Temen Kampret

7.1K 909 173
                                    

Happy reading
Sorry for typo

Tinggal bersama Jayden bagai surga bagi Crystal. Ia tidak terlalu dikekang seperti dulu.

Sekolah? Boleh, jalan-jalan keluar mansion? Tentu boleh tapi harus dengan bodyguard, makan es krim? Boleh dong tapi jatahnya cuma 1 cup kecil aja.

Setidaknya itu lebih baik dibanding dengan Karl yang melarangnya untuk sekolah, keluar dari mansion barang selangkah pun, dan ia juga dilarang makan es krim.

"Crystal makan malam sudah siap," ucap Laura sedikit berteriak.

Crystal yang sedang asik-asiknya menonton series Girl from Nowhere 2 pun menyahut, "bentar Oma... Nanno nya mau dibunuh nih."

Jayden langsung menghampiri Crystal yang masih berfokus pada layar TV sambil mengunyah popcorn. Ia lantas merebut remote TV tersebut dan menekan tombol off.

"Berhenti menonton hal yang tidak baik seperti ini. Cepat ke meja makan atau Opa kembalikan kamu ke Karl," peringat Jayden.

Bibir Crystal mengerucut. "Issshhh... Opaaaa... Lagi seru-serunya malah dimatikan. Series ini tuh bagus, mengedukasi kita untuk balas dendam dan menegakkan keadilan"

Karena gemas, Jayden pun menjewer telinga Crystal dan menyeretnya ke meja makan. "Pinter banget kamu cari alasan"

"Adududuh ampun Opa"

•••

Setelah menyantap makan malam, Crystal bersama dengan Opa dan Omanya berkumpul di ruang keluarga untuk sekedar mengobrol bersama.

"Bagaimana sekolahmu Crystal?"

"Sangat menyenangkan Oma. Tadi Crystal diajarkan cara merakit bom yang baik dan benar"

Auto nyembur si Jayden. Siapa yang berani-beraninya mengajarkan hal tidak masuk akal itu kepada anak polos seperti Crystal.

Melihat Opanya tersedak teh, Crystal malah tertawa terbahak-bahak, cucu laknat. "Hahaha bercanda Opa... Mana ada sekolah ngajarin cara ngerakit bom. Oh iya, tadi ada murid baru loh, gak ganteng sih tapi lucu. Lain kali kalau Opa masukkan murid pilih yang ganteng ya Opa, biar Crystal bisa gebet"

Laura terkekeh pelan, ada-ada saja pikirnya. "Memang siapa murid barunya?" Tanya Laura.

"Bayu Krisna Pratama. Crystal ingat betul namanya soalnya dia deketin Crystal terus sih... Crystal pikir dia suka deh sama Crystal"

"Gak boleh pacaran! Kalau kamu pacaran nanti Opa larang kamu sekolah lagi," tegas Jayden.

"Iya iya... Toh siapa juga yang bakal mau sama dia. Anaknya tengil, lemot, goblok pula"

Meanwhile...

"Lu kenapa Bay?"

"Gak tau nih, telinga gue tiba-tiba gatel kek ada yang ngomongin gue"

•••

Seperti biasa, Crystal telat masuk sekolah. Untung saja dia gak perlu manjat pagar atau berurusan dengan guru BK. Punya orang dalam rasanya, ah mantap.

"PUNTEN! PAGI SEMUANYA!!!" Teriakan cempreng Crystal terdengar sampai ujung koridor.

Teman sekelas Crystal sudah maklum. Orang udah sengklek gak bakal bisa diubah.

"Berisik bangke! Gue mau pindah tempat duduk aja lah daripada sebangku sama Lo. Kuping gue udah sekarat bangsat," ujar Bayu tak terima.

"Mau pindah kemana Lo? Kelasnya udah penuh. Gue mah sebenernya juga ogah sebangku sama orang bego kek elu"

"Gue tuh gak bego cuma terlambat pinter aja"

Sebuah geplakan di kepala dengan suka rela Crystal berikan kepada Bayu. Anehnya Bayu terkekeh setelah mendapatkan itu.

"Dasar gak waras," batin Crystal.

Pelajaran pun dimulai. Tentu saja kedua anak setan di bangku paling belakang itu tidak mendengarkan. Satunya asik molor, yang satu lagi asik main game di HP nya.

Bayu melirik Crystal yang tengah tertidur pulas. Mendapat kesempatan emas, ia kemudian mengambil beberapa helai rambut Crystal.

Bayu akan mengirimkan helai rambut itu kepada Alex. Di dalam hati ia berharap gadis di sampingnya merupakan Crystal.

Bayu bukanlah salah satu anak buah Alex. Ia mengajukan dirinya sendiri untuk pergi ke London dan mengambil sampel untuk tes DNA. Alex awalnya menolak, ia takut masalahnya nanti malah melebar jika Karl mengetahui rencananya.

Bagaimana Bayu bisa mengetahui rencana Alex?
Oh tentu saja Arven lah yang menyebarkan berita tentang Crystal masih hidup.

Bayu awalnya tidak percaya omongan Arven. Namun setelah ia melihat email Crystal aktif kembali, ia lantas percaya.

Tidak mungkin akun Crystal aktif kembali tanpa pemilik. Belum lagi password yang digunakan sangatlah rumit. Hanya Crystal seorang lah yang mengetahuinya.

"Gue harap Lo bener2 Crystal yang gue cari"

•••

Crystal membuka matanya perlahan. Ia masih dalam proses pengumpulan nyawanya.

"Sudah bangun honey?"

Deg

Crystal kenal suara itu. Ia meneguk salivanya dengan susah payah. Ba- bagaimana cara dirinya bisa berada di kamar lamanya? Apa Karl menculiknya saat ia tertidur di kelas tadi?

"Pasti kamu bingung. Tidak usah banyak dipikirkan, mulai sekarang kamu akan tetap berada di mansion ini sampai kapanpun"

"Emmh... Anu, om siapa ya?"

"Tidak usah banyak drama. Jangan turun dari kasur, Papa akan memanggil dokter untuk memeriksamu"

"Loh memang siapa yang sakit?"

"Lihat sendiri angka yang tertera di benda yang melekat di ketiakmu itu," ucap Karl. Setelah itu dia keluar dari kamar Crystal.

Setelah benda itu berbunyi, Crystal menariknya. "Oh shit, mampus gue"

Termometer itu menunjukkan angka 38.0 yang artinya Crystal demam.

Ah dia ingat sekarang mengapa dirinya bisa berada di sini. Tadi ia dihukum oleh seorang guru baru karena tertidur di kelas.

Dia dihukum lari keliling lapangan sebanyak 10 kali. Entah setelah beberapa kali putaran dah tepar duluan dia.

Karl yang melihat kejadian itu menjadi geram. Dia lantas membawa Crystal kembali ke mansionnya. Dan tentu saja hidup guru yang menghukum Crystal akan berakhir di tangan Karl.

Crystal hendak turun dari kasurnya untuk lari, namun saat ia menggerakkan kakinya.

"Dirante lagi dirante lagi, gak seru ih mainnya curang"

T
B
C

Kesian si Crystal
Jadi pingin nyiksa terus deh

Jam segini masih pada bangun gak ya?
Atau mungkin masih ngapel bareng doi masing-masing?

Yaudah, sekian chapter kali ini
Kurang lebihnya mohon maaf
Bye bye~

Crystal 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang