Happy reading
Sorry for typo"Kenapa lama sekali?" Tanya Arthur pada kembarannya, Arven. Sudah 15 menit lebih ia menunggu di dalam mobil.
Tak menjawab pertanyaan dari Arthur, Arven langsung menyuguhkan foto gadis yang tengah menyantap burgernya.
"Lihatlah, dia mirip sekali dengan adik kecil kita"
Arthur merebut paksa ponsel Arven dan langsung keluar dari mobil.
"WOY MALING!" Arven ikut berlari menyusul Arthur. Ternyata kembarannya tersebut masuk ke dalam restoran dan menghampiri gadis tadi yang sedang bersiap untuk meninggalkan mejanya.
"Can we talk for a second?" Tanya Arthur.
"Haduh mampus gue. KAGAK NGERTI ANJER!" Crystal menjerit dalam hati. Mau jawab apa coba dia ke orang itu.
"Kagak bisa bahasa inggres," gumam Crystal sambil menunduk.
Telinga tajam Arthur menangkap gumaman gadis di depannya.
"Oh maaf, boleh kita ngobrol sebentar. Tenang saja, kita gak ada niatan buat nyulik kamu kok," ujar Arthur ramah.
Crystal memincingkan matanya. Ia menatap penuh selidik ke arah 2 orang pria yang menatapnya penuh harap.
"Hmmm... Mencurigakan...." Batin Crystal.
"Ga-"
"Nanti kakak belikan es krim 5 bungkus," potong Arven cepat.
"OKE SETUJU!"
•••
Arthur, Arven, dan Crystal kini berada di depan sekolah Crystal. Mereka berniat mengantarkan Crystal pulang tapi Crystal menolaknya dan mengatakan bahwa ia tidak tahu jalan.
Mereka bertiga sudah menghabiskan waktu bersama dengan bersenda gurau, makan bersama, dan mengobrol.
Crystal juga sudah tahu alasan Arthur dan Arven mengajaknya. Jujur, Crystal merasa kasihan kepada mereka.
Ditinggal adik dengan cara yang tragis pasti sangat menyakitkan. Crystal senang bisa membantu sedikit mengatasi kesedihan mereka.
"Apa kamu yakin tidak ingin kami antarkan pulang? Sekarang sudah malam loh, bahaya jika kamu sendirian," bujuk Arven.
Crystal menggeleng. "Gak usah kak, makasih udah nemenin Crys keliling-keliling kota London"
"Kalau gitu kami pergi dulu ya, semoga kita bisa ketemu lagi. Bye bye." Arven melambaikan tangannya dan Arthur mulai melajukan mobilnya.
Tak butuh waktu lama, mobil Arthur sudah hilang dari pandangan Crystal. Crystal pun memanjat pagar sekolah untuk kedua kalinya.
Ia berjalan menyusuri sekolah yang sudah gelap dan sepi akan aktivitas manusia. Tempat tujuannya kali ini adalah kelasnya. Ia mungkin akan menginap di sana.
"Huufftt... Perasaan aneh apa ini?"
Crystal menghela nafasnya panjang. Hatinya terasa hangat saat bersama Arthur dan Arven. Namun di saat bersamaan ia merasakan sakit di hatinya, seakan ia tak ingin ditinggalkan sendiri.
"Arthur? Arven? Nama yang tidak asing, begitu pun wajahnya. Apa gue pernah mengenal mereka? Atau hanya perasaan gue aja?" Crystal bertanya pada dirinya sendiri.
"ARTHUR TOLONGIN GUE!!! ARTHUR!!!"
Crystal menghentikan langkahnya. Kepalanya kini sedikit pusing. "Tenang Crystal, tenang... Kata dokter itu cuma halusinasi"
KAMU SEDANG MEMBACA
Crystal 2
Humor[Sequel Gabriella Crystal] [End] Menjadi anak tiri dari seorang ketua mafia yang sangat posesif tidaklah mudah Berbagai aturan tak masuk akal menjerat Crystal Ia seakan hidup dalam sangkar emas buatan keluarga barunya Belum lagi adik tirinya yang ik...