Happy reading
Sorry for typo"Apa kamu merindukan Papa honey?"
Deg
Jantung Crystal berdetak 2 kali lebih cepat dari biasanya. Badannya juga tiba-tiba terasa kaku dan tidak bisa ia gerakkan.
"Ah... Mungkin kamu bertanya bagaimana Papa bisa tahu kamu ada di sini, iya kan putri Papa yang nakal?"
Crystal tak bergeming sedikitpun. Dari suaranya, dapat dengan jelas Crystal kenali. Ya, tak salah lagi orang di belakangnya adalah Karl.
Crystal dapat merasakan cengkraman di bahunya semakin kuat.
"Jangan pikir Papa sebodoh itu honey. Di dalam tubuhmu sudah Papa taruh chip GPS. Kemanapun kamu pergi Papa akan mengetahuinya," bisik Karl.
Tidak, Crystal tidak boleh diam begini. Ia harus melawan. Ia tidak ingin kembali bersama Karl.
"GAK MAU!!!" Teriakan menyakitkan telinga milik Crystal menggelegar ke seluruh ruangan. Ia lantas mendorong keras kursinya ke belakang agar Karl melepaskan cengkeramannya dan Crystal bisa melarikan diri.
Tepat sesuai perkiraan Crystal, ia berhasil membuat Karl terjatuh.
Dengan gerakan cepat Crystal bangkit dari tempat duduknya kemudian ia berlari sekencang mungkin ke pintu keluar.
Karl membenahkan posisinya. Ia membiarkan putri nakalnya berlari bebas dulu sebelum ia patahkan kedua kakinya. Tenang saja, para penjaga di mansion Desmon sudah tumbang tak bersisa.
Keluarga Crystal yang lain juga sudah Karl bereskan kecuali Jeremy karena ia masih ada di kamar mandi sibuk dengan urusan alamnya. Karl tidak membunuh mereka kok, hanya menembak bius mereka saja.
Crystal berlari tak tentu arah. Buta map dia tuh. Karena lelah, ia menghentikan larinya sejenak. Ia kemudian berjongkok dan mengatur nafasnya.
Belum juga tuntas meredakan nafasnya yang terengah-engah, Crystal mendengar suara derap langkah kaki yang mendekat. Pasti itu bukan keluarganya, Crystal yakin itu.
Ia bangkit kembali. "Semangat bebas!" Semangatnya namun dengan suara yang lirih.
Crystal mulai berlari lagi. Saat ia menemukan lift, ternyata lift tersebut tidak berfungsi. "Bangke lu Papa sialan."
Saat ingin turun melalui tangga pun tidak bisa karena di ambang tangga tersebut terdapat sebuah lemari kayu yang sangat besar dan tentu saja berat.
Rupanya Crystal sudah dijebak di lantai ini. Mau lompat ya takut mati. Gak lompat ya ketangkep. Bingung Crystal tuh.
Lama berpikir sampai-sampai Crystal tidak merasakan jika Karl sudah ada di belakangnya.
"Sudah puas lari-lari nya?"
Lagi dan lagi, Karl ini senang sekali membuat jantung Crystal senam pagi.
Saat ingin berlari, rambutnya sudah dijambak terlebih dahulu oleh Karl. Hal itu sukses membuat Crystal mendongak dan meringis kesakitan.
"Time to sleep honey," bisik Karl. Crystal terus memberontak sampai-sampai banyak rambutnya yang rontok. Namun Karl tetaplah Karl. Ia tidak peduli Crystal yang terus memberontak dan meringis kesakitan. Setiap keinginannya wajib dituruti.
Perlahan tapi pasti kesadaran Crystal mulai menghilang akibat obat bius yang disuntikkan Karl.
Karl menghubungi Wilson untuk mengaktifkan lift. Setelah lift menyala, ia menggendong tubuh lemas Crystal dan membawanya pergi.
•••
Jeremy keluar dari kamar mandi dengan tenangnya. Ia memasuki kamar Crystal. Sudah cukup anak nakal itu bermain komputernya.
"Baby ayo tidur si-"
Ucapan Jeremy terhenti saat mendapati kamar Crystal yang kosong tak berpenghuni."Baby?"
"Gabriella Crystal Sanjaya! Keluarlah sekarang, om sedang tidak ingin bermain petak umpet!"
Jeremy mengecek setiap inci kamar Crystal tak terkecuali. Ia tidak menemukan tanda-tanda anak nakal itu.
Apa mungkin Crystal kabur?
Jeremy menyingkirkan pikiran negatifnya. Mana mungkin. Crystal bilang sendiri kalau dia suka di sini.
Jeremy kemudian berinisiatif mengecek CCTV yang berada di kamar untuk mengetahui kemana perginya keponakannya tersebut.
Mata Jeremy membelalak. K- Karl? Bagaimana dia bisa masuk ke mansion yang penjagaannya super ketat ini?
Ia lantas berlari keluar untuk mengecek keadaan sekitar.
Sepi. Tidak ada lagi bodyguard yang berlalu lalang. Ia melanjutkan perjalanannya menaiki lift. Ia harus mengecek lantai dasar.
"Damn it!" Umpat Jeremy kala melihat puluhan bodyguard terkapar di lantai dengan luka tembak di badan dan ada pula di kepala mereka.
"Ayo angkat kak... Ya ampun orang ini selalu saja sibuk dengan pekerjaannya." Jeremy berulang kali menghubungi Desmon dan Richard namun hasilnya tetap saja nihil.
Saat ia menelpon para keponakannya pun tidak ada yang menjawab. Sial.
•••
Setelah 10 jam perjalanan, Karl, Crystal, dan Wilson sampai di Rusia. Ia tidak kembali ke London karena ia tidak ingin Jayden dan Laura mempengaruhi Crystal lagi.(Rumah sakit)
"Patahkan kedua kakinya," perintah Karl pada dokter yang telah memeriksa keadaan Crystal sebelumnya.
Keterangan: font Italic adalah bahasa Rusia
"Maaf tuan?" Tanya dokter itu bingung. Bukankah pekerjaannya adalah mengobati orang mengapa sekarang beralih menjadi menyakiti orang?
Mendapat respon yang tidak menyenangkan dari dokter tersebut, Karl memberikan kode kepada Wilson. Dan detik itu pula sebuah senjata api menempel di kepala sang dokter.
"Lakukan apa yang tuan Karl perintahkan atau kepalamu akan berlubang," ancam Wilson.
Dokter itu hanya mengangguk pasrah. Di dalam hati ia merasa kasihan kepada pasiennya ini. Lantas ia memanggil beberapa suster untuk membawa Crystal ke ruang operasi.
Kejam. Satu kata yang menggambarkan sifat Karl. Ia bahkan rela mematahkan tulang kaki Crystal agar putri kesayangannya tidak dapat berjalan ataupun kabur setidaknya selama 6 bulan kedepan.
T
B
CKesian anjir, author jadi gak tega sama Crystal
Yeay aku up
Setelah bergelud dengan tugas menggambar akhirnya bisa up jugaSampai ketemu di chapter selanjutnya yang tentu saja agak lama karena ujian akhir blok dan tugas lainnya sedang mengantre
Bye bye~
KAMU SEDANG MEMBACA
Crystal 2
Humor[Sequel Gabriella Crystal] [End] Menjadi anak tiri dari seorang ketua mafia yang sangat posesif tidaklah mudah Berbagai aturan tak masuk akal menjerat Crystal Ia seakan hidup dalam sangkar emas buatan keluarga barunya Belum lagi adik tirinya yang ik...