Happy reading
Sorry for typoCrystal ditinggal sendiri lagi. Ia menatap langit-langit kamar inapnya dengan tatapan sendu. Bosan, lelah, dan hilang harapan, itulah yang dirasakan Crystal.
Ia menoleh ke arah kanan, hanya ada kaca lebar yang menampakkan keindahan kota Moscow. Menoleh ke kiri, hanya ada tiang infusnya dan sekeranjang buah yang berada di atas nakas.
Crystal bangun dari acara rebahannya saat ia menemukan sesuatu yang sangat menarik di samping keranjang buah tersebut. Obat penghilang nyeri miliknya.
"Muehehehehe," Crystal tertawa licik. Sekarang ia tahu apa yang harus ia lakukan.
Tangan kirinya terulur untuk mengambil obat tersebut. Sayang seribu sayang ternyata tangannya tidak cukup panjang untuk menggapainya.
"Ah bangsat napa jauh banget sih"
Sekali lagi Crystal mencoba menggapai botol obat tersebut. Ia sedikit menggeser badannya agar mendekati nakas. Usaha tidak mengkhianati hasil, ia berhasil meraih silinder plastik tersebut dan menuangkan seluruh muatannya ke telapak tangannya.
"Dengan ini gue gak bakal ngerasain sakit lagi," ucap Crystal sambil tersenyum manis. Ia juga berdoa dalam hati agar tidak ketahuan oleh siapapun.
Dengan cepat ia memasukkan seluruh pil tadi ke dalam mulutnya. Ia dengan susah payah menelan pil tersebut tanpa bantuan air.
Sampai beberapa detik kemudian ia tersadar akan sesuatu. Ia menyesap benda bulat pipih yang berada di mulutnya. Kenapa tidak berasa pahit sama sekali? Malahan rasanya dingin dan manis.
Crystal mengernyitkan keningnya. "Kok rasanya mirip permen mint?"
Ia kembali melihat kemasan obat tersebut. "Bener kok ini obat gue. Lah tapi kok gak pahit kaya biasanya? Udah kadaluarsa kali ya? Tapi kalau dilihat dari tanggal kadaluarsanya sih masih 4 tahun lagi. Hmmmmmm....."
Bingung lah si Crystal. Beberapa menit terlewati akhirnya otak jeniusnya menangkap sesuatu. Sepertinya ia sudah ditipu untuk kesekian kalinya.
"ANJIR WOY SAPA YANG NIPU GUE?!"
Ya elah Crys... Kaya Lo gak kenal aja sama Papa budiman Lo.
Crystal pun cemberut. "Batal mati gue," gerutunya.
Sementara di sisi lain Karl dan Aland terkekeh geli saat melihat rencananya berhasil. Mereka tahu Crystal frustasi dan pasti ingin mencoba untuk bunuh diri. Mereka menukar obat Crystal dengan permen dan meletakkannya di tempat yang mudah Crystal jangkau. Obat yang asli mereka letakkan di dalam nakas agar tidak dapat dijangkau oleh Crystal. Mereka ingin memastikan apa Crystal benar-benar ingin mati atau tidak.
•••
Crystal menatap marah Karl, Aland, bahkan Fellycia yang tidak tahu apa-apa pun ikut kena imbasnya juga.
"Hidup susah, mau mati juga susah. Gusti gue punya dosa apa sampai gue hidup bareng raja iblis penghuni neraka jahanam," celetuk Crystal sambil melirik-lirik Karl yang sedang memainkan iPad miliknya.
"Berhenti bicara soal kematian," jawab Karl yang peka siapa raja iblis yang dimaksud.
"Yaelah sewot amat lu babi gak berotak dan berhati nurani. Sekali-kali gitu kabulin permintaan gue." Crystal melempar si Octo tepat ke kepala Karl.
FYI guys Octo itu boneka gurita berwarna biru milik Crystal yang bisa dibolak-balik sesuai mood itu loh.
"Sayang, tidak sopan berbica begitu kepada Papamu," peringat Fellycia dengan nada yang sangat lembut.
"Bodo amat! Gue gak bakal berhenti sebelum Lo dan terutama Lo balikin gue ke habitat gue. Khusus buat Mama, Mama boleh kok tinggal sama Crystal. TAPI UNTUK 2 KUNYUK BABI ITU GAK BOLEH! Ayo Ma kita cari apartemen di Indo, tinggalin tuh Papa biadab"
Fellycia tersenyum menahan tawanya. Namun setelah melihat ekspresi masam dari suami dan putranya, ia langsung menurunkan senyumnya tersebut.
Karl dan Aland hanya diam. Mereka tengah mengontrol emosinya. Tidak biasanya Crystal berlaku tidak sopan dan menggunakan bahasa yang sangat kasar seperti ini.
Fellycia mengambil Octo yang terjatuh ke lantai kemudian menaruhnya di kresek laundry. Ia tidak ingin Crystal terpapar bakteri atau virus yang ada di lantai.
"Lah lah Ma jangan dicuci dong, itu Octo kesayangan Crystal"
"Nanti Mama bawakan Octine, oke?"
Octine adalah pasangan dari Octo. Boneka gurita berwarna pink yang tentunya Crystal sayang juga.
"Yaudah deh. Sekalian bawain paspor Crystal ya Ma. Crystal mau pergi kembali sendiri ke habitat Crystal kalau 2 babi itu gak mau nganterin Crystal"
Astaga anak ini. Dengan mudahnya ia mengucapkan itu.
"Apa Lo liat liat?" Cetusnya pada Aland yang menatapnya dingin.
"Kak bicaranya"
"Kik bicirinyi nyinyinyi. BACOT!" Cibir Crystal dengan ekspresi yang sungguh menjengkelkan.
Aland menghampiri Crystal dengan aura dan wajah yang sangat dingin. Mungkin kutub utara kalah dingin dengan Aland.
Crystal mah santai aja. Buat apa takut sama bocil seperti Aland. Palingan tendang dikit dah jatoh tuh tubuh adiknya. Ah Crystal lupa kalau kakinya tidak bisa ia gerakkan sama sekali.
Tanpa aba-aba Aland memeluk Crystal. Crystal kaget, ia kira ia akan dipaksa tidur atau semacamnya.
"Aland tahu ini sulit bagi kakak. Nanti Aland bantu kakak buat kembali ke Indonesia setelah kaki kakak sembuh. Sekarang waktunya kakak fokus ke kesembuhan kakak," bisik Aland.
"Halah sok-sokan janji manis ujung-ujungnya juga gak ditepati iya kan? Udah lepasin gue jijik disentuh sama Lo."
T
B
CKira-kira Crystal bakalan mati nggak ya?
Ehe sorry lama up
Ini semua karena setiap hari ada praktikum
Mana cari jurnal buat referensi itu sulitnya minta ampunEh maap malah jadi sambat
Stay tuned
See you next chapter
Bye bye~
KAMU SEDANG MEMBACA
Crystal 2
Humor[Sequel Gabriella Crystal] [End] Menjadi anak tiri dari seorang ketua mafia yang sangat posesif tidaklah mudah Berbagai aturan tak masuk akal menjerat Crystal Ia seakan hidup dalam sangkar emas buatan keluarga barunya Belum lagi adik tirinya yang ik...