ma pulang..." Crystal menatap Fellycia dengan puppy eyes nya.

"Berhenti menggerutu, sekarang istirahat." Bukan Fellycia yang menjawab tapi Karl.

"Birhinti menggiriti sikiring istirihit. Bodo ah pokoknya Crystal mau pulang." Crystal menyibakkan selimutnya kemudian ia berniat turun dari brangkarnya.

Fellycia yang peka pun menahan putrinya agar tidak turun. "Turuti kata Papamu sayang, Mama tidak ingin kamu drop lagi"

Crystal itu anak baik, ia tidak ingin menjadi anak durhaka jadi ia menuruti perkataan Fellycia. Gak tega Crystal melihat ekspresi sedih Mamanya.

Eits, jangan harap Crystal akan berdamai dengan Karl. Tentu saja ia masih mengibarkan bendera perang kepada Papanya tersebut. Ah, jangan lupakan adik tengilnya, si Aland.

T
B
C

Udah ah jangan panjang-panjang
Capek

Terima kasih yang udah mau mampir

Jangan lupa vote dan komennya
See you next chapter
Bye bye~

Crystal 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang