Kembali

6.2K 836 120
                                    

Happy reading
Sorry for typo

Hari berganti minggu, Minggu berganti bulan. Sudah 3 bulan lamanya Crystal tertidur pulas. Sampai sekarang pun masih tidak ada tanda-tanda anak itu akan membuka matanya.

Bahkan Crystal melewati ulang tahunnya. Padahal biasanya saat ulang tahun Crystal berkumpul dengan ketiga curut lalu membuat kue ya walaupun kuenya selalu punya rasa yang ajaib. Setelah itu mereka memakannya ramai-ramai.

Richard sangat setia mendampingi putri semata wayangnya. Ia selalu tepat berada di samping putrinya.

"Ayo bangun baby, apa kamu tidak rindu Daddy hmm? Tidak ingin menjahili Vito dan Leo lagi? Atau mungkin menjahili kakak-kakakmu yang bejibun itu?"

Richard menggenggam erat tangan Crystal yang terasa dingin. Helaan nafas panjang terdengar keluar dari mulut pria paruh baya itu.

Ia tidak menyangka peluru yang ditembakkan Karl ternyata sampai ke paru-paru Crystal.

Ah soal bajingan itu. Richard masih bermusuhan dengannya. Walaupun Karl sudah meminta maaf dan menjelaskan berkali-kali tetap saja tidak Richard gubris.

Karl tetaplah Karl. Dia masih bersikeras untuk tetap merawat Crystal.

Ceklek

Panjang umur sekali orang itu. Baru saja Richard gibahin di pikirannya, sudah nongol aja tuh orang.

"Apa Crystal belum sadar?" Tanya Karl sambil terus melangkah mendekati kedua orang yang sudah menempati ruangan ini terlebih dahulu.

"Mata anda rabun atau buta?" Sarkas Richard.

"Juling! Sudah hentikan percakapan konyol ini. Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu"

Karl mengambil sebuah kursi dan meletakkannya di samping kursi Richard.

"Jangan dekat-dekat aku tidak suka bersampingan dengan penghuni neraka"

Kurang ajar sekali orang ini. Karl langsung menggeser kursinya menjauh dari Richard.

"To the poin saja, aku ingin memindahkan Crystal ke rumah sakit yang lebih baik daripada di sini"

Sementara itu di dimensi lain...

"Bunda bunda, Crystal bosen nih. Main yuk," ajak Crystal pada bundanya.

Ya, Crystal bertemu dengan bunda angkatnya yang sudah lama sekali ia rindukan. (Baca Gabriella Crystal chap Bunda)

"Emang mau main apa?"

"Mmmmm... Apa ya," Crystal menimang-nimang permainan apa yang sepertinya seru dimainkan oleh 2 orang.

"Ngajak main tapi bingung sendiri mau main apa, kamu ini ada-ada saja"

"Ehehehe mon maap ya bund." Crystal menunjukkan cengirannya dan menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal.

Suasana kembali hening. Tidak ada yang membuka suara sampai bunda Lia menanyakan suatu pertanyaan yang membuat Crystal terkejut.

"Apa kau tidak ingin pulang Crystal?"

Crystal menoleh ke arah bundanya kemudian tersenyum dan menggeleng.

"Crystal suka di sini bun"

"Apa kau tidak rindu Daddy mu?"

Crystal tidak bergeming sejenak. Ia memikirkan jawaban apa yang pas untuk pertanyaan bundanya. Di satu sisi ia rindu tapi di sisi lain ia tidak ingin berpisah kembali dengan bundanya.

"Kembalilah nak, mereka merindukanmu. Mereka semua khawatir tentangmu. Mereka juga selalu menunggu setiap detik mengharapkan kamu kembali." Bunda Lia memeluk Crystal. Ia mencoba meyakinkan Crystal agar segera kembali.

"Tapi bunda gimana? Nanti bunda sendirian lagi"

Bunda Lia melepas pelukannya. Ia menatap lekat-lekat putri angkatannya itu.

"Kita akan berkumpul lagi saat sudah waktunya sayang"

Bunda Lia mencium kening Crystal. Tiba-tiba semuanya menjadi gelap bagi Crystal. Ia merasa ditarik kembali ke suatu tempat.

"Uuurrrggghhh... Apa ini? Badan gue kenapa terasa sakit semua"

Samar-samar pendengaran Crystal menangkap suatu suara di sekitarnya namun matanya masih tidak bisa ia gerakkan.

"Baiklah tapi apa itu tidak terlalu beresiko bagi Crystal? Kau bisa lihat sendiri kan kondisinya masih belum stabil"

"Daddy? Apa itu benar-benar Daddy? Wait wait... Gue mau dipindahkan kemana? Oke oke saatnya menguping kembali"

"Aku pastikan Crystal aman selama dipindahkan"

Richard tampak berpikir sejenak. Ia memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi jika rencana Karl itu dilaksanakan.

Sampai beberapa detik kemudian, "tidak."

"Kamu tidak ingin Crystal cepat sadar huh?"

"Bukan begitu, aku khawatir selama perjalanan ke sana kondisi Crystal malah semakin buruk"

"Aww aww Daddy sayang gue"

"Mari kita bicarakan dengan dokter dulu. Aku hanya ingin memberikan yang terbaik untuk Crystal," balas Karl. Lalu ia bangkit dari duduknya dan melangkah ke pintu kamar.

Richard apresiasi tekad Karl yang kuat. Akhirnya ia mengikuti Karl meninggalkan kamar inap Crystal.

Saat semua sudah pergi, Crystal baru bisa membuka matanya. Ia mengedarkan pandangannya ke sekitar. Ia sedikit meringis saat menoleh ke lengan kirinya yang banyak sekali tertancap jarum-jarum tidak jelas

"Wah bangsat! Mereka mencuri kesempatan waktu gue pingsan buat masang benda-benda laknat ini"

Ia mengulurkan tangan kanannya untuk membuka masker oksigen yang terpasang di area hidung dan mulutnya lalu membuangnya asal. Rasanya sangat tidak nyaman.

"Nah kalau gini kan enak, selanjutnya gue lepas apa ya?"

Matanya menangkap kabel-kabel yang mengarah ke dadanya. Auto mendelik lah si Crystal.

"ANJIR GUE UDAH DIAPAIN AJA WOYYY!!! Gak gak ini pasti pelecehan. Gua bakal laporin ini semua nanti"

Ia segera mencopot elektroda yang yang menempel di dadanya. Ia pikir tidak akan terjadi apa-apa sampai alat yang berada di samping kirinya mengeluarkan bunyi yang sangat nyaring.

"Ssttt diem woy gue gak kenapa-napa haduh haduh panik gue anjir"

Ingin sekali Crystal mematikan alat tersebut. Namun apalah daya dirinya yang hanya bisa terbaring tanpa melakukan apa-apa. Sampai suatu ide muncul di benaknya.

"Muehehehe ngeprank orang keknya enak deh"

Ia kembali menutup matanya dan berpura-pura tertidur dan tidak terjadi apa-apa.

Tepat sesuai perkiraan Crystal, Richard, Karl, dan beberapa orang lainnya masuk ke dalam.

Mereka semua terkejut saat melihat masker oksigen Crystal bergelantungan begitu saja. Apa ini percobaan pembunuhan?

"Sus tolong buka bajunya," intrupsi sang dokter.

"Baik dok," balas suster tersebut lalu ia membuka kancing piyama Crystal.

"Eh eh eh! Mau ngapain Lo?! Diem gak? Diem! Daddy... Crystal mau dilecehkan!!!" Crystal berusaha menyingkirkan tangan sang suster dan berteriak minta tolong ke Richard.

Semua aktivitas berhenti saat Crystal menyelesaikan kalimatnya. Apa yang?

"CRYSTAL?!?" Teriak Richard dan Karl berbarengan.

T
B
C

Yuhuuu up nih
Selamat santai di hari Minggu yang cerah ini

See you next chapter
Bye bye~

Crystal 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang