Happy reading
Sorry for typoSesuai dengan perjanjian, saat kaki Crystal sudah sembuh total Crystal akan pulang ke Indonesia.
Crystal memeluk Fellycia dengan sangat erat. "Mama jaga kesehatan ya, jangan capek-capek, kalau Papa Karl nakal tendang aja Ma masa depannya, dijamin ampuh"
Fellycia menahan tawanya mendengar saran Crystal. Ia mengelus punggung Crystal dengan sangat lembut. Ia sebenarnya masih rindu dengan Crystal tapi ini lah yang terbaik untuk Crystal.
"Baik-baik ya di sana, nurut sama Daddy dan kakak-kakakmu. Nanti Mama pasti ngunjungi kamu," balas Fellycia, kemudian ia melepaskan pelukannya dengan Crystal.
Crystal memeluk adik menyebalkannya, Aland. "Duh bocil, gak bakalan kangen kakak sama kamu"
"Wah parah banget Aland dinistain begini," ucap Aland dengan nada sedih yang dibuat-buat. Ia melepas pelukan Crystal dan tersenyum manis ke kakaknya. "Jangan bandel! Kalau bandel, nanti Aland datang dengan boneka ulat di tangan Aland."
Bulu kuduk Crystal berdiri. Membayangkan boneka ulat rasanya saja sudah tak mampu, bagaimana jika melihatnya lagi.
"Hahaha bercanda kak, Aland sayang kakak." Aland mengecup singkat kening Crystal.
Crystal berlanjut ke Papa sialannya. Kalian berharap ia akan memeluknya? Oh tentu saja tidak akan Crystal lakukan. Gadis itu hanya mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.
Karl membalas jabat tangan Crystal. "Papa gak usah macem-macem ya, kalau sampai Papa culik Crystal lagi, Crystal pastikan Chloe bakalan bunuh Papa," ancam Crystal. Tatapannya juga sangat mengintimidasi. Karl mengangguk tanda mengiyakan. Ekspresi Crystal saat mengancamnya sangat imut dan tidak menyeramkan sama sekali.
Acara pamitan pun selesai. Alex menggendong Crystal dan membawanya keluar dari mansion Karl. Diikuti oleh Richard, Jeremy, Bryan, dan Daniel.
"Hahhh... Mansion ini terasa sepi lagi," keluh Aland. Apa ia minta dibuatkan adik saja ya ke Mama dan Papanya? Tapi tidak mungkin karena Fellycia sudah tidak bisa mengandung lagi.
"Sabar lah boy, kita pasti bertemu kakakmu lagi." Karl mengusak rambut Aland dan beranjak pergi meninggalkan putranya yang masih berada di ambang pintu seraya menatap halaman luar yang sudah kosong karena mobil-mobil keluarga Sanjaya sudah pergi.
•••
Di dalam pesawat, Crystal sedang santai menonton film sambil nyemil keripik kentang. Sebenarnya gadis itu sudah bosan. Perjalannya masih kurang 2 jam lagi. Mana sekarang dirinya terjaga sendirian. Keluarga Crystal yang lain tertidur mungkin karena mereka kelelahan mempersiapkan perjalanan ini.
"Yah udah habis aja cemilan gue," gerutu Crystal saat plastik berisi keripik kentang itu sudah kosong. Crystal lalu beranjak dari kursinya dan menuju ke kitchen bar yang berada di bagian belakang pesawat untuk mengambil camilan baru.
Saat sedang berjalan, tiba-tiba ada sesuatu yang mengalir dari rongga hidungnya. Crystal menahan cairan merah itu menggunakan telapak tangannya. "Sialan! Kenapa harus sekarang," umpat Crystal dalam hati. Cepat-cepat ia menuju toilet untuk menghentikan mimisannya.
5 menit
10 menit
15 menit
"Sial! Kenapa susah sekali berhenti." Sedari tadi Crystal mengumpati dirinya sendiri. Kepalanya mulai terasa pening karena darah yang keluar tidaklah sedikit.
Ah Crystal rasa sudah saatnya mengaku. Ia sudah tidak tahan lagi dengan rasa sakitnya.
Dengan gerakan cepat Crystal membuka pintu toilet. Dengan tertatih-tatih Crystal berjalan menuju kursi Richard. Tak lupa darah yang masih deras mengalir.
"Dad-"
Bruk
Crystal tidak sanggup lagi menahan sakitnya. Gadis itu keburu kehilangan kesadarannya sebelum sempat membangunkan Richard.
Daniel terbangun mendengar suara seperti benda jatuh. Lantas ia berinisiatif untuk mengecek. Matanya membola saat melihat adik kecilnya terkapar di lantai kabin dan berlumuran darah.
"KAK BRYAN! OM JEREMY!!!" Teriak Daniel. Ia menepuk-nepuk pipi Crystal, berharap adiknya segera membuka matanya. "Baby... Crystal denger kakak kan? Ayo bangun. Dek dek." Tidak ada respon sama sekali dari Crystal. Wajah adiknya sangat pucat dan tubuhnya dingin.
Merasa terpanggil, kedua setan putih itu menggelinjang kaget. "Jangan teriak-teriak Daniel," peringat Bryan yang masih belum sadar kalau adik bungsunya sedang dalam keadaan genting.
"Hiks kak tolong baby Crystal hiks." Tangis Daniel pecah saat melihat wajah Crystal yang semakin lama semakin pucat saja. Ia sudah mencoba menghentikan pendarahan di hidung Crystal namun tindakan Daniel hanya mampu menghentikan sedikit mimisan Crystal.
Bryan dan Jeremy yang mendengar isakan Daniel langsung tersadar dan segera menghampiri Daniel dan Crystal. "Bryan ambil es, cepat!" Perintah Jeremy.
Richard mulai terbangun dari bobok gantengnya karena ada suara-suara kegaduhan. Saat matanya membuka sempurna, pandangan pertama yang ia lihat adalah Jeremy, Bryan, dan Daniel yang sibuk mengurus seseorang yang sedang terbaring di lantai.
"Kak Richard cepat hubungi kak Desmon! Suruh dia siapkan ambulans di bandara!"
Kalau bukan karena perintah Jeremy pasti sekarang Richard masih bengong dan dalam proses pengumpulan nyawanya. Tanpa menunda-nunda lagi, Richard menghubungi Desmon dan memintanya untuk melaksanakan perintah Jeremy.
"Om kalau ini tidak berhenti, bisa-bisa Crystal-"
"Diamlah Bryan! Fokus"
Bohong jika Jeremy mengatakan dirinya tidak panik. Crystal pasti sudah kehilangan banyak darah sampai-sampai pingsan begini. Jika tidak segera dihentikan Crystal bisa mati kekurangan darah.
"Om mohon bertahanlah," Jeremy berdoa dalam hati agar pendarahan di rongga hidung Crystal segera berhenti.
T
B
CDuh gak kerasa cerita ini mau tamat
Ditunggu ya part selanjutnyaSee you
Bye bye~
KAMU SEDANG MEMBACA
Crystal 2
Humor[Sequel Gabriella Crystal] [End] Menjadi anak tiri dari seorang ketua mafia yang sangat posesif tidaklah mudah Berbagai aturan tak masuk akal menjerat Crystal Ia seakan hidup dalam sangkar emas buatan keluarga barunya Belum lagi adik tirinya yang ik...