Baik-baik Saja

6K 801 87
                                    

Happy reading
Sorry for typo

Satu bulir air mata keluar dari pelupuk mata Richard, Desmon, dan Karl. Desmon semakin gencar menyerang Karl karena tidak terima keponakannya mati sia-sia.

Dirundung rasa penasaran yang tinggi, Richard mengejar suster tersebut dan menarik paksa selimut yang menutupi sesosok tubuh di sana.

Nampak lah wajah seorang gadis yang seakan sedang tidur dengan tenangnya. Seakan ia tidak mempunyai beban sama sekali.

"Maaf tuan saya harus membawanya ke ruang jenazah," ucap sang suster.

Keterangan: font Italic adalah bahasa Rusia

Ucapan suster tersebut membuyarkan lamunan Richard. Ia mengangguk dan membiarkan suster itu pergi.

Richard menghapus air matanya. Ia harus kuat. Tidak, lebih tepatnya ia harus berlagak kuat.

•••

Crystal gabut rebahan di bawah pohon persik. "Coba aja ini pohon duren, kan enak. Atau pohon kedondong gitu plus pohon cabenya sekalian, lumayan dibuat nyemil," keluhnya.

Emang ya nih anak gak ada rasa syukurnya. Udah dikasih pohon ini minta pohon yang lain.

Tiba-tiba saja satu buah persik jatuh tepat menimpa dahinya. "Ish... Iye iye sorry gue gak maksud nyinggung lu"

Crystal menyudahi rebahannya. Ia duduk bersila lalu memakan buah persik yang jatuh tadi.

"Ini gue di surga kali ya?" Tanyanya pada diri sendiri.

"Apa jangan2 gue ditelantarkan, dibuang ke tempat gak jelas sama Papa Karl?"

Dahi Crystal yang memerah berkerut, mulutnya terus mengunyah persik yang manis dan segar itu. Ia sedang berpikir apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa dia bisa ada di tempat asing ini.

"Crystal?"

Suara lembut entah milik siapa masuk ke pendengaran Crystal. Ia lantas menoleh ke belakang untuk mengetahui siapa sang pemilik suara itu.

•••

Karl yang sudah tidak sadarkan diri itu dibawa oleh putranya untuk diobati. Aland tentu saja tidak berani berbuat apa-apa melihat Papanya diperlakukan seperti itu. Ini juga merupakan salah Karl yang terlalu gegabah.

Richard dan Desmon memilih tetap berada di kursi tunggu. Menunggu kepastian kabar dari putri satu-satunya keluarga Sanjaya.

"Aku yakin Crystal anak yang kuat. Dia pasti bisa melewati ini semua," ucap Desmon, menyemangati Richard yang tampak murung dan kehilangan harapan.

Tak ada jawaban dari Richard. Desmon kemudian ingin menghubungi yang lainnya jika rencana untuk menjemput Crystal berantakan.

"Jangan kak, aku tidak ingin pikiran mereka terbebani"

"Mereka berhak tau Richard"

"Tidak untuk saat ini, aku masih belum siap"

"Baiklah"

Desmon menaruh kembali ponselnya ke dalam saku celananya. Tepat setelah itu pintu ruang operasi kembali terbuka.

Jantung Richard dan Desmon berdetak tak karuan. Di dalam hati mereka merapalkan berbagai macam doa agar gadis mereka selamat.

Seorang gadis dibawa keluar dengan sebuah selang yang masih terpasang rapi dari rongga mulutnya hingga sampai trakea nya. 

Ya, dia adalah gadis nakal yang selalu saja membuat keluarganya khawatir. Mata Crystal masih terpejam. Jika diterka-terka mungkin kondisinya saat ini bisa dibilang tidak baik-baik saja.

Air mata bahagia turun dari pelupuk mata kedua pria yang menyambut kedatangan Crystal.

Desmon menepuk pundak Richard. "Sudah ku bilang Crystal gadis yang kuat."

•••

Mata Karl terbuka perlahan. Ia mengerjap beberapa kali guna menyesuaikan cahaya yang masuk. Badannya terasa remuk. Kepalanya juga pusing.

"Apa yang terjadi?" Batinnya bingung. Ia melihat sekeliling, rumah sakit? Kenapa dia ada di sini.

Melihat Papanya sudah sadar, Aland menghampiri Karl.

"Syukurlah Papa sudah sadar"

"Apa yang–" Karl menghentikan kalimatnya. Ia sepertinya teringat sesuatu.

"DIMANA CRYSTAL?!" Teriak Karl. Dia berusaha bangkit dari tidurnya namun tidak ada hasil.

"Aland lepaskan Papa!"

Tidak ada jawaban dari Aland. Anak laki-laki itu masih sibuk menyesap tehnya sambil memainkan ponselnya.

Suara erangan yang terus Kalr keluarkan lama-lama membuat Aland jengah. "Diamlah Pa!" Aland meletakkan keras cangkir teh yang tidak berdosa itu hingga terdapat keretakan di sana.

"Aland lepaskan tali-tali ini! Papa ingin bertemu kakakmu"

"Tidak, tolong perhatikan kondisi Papa. Lagipula percuma Papa menemui kak Crystal sekarang, dia tidak akan merespon kedatangan Papa sama sekali"

"Apa dia baik-baik saja?" Dapat terdengar dari nada bicara Karl bahwa dirinya sedang khawatir.

"..."

Tidak ada jawaban dari Aland membuat Karl mengerti jika Crystal sedang tidak baik-baik saja. Perasaannya terasa ditusuk tombak panjang, karena dia lah putri kesayangannya seperti ini.

"Ah iya Pa, ada satu hal penting yang ingin aku sampaikan," ucap Aland serius.

"Katakan saja"

"Tolong hentikan obsesi Papa"

T
B
C

Cieeeeee yang kena prank
Awokwkwkwkwkwk

Pendek? Iya lah
Pusing author dengan tugas histologi belum lagi biodok
Beuh mantap lah, gambar mulu wkwkwk

So... Jan salahin kalau jarang up
Hope you enjoy this chapther
See you~

Crystal 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang