Happy reading
Sorry for typoCrystal menatap sekelilingnya. "Dimana ini?" Gumamnya. Hamparan rumput yang sangat luas mengelilingi Crystal. Langit biru yang indah, beberapa awan turut menghiasinya. Udaranya juga sejuk, nyaman sekali.
Ia bangkit dari posisinya yang semula duduk. "Wah kaki gue udah gak patah lagi," pekik Crystal. Ia menggerakkan kakinya ke kanan dan ke kiri melihat apakah kakinya benar-benar sudah sembuh atau tidak.
Crystal tersenyum lebar. Ia tidak menemukan secuil pun luka di kakinya. Ia lantas berlari kegirangan tak tentu arah di Padang rumput itu.
"Woooohhoooo.... Akhirnya gue bisa lari-lari," teriaknya sambil terus berlari. Padang rumput ini seakan tidak ada ujungnya.
Akhirnya Crystal lelah juga. Ia lantas berjalan ke sebuah pohon persik yang berada sekitar 250 m dari posisi Crystal saat ini.
Pohonnya besar dan berbuah lebat. Crystal lantas merebahkan tubuhnya di bawah rindangnya pohon persik itu. Crystal menghirup dalam-dalam udara di sekitarnya. Aroma khas yang dikeluarkan bunga persik sangat mendominasi.
Sepi, tenang, dan damai. Rasa yang belum pernah Crystal rasakan sebelumnya. Walupun ia tidak tahu ada dimana, yang terpenting dirinya merasa bebas dan tentu saja senang.
•••
"PUAS KAU BAJINGAN?!" Teriak seorang pria sambil mencengkram leher Karl.
Karl dibuat tak berdaya setelah mendapat serangan dari 2 orang sekaligus. Karl tidak melawan sama sekali karena dia merasa dia lah yang menciptakan keadaan seperti ini.
"Ma- maaf," ucap Karl dengan susah payah. Tubuhnya terasa mati rasa, meraup oksigen pun terasa sangat berat.
"Cih! Setelah apa yang kau lakukan kau ingin minta maaf? Sampai mati pun tidak akan ku maafkan, dasar bodoh!"
Ada yang penasaran apa yang sebenarnya terjadi?
Mari kita putar balik kejadiannya.Flashback on
Pagi hari selalu saja diawali dengan keributan antara Crystal dan Karl. Sudah hampir seminggu lamanya Crystal mendekam di tempat laknat ini. Padahal keadaannya sudah baik namun Papa dan dokter sialan itu seperti tidak ada niatan memulangkan dirinya.
"Gak mau tau bawa gue pulang!"
"Sudah puluhan kali Papa bilang, kondisimu masih lemah akibat kamu tidak mau makan banyak. Papa khawatir nanti kamu drop di rumah"
"Lah masa bodo, emang gue mau mati"
"JAGA BICARAMU!" Nada Karl yang meninggi membuat badan Crystal sedikit bergetar.
"Maafkan Papa honey"
Crystal hanya mengangguk dan mengulurkan kedua tangannya, isyarat ia ingin dipeluk. Karl lantas memeluk putri nakalnya tersebut.
Sebenarnya itu hanya akal bulus Crystal saja untuk mengambil pisau lipat yang ada di saku belakang celana Karl. Ia memasukkan pisau itu ke piyamanya, ia akan menggunakannya nanti.
"Apa yang kau lakukan honey?" Tanya Karl saat ia merasakan ada pergerakan dari tangan Crystal di punggungnya.
"Tidak ada"
Sesi pelukan mereka berakhir. Karl meninggalkan Crystal yang sedang menonton TV. Bisa dibilang tidak ditinggal sih, ia hanya ke sofa untuk mengurus pekerjaannya. Karl tidak ingin meninggalkan Crystal sendiri lagi, takut-takut anak itu bunuh diri.
Melihat kepergian Karl, Crystal tersenyum licik.
"Sabar Crystal, beberapa menit lagi"
Setelah beberapa menit, saat Crystal ingin menusuk dirinya sendiri tiba-tiba terdengar suara riuh dan tembakan di luar sana. Batal lagi deh Crystal bunuh diri.
"Sabar Crys sabar... Nanti juga pasti ada kesempatan"
Karl lantas berinisiatif untuk mengecek keluar. Belum juga sampai berjalan beberapa langkah, pintu kamar inap Crystal didobrak paksa. Menampilkan 2 orang sosok yang Crystal rindukan.
Richard dan Desmon.
Desmon langsung menodongkan revolver nya ke Karl. "Diam di sana!"
Richard langsung menghampiri Crystal yang matanya sudah berkaca-kaca bahagia."Daddy..." Lirih Crystal.
Richard menatap nanar kaki putrinya yang terbalut perban putih dan gips itu. "Ayo kita pulang baby," ucap Richard sambil bersiap menggendong Crystal.
Crystal mengangguk bahagia. Saat Richard mulai mengangkat tubuhnya, Crystal tidak sengaja melihat Karl yang sudah mengalahkan Desmon dan mengambil alih senjatanya. Karl siap untuk menembak Richard.
Dengan insting yang kuat, Crystal mendorong tubuh Richard. Ia menggantikan posisi Richard saat itu.
"Maafkan Crystal Daddy"
DOR
Tubuh Crystal ambruk menimpa Richard. Peluru itu menembus lengan kiri Crystal hingga sampai ke tulang rusuk kirinya.
"Crystal sayang Daddy"
Kalimat terakhir yang Crystal ucapkan sebelum matanya tertutup rapat.
Flashback off
Richard melepaskan cengkeramannya dari leher Karl. Ia tidak ingin mengotori tangannya hanya untuk membunuh bajingan tidak berguna ini.
Perasaan marah, kesal, dan sedih menjadi satu. Niat hati ingin menjemput kembali putrinya, malah menjadi sebuah bencana.
Richard ingin hari ini menjadi hari yang bahagia. Namun takdir berkata lain.
Pintu ruang operasi akhirnya terbuka setelah satu setengah jam lamanya.
Terpampang lah dengan jelas di penglihatan Richard, Desmon, dan Karl sebuah brangkar didorong keluar dengan seseorang yang ditutupi selimut putih dari ujung kaki hingga ujung kepalanya terbaring kaku di atas brangkar tersebut.
T
B
CAuthor harap kalian sabar menanti chapter selanjutnya
See you
Bye bye~
KAMU SEDANG MEMBACA
Crystal 2
Humor[Sequel Gabriella Crystal] [End] Menjadi anak tiri dari seorang ketua mafia yang sangat posesif tidaklah mudah Berbagai aturan tak masuk akal menjerat Crystal Ia seakan hidup dalam sangkar emas buatan keluarga barunya Belum lagi adik tirinya yang ik...