Happy reading
Sorry for typo"Pulang kampoonggg.... Ooo oo oooooo pulang kampoonggg..."
Sungguh senang hati Crystal. Setelah seminggu terkurung di tempat biadap dan menyeramkan itu akhirnya ia diperbolehkan pulang juga.
"Kakak terlihat sangat senang ya," ujar Aland sambil menahan ketawanya. Sungguh, setelah kedatangan Crystal mansion ini terasa lebih hidup.
"Apa Lo, Sirik?"
Aland hanya bisa mengelus dadanya. Stok kesabarannya mungkin harus ditambah ketika menghadapi kakaknya satu ini.
"Al"
"Ya?"
"Gak ada niatan beliin kakakmu yang cantik dan imut ini es krim gitu? Gerah nih." Crystal mengipas-ngipaskan tangannya seolah ia kepanasan, padahal mah nggak. Alesan doang dia biar dibeliin makanan favoritnya.
"Gak"
"Ayo-"
"Sekali aku bilang nggak ya nggak. Atau kakak mau..."
"Udah udah gak jadi!"
Crystal mengerucutkan bibirnya. Kesal rasanya tidak diperbolehkan makan makanan kesukaannya.
"Yaudah kakak minta sekolah aja," ucap Crystal dengan nada kesal.
"Kalau soal itu minta sama Papa"
"Minta tolong bilangin ya. Papa serem," bisik Crystal. Ia takut Karl akan mendengar ucapannya.
"PA... KAK CRYSTAL PINGIN SEKOL-MMMPPPPHHH"
Crystal auto mendelik dan membungkam mulut adiknya yang lemes banget. "Heh bocah gak gitu juga bilangnya anjir"
Tangan Aland bergerak menyingkirkan bungkaman Crystal. Mata coklatnya seketika menatap Crystal dengan tajamnya.
Orang yang ditatap pun menjadi gugup. Crystal memalingkan pandangannya dari mata Aland.
"Jaga bahasamu kak," ucap Aland dengan dinginnya.
"Ma- maaf"
Crystal takut ketika Aland sudah dalam mode marahnya. Adiknya bisa saja langsung menyeretnya ke ruang hukuman.
Aland menghela nafasnya. Kelakuan Crystal selalu saja memancing emosi.
"Sekarang waktunya tidur siang, nanti aku bilangin ke Papa kalau kakak pingin sekolah"
Mendengar itu Crystal langsung senang dan tidak menolak digendong oleh Aland. Ya meskipun harga dirinya sebagai seorang kakak dihempaskan begitu saja oleh adiknya.
•••
"Papa tidak setuju kakakmu sekolah di luar. Banyak musuh kita yang bisa sewaktu-waktu menyakiti dia," jelas Karl serius.
Benar perkataan Karl. Crystal itu susah diatur, bisa-bisa kecerobohannya malah merenggut nyawanya.
"Baiklah Pa, akan kusampaikan keputusan Papa kepada kakak setelah dia bangun"
Tiba-tiba suara derap langkah kaki yang sedang berlari menjauh melenggang masuk ke telinga Karl dan Aland. Mereka berdua langsung bergerak keluar dari ruang kerja Karl untuk melihat siapa yang berlari.
"Bukankah tadi kau bilang kakakmu sedang tidur?" Ucap Karl datar.
Ia dan Aland melihat Crystal yang bergerak menjauh sambil menangis.
"Hahhhhh.... Kurasa kita harus membujuknya sebelum dia melakukan hal yang aneh-aneh"
•••
Di bawah guyuran shower, Crystal menangis. Biar kek di drama-drama kata dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crystal 2
Humor[Sequel Gabriella Crystal] [End] Menjadi anak tiri dari seorang ketua mafia yang sangat posesif tidaklah mudah Berbagai aturan tak masuk akal menjerat Crystal Ia seakan hidup dalam sangkar emas buatan keluarga barunya Belum lagi adik tirinya yang ik...